YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Baru-baru ini, The Royal Islamic Strategic Studies Centre (MABDA) yang merilis daftar terbaru 500 tokoh Muslim paling berpengaruh di dunia 2023 (The World’s 500 Most Influential Muslims 2023). Publikasi ini berorientasi untuk memastikan pengaruhnya beberapa Muslim memiliki komunitas ini, atau atas nama dari komunitas. Pengaruhnya adalah setiap orang yang memiliki kekuatan (baik itu budaya, ideologis, keuangan, politik atau lainnya) untuk membuat perubahan yang akan memiliki dampak signifikan terhadap dunia Muslim atau.
Peringkatan ini berdasarkan metode pengukuran hasil perhitungan kombinasi antara metrik sosial, opini publik, pendapat ahli (sebagai dasar dari upaya ini untuk mengukur pengaruh), pendapat penduduk, dan pencapaian tokoh tersebut dalam rentang jangka panjang.
Pemilihan orang untuk publikasi ini sama sekali tidak berarti bahwa MABDA mendukung pandangan mereka; sebaliknya kita hanya mencoba mengukur pengaruh dari para tokoh.
Setidaknya ada 26 tokoh Indonesia yang masuk ke dalam kategori tersebut. Salah satunya ada dari Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi dalam kategori sosial-keagamaan bertengger bersama KH Miftahul Achyar dan Prof Dr KH Ma’ruf Amin.
Tidak hanya itu saja, ada sejumlah tokoh lain dari Indonesia yang juga masuk dalam kategori tersebut. Di antaranya, Presiden Republik Indonesia, Ir H Joko Widodo, KH Yahya Cholil Staquf, Al-Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, Prof Din Syamsuddin, MA., PhD, KH Mustofa Bisri, Dra Hj Khofifah Indar Parawansa, Prof Dr Hj Megawati Soekarnoputri, Letnan Jenderal TNI H. Prabowo Subianto, KH Abdullah Gymnastiar, Prof Dr H M Qurais Shihab, Lc., MA.
Kemudian ada juga Prof Dr KH Said Aqil Siradj, MA, Sri Mulyani Indrawati, SE., MSc., PhD, H Erick Thohir, BA., MBA, Asma Nadia, Dr Helvy Tiana Rosa, SS., MHum, Nadhira Nuraini Afifa, Tri Mumpuni, Tri Mumpuni, Sulis, Muzamil Hasballah, Maria Ulfah, Goenawan Mohamad, dan Abu Bakar Ba’asyir.
Tentu sebagai warga persyarikatan Muhammadiyah, patut berbangga karena sang ketua yang menakhodai bahtera organisasi Islam tertua ini berhasil masuk ke dalam kategori tersebut. Ini menunjukkan bahwa gerakan dan pemikirannya sangat berkemajuan dan melintasi batas.
Selama ini, kita mengenal Prof Haedar sebagai tokoh yang humanis dan selalu terbuka untuk bertukar pandangan maupun gagasan ihwal kehidupan sosial, budaya, agama, dan keindonesiaan. Tidak hanya dikenal sebagai ketua umum, kesehariannya telah mendedikasikan diri sebagai seorang penulis sejati.
Hal itu bisa kita lihat bertebaran tulisan-tulisannya yang dimuat di pelbagai media massa, seperti KOMPAS, Republika, Media Indonesia, Jawa Pos, Kedaulatan Rakyat, dan sebagainya. Juga dikukuhkan sebagai penulis tetap Refleksi Koran Republika dan Rubrik Bingkai di Majalah Suara Muhammadiyah.
Tak ketinggalan, puluhan buku telah dilahirkan dari pikirannya. Antara lain Kuliah Kemuhammadiyah Edisi 1 dan 2, Ibrah Kehidupan: Sosiologi Makna Untuk Pencerahan Diri, Dinamisasi Gerakan Muhammadiyah: Agenda Strategis Abad Kedua, Agama, Demokrasi, dan Politik Kekerasan, Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya, Indonesia dan Keindonesiaan: Perspektif Sosiologis, Islam Syariat: Reproduksi Salafiyah Ideologis di Indonesia, Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan, Memahami Ideologi Muhammadiyah, Indonesia, Ideologi dan Martabat Pemimpin Bangsa, Gerakan Islam Pencerahan, Muhammadiyah Abad Kedua, Perilaku Politik Elit Muhammadiyah, dan masih banyak lagi.
Dengan ditetapkannya Prof Haedar sebagai Muslim Berpengaruh di dunia, patut menjadi suri teladan (uswah hasanah) bagi semua umat. Bahwa untuk menjadi Muslim berpengaruh itu, tidak sekadar bersafari ke sana ke mari, berbicara di podium, tetapi lebih dari itu semua, adalah buah pemikirannya yang ditebarkan ke lapisan umat, sehingga umat menerimanya, lebih-lebih mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari agar hidup itu dapat bermakna dan berwarna di masa depan. (Cris)