Penggunaan Teknologi Meningkat, Pendidikan Berkembang Pesat
Oleh: Rizki Putra Dewantoro
Zaman terus berkembang dengan cepat seiring dengan peranan teknologi yang samakin kuat. Maka, tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi juga semakin maju dan turut berkembang. Perubahan-perubahan fundamental dalam bidang teknologi atau biasa disebut disrupsi teknologi pun tidak bisa dihindari. Hal ini mengakibatkan berbagai sendi-sendi kehidupan ikut terimbas serta perlu mengantisipasi datangnya disrupsi dan inovasi teknologi.
Bidang pendidikan juga tidak terelakkan dalam menghadapi disrupsi. Hal ini bisa terlihat ketika pandemi Covid-19, seluruh tata kehidupan begitu juga pendidikan dituntut untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Dengan pembatasan, penggunaan teknologi dapat menjadi solusi bagi keberlangsungan pendidikan.
Perkembangan teknologi banyak memberikan dampak positif (Megahantara, 2017), diantaranya dapat menyelesaikan pekerjaan dengan semakin mudah dan cepat, dapat berkomunikasi dengan secara langsung (pembicaraan) sekalipun melalui internet atau yang sering disebut videocall, munculnya bermacam macam komunitas dari internet guna menjalin relasi baru, memudahkan dalam mencari informasi yang butuhkan, hingga akses internet bisa didapatkan dengan dan murah.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sudah semestinya menghadirkan berbagai terobosan dalam hal ini. Melalui transformasi teknologi yang dilakukan oleh Kemendikbudristek bertujuan memberikan dampak riil yang bisa dirasakan secara langsung oleh para warga pendidikan.
Salah satunya seperti hadirnya penggunaan teknologi pendidikan melalui Platform Merdeka Mengajar. Menurut data Kemendikbudristek lebih dari 1,6 juta guru telah menggunakan aplikasi ini dalam rangka membuka akses pada pengembangan diri secara lebih mandiri dan sesuai kondisi. Kemudian, terbentuknya lebih dari 3.500 komunitas belajar para guru, terkumpulnya lebih dari 55 ribu konten belajar mandiri.
Selain itu, lebih dari 141 ribu sekolah telah terbantu dalam mengetahui kondisi literasi, numerasi, karakter siswa, serta kualitas pembelajaran mereka melalui Rapor Pendidikan. Harapannya para guru dan kepala sekolah jadi lebih memahami 280 indikator dari Asesmen Nasional dan membantu mereka untuk melakukan refleksi dan perbaikan dengan Rapor Pendidikan.
Mendikbudristek Nadiem Makarim menyebut transformasi teknologi di sektor pendidikan ini merupakan upaya dalam mengatasi krisis pembelajaran yang terjadi dan diperparah oleh pandemi. Krisis pembelajaran hanya dapat diatasi melalui dukungan teknologi dalam sistem pendidikan, mengingat skala dan urgensinya.
Transformasi teknologi yang dilakukan pemerintah perlu berfokus pada peningkatan kualitas pembelajaran luring (offline) dalam lingkungan satuan pendidikan dan membantu pendidik dan kepala sekolah. Untuk itu, pendekatan berbasis pengguna yang dirancang bersama sejak awal dan didukung tim teknologi yang profesional sangat diperlukan untuk mengembangkan berbagai platform teknologi gratis untuk masyarakat.
Dalam konteks lembaga pendidikan, Muhammadiyah dapat menjadi contoh. Teknologi pendidikan sejak awal sudah menjadi prinsip untuk terus mengikuti perkembangan zaman. Diantara program konkrit yang dilakukan adalah dengan meluncurkan perangkat teknologi pendidikan Edutabmu. Terdapat 47 sekolah Muhammadiyah dan Aisyiyah se-Indonesia yang ditunjuk oleh PP Muhammadiyah untuk menerima program EdutabMu.
Saat Edutabmu diluncurkan tahun lalu, Indonesia dan seluruh negara di berbagai belahan dunia baru saja berusaha keluar dari pandemi Covid-19. Para siswa pun harus belajar secara daring dari rumah, sementara itu banyak materi pembelajaran tidak dapat diakses karena ketergantungan pada internet yang tinggi namun dukungan infrastruktur digital yang terbatas.
Selain itu, kualitas materi pembelajaran dan sumber daya guru yang dimiliki sekolah sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Dengan adanya program Edutabmu yang didukung oleh aplikasi Sekolah Enuma, akselerasi pembelajaran diharapkan dapat dilakukan secara efektif dan efisien, khususnya untuk mengantisipasi “learning loss” dan meningkatkan pencapaian literasi dasar buat siswa sekolah Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Melalui program ini, sekolah saat ini sudah mendapatkan fasilitas sejumlah 36 tablet berisi aplikasi Sekolah Enuma untuk siswa kelas I dan II. Aplikasi Sekolah Enuma berisi permainan untuk mengasah kecakapan Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris atau kecakapan literasi dan numerasi dasar siswa. Aplikasi ini juga tidak membutuhkan koneksi internet secara langsung.
Pendidikan tidak cukup hanya transfer of knowledge, tetapi juga transfer of value, ini menjadi tantangan bagi guru-guru Muhammadiyah untuk menghadirkan pembelajaran yang menyentuh kedua aspek tersebut .
Maka, Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai percepatan kualitas pendidikan di lingkungan Muhammadiyah dengan pemanfaatan teknologi digital. Ada banyak sekolah di kawasan pelosok dan minim akses internet. Dengan adanya program ini, para pelajar dapat belajar secara mandiri.