SOLO, Suara Muhammadiyah – Brama Kesawa Kelahiran (9) diam-diam menghanyutkan dan akan memperlihatkan kebolehannya dalam tajuk ‘Dalang Ora Kurang Sanggit’. Itulah kesan pertama ketika bertemu dengan bocah kelahiran Surakarta, 20 Mei 2013 ini. Ketika anak seusianya suka dengan Spongebob Squarepants dan sejenis, dia menekuni dunia perdalangan di usia dini.
Bagi siswa yang duduk di bangku kelas IV Sekolah Budaya SD Muhamamdiyah 1 Ketelan Surakarta ini menyukai dunia wayang sudah sejak kecil.
“Ya, kesukaan awal ketika melihat pagelaran wayang kulit dengan dalang Ki Cahyo Kuntadi dan Sukesi. Kebetulan ayahku dalang dan ibuku sinden terkenal serta disekolah budaya SD Muhammadiyah 1 Surakarta,” ujar Brama, Selasa (8/11/2022).
Pagelaran wayang kulit dengan lakon Jabang Tetuka mudah-mudahan mampu menyedot animo masyarakat dan umat. Acara itu dalam rangka memperinganti Hari Wayang Nasional UPT Taman Budaya Jawa Tengah dan Komunitas DOKS, Kamis 10 November 2022 pukul 19.30 WIB di Pendopo Ageng Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT).
“Selain saya sekolah Islami di Surakarta, juga belajar di Sanggar Madhangkara. Mohon doa restunya semoga mampu menghibur dan memberi pencerahan. Solo The Spirit Of Java. Semoga mampu mendekatkan generasi kekinian cinta wayang,” ucapnya, sambil tersenyum.
Dalam tema itu Wakil Kepala Sekolah bidang Humas Jatmiko, berharap ditahap usia dini semua aspek perkembangan mulai dari motorik, kognitif, afeksi, dan sosial, mulai dioptimalisasi oleh setiap satuan pendidikan.
Empat hal tersebut akan berkembang baik dengan pendekatan kemerdekaan jiwa anak, sehingga anak-anak sejak dini bisa bangga dengan budaya sendiri, seperti mau belajar jadi dalang.
“Wayang warisan budaya nusantara sekaligus warisan budaya dunia atas pengakuan UNESCO yang menetapkan wayang sebagai world herritage pada 7 Nopember 2003,” ujar Jatmiko.
Menanamkan tradisi wayang pada anak-anak dengan baik dan benar tentunya akan sangat berpengaruh besar pada pembentukan kebudayaan di sebuah generasi.
“Seperti kita ketahui sebagian masyarakat, wayang dijadikan mainan anak-anak dan pajangan. Kalau SD Muh 1 Solo ada ekstrakurikuler dan wayang bisa jadi tuntunan tidak hanya tontonan, menghibur dan mendidik karena penggalan kisah yang disajikan tidak hanya sekedar humor, tetapi ada nilai positifnya,” pungkasnya. (Jatmiko)