YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Setelah 5 tahun masa pembangunan, akhirnya Museum Muhammadiyah diresmikan pada hari ini, Senin (14/11). Museum Muhammadiyah yang terletak di Kompleks kampus terpadu Universitas Ahmad Dahlan (UAD) diresmikan oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (Menko PMK) Muhadjir Effendi dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berharap dengan keberadaan Museum Muhammadiyah tersebut, dapat menjadi kunci pembuka sejarah sekaligus sarana untuk memproyeksi langkah Muhammadiyah ke depan.
“Museum tidak hanya berbicara masa lampau namun juga proyeksi ke masa depan dari pelajaran masa lalu yang disajikan oleh Museum ini,” ungkap Haedar.
Museum Muhammadiyah ini belum sepenuhnya rampung. Baru dua dari empat lantai bangunan yang sudah bisa dinikmati oleh pengunjung. Haedar menyadari bahwa Museum Muhammadiyah ke depan akan terus mengalami berbagai pengembangan. Oleh karenanya, dirinya menghimbau kepada pimpinan daerah hingga cabang untuk berkoordinasi dengan pihak pengelola museum dalam melengkapi asset di dalamnya. Selain itu Haedar mengusulkan kepada UAD dan PTM lainnya untuk membuat tim pengkaji etnografi untuk melengkapi isi museum bukan hanya dengan yang berbentuk fisik namun juga mengumpulkan sejumlah jejak kehidupan KH Ahmad Dahlan juga tokoh Muhammadiyah awal yang dinilai masih tercecer hingga saat ini.
“Di mana titik-titik dan jejak langkah Kiai Dahlan berada kemudian dapat ditelusuri. Seperti ketika Kiai Dahlan bermukim di Makkah dua kali, ini bukan hanya perkara pulang dan pergi saja. Karena dapat dilihat ada lompatan di tengah-tengah budaya keagamaan Indonesia yang masih snagat tradisional dan kuatnya wahabisme di Timur Tengah, Kiai Dahlan pulang ke Indonesia menjadi mujadid,” imbuhnya.
Mengutip apa yang disebutkan oleh Mukti Ali, bahwa ada sejumlah ciri pembaharu yang dimiliki oleh Kiai Dahlan yang tidak dimiliki oleh pembaharu lainnya. Pertama, gagasan tentang institusi modern seperti sekolah dan rumah sakit juga institusi lainnya, kedua menggagas gerakan perempuan yakni Aisyiyah yang dirintis bersama Nyai Walidah.
“Bagaimana mungkin seorang Kiai Dahlan bersama Nyai Walidah kemudian menggagas gerakan perempuan Islam pertama yang terorganisir yang langsung didorong untuk muncul di muka publik. Ini betul-betul apa yang disebut dengan lompatan tajdid. Yang kemudian tajdid ini sempat mengalami reduksi makna menjadi pemurnian.”
Haedar menilai dengan keberadaan Museum Muhammadiyah ini, penting untuk kembali merekatkan titik-titik yang memiliki nilai sejarah Muhammadiyah khususnya di Yogyakarta. Salah satunya juga memanfaatkan situs-situs lama Muhammadiyah untuk membangun pusat-pusat keunggulan lainnya, contohnya dengan membangun perpustakaan Muhammadiyah terlengkap, yang akan memuat berbagai literatur terkait Muhammadiyah.
Senada dengan itu, Menko PMK Muhadjir Effendi menambahkan bahwa dengan keberadaan Museum Muhammadiyah ini diharapkan mampu menjadi titik kunjung terhadap berbagai warisan sejarah Muhammadiyah dan wisata religi.
“Museum ini penting keberadaannya agar anak kita memiliki kesadaran sejarah. Dengan berkunjung ke situs-situs bersejarah Muhammadiyah, mereka akan lebih paham dan sadar dengan sejarah.”
Bersamaan dengan keberadaan Museum Muhammadiyah, Muhadjir berharap agar ke depan, berbagai situs sejarah Muhammadiyah yang masuh belum mendapatkan perhatian, dapat dibenahi. Sehingga dapat menunjang proses pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) bagi siswa-siswa yang ada di sekolah Muhammadiyah.
“Kelemahan pembelajaran AIK yang ada di sekolah-sekolah kita yaitu masih diajarkan serba verbal namun kurang ke lapangan melihat situs-situs yang nyata. Harapannya, Museum Muhammadiyah ini menjadi titik tolak Muhammadiyah dengan melihat kebelakang untuk meniti masa depan yang lebih jauh.”
Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah sekaligus Rektor UAD Muchlas mengatakan bahwa pihaknya akan berkomitmen untuk terus merawat asset Muhammadiyah dengan keberadaan Museum Muhammadiyah tersebut. Muchlas juga menambahkan bahwa Museum Muhammadiyah dibangun dengan desain yang ramah anak, perempuan, dan lansia.
“Kami berkomitmen mengembangkan dan mengelola asset Muhammadiyah ini secara professional sehingga bsia memenuhi harapan persyarikatan untuk menjadikan fasilitas ini sebagai Museum yang berkemajuan dan sebagai media untuk kemajuan semesta.”
Saat ini, dua lantai museum yang telah difungsikan tersebut terbagi menjadi beberapa ruang pamer. Empat di antaranya difungsikan menjadi ruang pamer utama. Masing-masing ruang pameran tampil dengan ciri khas dan substansi cerita yang beragam. Museum Muhammadiyah juga telah dapat dikunjungi dengan mendaftar via daring melalui website museum.muhammadiyah.or.id. Di dalam website akan terlihat menu “Tiket” untuk pemesanan perorangan maupun rombongan. Lalu, pemesan bisa langsung memilih tanggal yang dikehendaki. Cukup dengan menunjukkan bukti registrasi online, calon pengunjung akan langsung diarahkan menikmati sajian museum. (Th)