NGANJUK, Suara Muhammadiyah – Kini Teknologi mempunyai kekuatan tertinggi. Teknologi menggantikan uang. Di era pandemi kehadirannya sangat dirasakan terutama pada pembelajaran, arus komunikasi, arus transaksi.
Dengan seni hidup jadi indah dengan teknologi hidup jadi mudah dengan Agama hidup jadi terarah. Pendidikan di Muhammadiyah harus mempersiapkan diri dan merespon dengan segera.
Manusia makhluk paripurna punya akal dan rasa. Sedang binatang hanya rasa. Hingga monyet akan terus makan pisang selama masih ada.
Pada akal manusia bersifat dinamis oleh sebab itu, manusia punya kemampuan diskriminasi (mempunyai kemampuan membedakan, mana punya sendiri mana milik orang lain. Monyet tidak mempunyai kemampuan diskriminasi mana miliknya mana milik orang lain. Itulah sebabnya ada yang mengatakan Koruptor itu sama dengan monyet.
Kaki pejabat seperti terpenjara, tak bebas ke mana. Gara gara ditraktir makan siang senilai sepuluh juta oleh pengusaha ada pejabat terkena pasal gratifikasi. Maka lapas yang dulu diresmikannya kini memenjarakannya.
Hukum belum bertakhta (belum berkuasa), maka ketidakjelasan ada di mana dan ketidakjelasan harus segera dirakhiri. Kalau tidak akan terjadi kebohongan di atas kebohongan.
Covid sudah selesai tapi tetap wajib berikhtiar. Muhammadiyah senantiasa taat dengan aturan tapi tidak bisa melarang warganya memakai masker.
Di era seperti ini Kreativitas sangat diperlukan. Menurut Prof Dr Agus Suradika, kreatif artinya menghubungkan dua hal yang tak ada hubungannya jadi bermakna. Hal-hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah Kolaborasi.
Untuk membangun sekolah yang maju, maka antara sekolah (AUM) dengan PDM/PCM harus satu frekuensi untuk meminimalisasi konflik. Sekolah harus memiliki manajemen yang kuat. Jangan banyak terjadi konlik internal Kejujuran harus diutamakan hingga Allah lah yang menjaga Muhammadiyah. Semua merasa memiliki ini kekuatan sekaligus kelemahan dalam AUM.
Mengapa Muhammadiyah begitu jadi besar dan mendunia? Yang pertama terus bergerak dan terus ikhtiar tanpa jeda. Yang kedua, Keikhlasan dari pimpinan dan karyawan. Yang ketiga senantiasa semangat dalam menjalankan amanah.
Muhammadiyah bukan partai politik, tapi warganya tidak boleh buta politik. Muhammadiyah Tidak punya kekuasaan tapi Muhammadiyah tidak bisa melarang warganya meraih kekuasaan dengan tidak membawa nama Muhammadiyah.
Untuk Indonesia yang aman dan nyaman untuk warganya yang bineka maka Kemesraan Islam dengan negara adalah sebuah keniscayaan. (Riz)