Semarak Muktamar ke-48 dan Milad Muhammadiyah ke-110
Suka cita menjelang Muktamar Muhammadiyah ke-48, 18-20 November 2022 di Solo-Surakarta Jawa Tengah menjadi cerita tersendiri dari perjalanan persyarikatan Muhammadiyah yang telah berusia 110 tahun. Sebuah perjalanan tidak biasa untuk suatu organisasi kemasyarakatan. Tetapi Muhammadiyah dengan mainstream “berkemajuan” membuktikan, dakwah amr ma’ruf nahi munkar berbungkus tajdid selalu mampu memberikan kebaikan dan manfaat bagi umat.
Perjalanan Persyarikatan Muhammadiyah terbukti menginspirasi banyak organisasi kemasyarakatan Islam lainnya untuk bersama berjuang di jalan dakwah dan menebarkan kemaslahatan bagi umat. James L Peacock, antropolog dari University of North Carolina, Chapel Hill yang meneliti Muhammadiyah sejak tahun 1970-an, akhirnya berkesimpulan bahwa, organisasi yang didirikan Kiai Ahmad Dahlan terkategori unggul sebab nyata telah banyak melahirkan calon dan pemimpin Islam yang juga unggul. Hal senanda juga disampaikan oleh William Liddle, guru besar ilmu politik dari Ohio State University Amerika Serikat, yang menilai Muhammadiyah adalah “The Largest Islamic Organisation”, representatif dengan jumlah amal usaha dan mutu.
Pengakuan dunia tentang geliat Muhammadiyah merupakan motivasi sekaligus cambukkan bagi kader dan generasi Muhammadiyah untuk tetap santun dan lurus dalam perjuangan dakwah. Zaman berubah, teknologi semakin canggih, kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks harus menjadi landasan kerja dan perjuangan Muhammadiyah.
Salah satu Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Barat periode 2005-2022, dan juga Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah, Abussamad yang penulis temui di sela kesibukannya (wawancara, 13 Oktober 2022), menjelaskan tentang bagaimana pergerakan persyarikatan disesuaikan dengan kebutuhan dan peluang tantangan masyarakat. “Berusaha memberikan yang terbaik, bahkan berhemat adalah salah satu trik kader militan untuk mewujudkan tujuan, agar amal usaha dapat maju dan berkembang”.
Sebagai Mantan Rektor, dan telah lama berjibaku dalam perjuangan membesarkan Persyarikatan di bidang pendidikan, Abussamad memahami bahwa hasil baik hanya didapat sebab niat dan kinerja yang juga baik. Lebih lanjut Ia menguraikan, dukungan kader yang ikhlash merelakan waktu, tenaga dan pikiran dalam membesarkan Muhammadiyah adalah kekuatan yang luar biasa, yang tidak dapat ditukar dengan materi.
Mencerahkan Semesta
Semarak Muktamar ke-48 dan Milad Persyarikatan 110 tahun tidak hanya sekedar ukhuwah warga Muhammadiyah tetapi sebuah “intropeksi” pergerakan agar tetap mampu “berkemajuan” melewati zaman dan tantangan. Melalui tema Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta, Muhammadiyah ingin kembali menyatukan semangat, menguatkan tekad serta tujuan agar semakin terang seperti sang Surya, sebagai penerang ke seluruh dunia, dengan mengawali langkah memajukan Indonesia.
Amal usaha yang tersebar di penjuru negeri bahkan diluar negeri, adalah wujud konkrit dari perjalanan untuk memajukan dan mencerahkan semesta. Khusus di bidang pendidikan, data dari Pusat Syiar Dakwah Muhammadiyah yang rilis di Instagram Lensamu (16 November 2022), tercatat 440 Pesantren, 20.233 TK, PAUD, dan Kelompok Belajar (KB), 2.817 SD/MI, 1.826 SMP/MTs, 171 dan Perguruan Tinggi. Angka yang luar biasa untuk sebuah perjalanan panjang suatu organisasi yang besar dengan saling bersinergi, memobilisasi diri dan massa untuk bersama berdakwah tanpa paksaan dan pujian.
Pendidikan yang dikenalkan Kiai Dahlan tidaklah sebatas formal saja (hanya dibangku sekolah dan memakai seragam). Tetapi juga berkembang secara non formal melalui pengajian. Pengajian yang diusung oleh Muhammadiyah dikenal dengan istilah Dakwah Jamaah (Al-Kindi, 2020). Muhammadiyah memberikan kekuatan karakter dalam pendidikan Islam yakni karakter pendidikan Islam modern, dimana terintegrasi iman sebagai sakralitas hidup manusia dan kemajuan sebagai tujuan dari hidup yang sebenarnya.
Amalia Irfani, Mahasiswa Doktoral Sosiologi UMM