Mengenal Wajah Islam dari Muktamar 48 dan Piala Dunia di Qatar

Mengenal Wajah Islam dari Muktamar 48 dan Piala Dunia di Qatar

Mengenal Wajah Islam dari Muktamar 48 dan Piala Dunia di Qatar

Oleh: Riza A. Novanto, M.Pd, Dosen STIKes Muhammadiyah Tegal, Kader Pemuda Muhammadiyah

Islam merupakan agama rahmat yang mengandung prinsip Rahmatal Llil ‘Alamin dalam ideologinya, maka telah tergambarkan dengan jelas bahwa Islam merupakan agama yang cinta terhadap perdamaian bukan hanya untuk umat muslim saja namun untuk seluruh umat manusia dimuka bumi. Islam Rahmatan Lil ‘Alamin merupakan konsep yang masih abstrak yang mengembangkan pola hubungan antar manusia yang pluralis, humanis, dialogis, dan toleran.

Selain itu, konsep ini mengembangkan pemanfaatan dan pengelolaan alam dengan rasa kasih sayang. Oleh karena itu, Islam merupakan agama yang tidak bisa dipisahkan dari berbagai aspek kehidupan, begitupula dengan Islam di Indonesia. Corak Islam di Indonesia begitu beragam, secara sosiologi sudah sangat melekat bahwa karakter Islam Idonesia dikenal lembut, damai, toleran, dan nirkekerasan. Menurut ketua umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir diberbagai kesempatan menyampaikan bahwa corak Islam yang lembut, toleran, damai, dan harmoni dikenal sebagai Islam moderat, Islam tengahan yang tidak terjebak pada ekstemis atau sifat ghuluw.

Wajah Islam Indonesia hari ini dan mendatang sangat membutuhkan pembaruan yang berkesinambungan agar mampu bersaing dengan bangsa lain dalam percaturan dunia baru. Islam yang berwajah lembut, toleran, damai, dan harmoni yang dibungkus dengan Islam tengahan, Islam moderat perlu diintegrasikan dengan Islam berkemajuan yang diusung Muhammadiyah sehingga mampu menampilkan kesadaran yang objektif, rasional, ilmu, teknologi, disiplin, mandiri, kerja keras, kerja tuntas, profesional dan nilai kemajuan lainnya.

Berkaca Pada Muktamar 48

Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 yang telah diselenggarakan di solo beberapa waktu lalu tentu menjadi perhatian kita bersama. Pasalnya perhelatan akbar tersebut telah melibatkan jutaan jamaa’ah peserta dan penggembira namun berjalan sangat tertib. Muhammadiyah yang merupakan salah satu ormas besar yang berkembang di Indonesia telah membuktikan bahwa Islam mengajarkan keteladanan dan mengedepankan adab sehingga perhelatan Muktamar 48 yang dihadiri oleh jutaan jam’ah tersebut tetap berjalan dengan tertib dan santun.

Sidang-sidang pleno pun berjalan dengan tenang, beradab, dan santai meski tetap serius sama sekali tidak ada perdebatan berarti apalagi pertikaian, anarkis hingga lempar kursi. Bahkan menurut para wartawan yang hadir meliput menimbulkan semacam dilema. Satu sisi mereka tidak dapat membuat berita bombastis yang lazimnya terjadi di banyak kontestasi pemilihan, tapi di sisi lain mereka mendapatkan kesan berharga dari keteladanan yang ditampilkan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, yang sejatinya jarang terjadi di Indonesia.

13 Anggota PP Muhammadiyah hasil Muktamar 48 di Surakarta Foto Abyan/PPMuh

Hal ini pun mendapat perhatian dari berbagai tokoh salah satunya Ketua Umum PP Persatuan Islam (Persis) KH Jeje Zaenudin yang mengungkapkan bahwa Muhammadiyah sangat layak untuk menjadi teladan. Menurutnya Sebagai Ormas yang sangat kuat dan mapan dalam dunia pendidikan dan sosial kemasyarakatan, Muhammadiyah sangat layak dijadikan contoh dan teladan, dan tentunya kami berharap dapat belajar, meniru, bekerja sama, dan bersinergi dalam bidang pengembangan lembaga  pendidikan tinggi Islam yang berbasis kepada nilai-nilai Islam secara kuat sekaligus berbasis teknologi.

Muktamar bukan hanya persoalan pemilihan ketua umum melainkan merumuskan kebijakan dan program 5 tahun kedepan, sebab di Muhammadiyah tidak ada yang mencalonkan, tapi dicalonkan sebab Muhammadiyah bukan partai politik yang dipenuhi dengan ambisi. Ini menunjukkan bahwa kekonsistenan Muhammadiyah dalam gerakan dakwah didasari dengan keikhlasan dan kerelaan untuk terus mewujudkan masyarakat Islam yang sebanar-sebenarnya sesuai dengan tujuan Muhammadiyah. Teladan dalam perhelatan Muktamar tersebut menjadi bukti bahwa wajah Islam sangatlah damai, lembut dan toleran.

Qatar dan Dakwah Sepak Bola

Selain berkaca pada Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 dalam mengenal wajah Islam, kita juga bisa melihat dari perhelatan sepak bola dunia pada Word Cup 2022 yang dimulai pada 20 November lalu. Beberapa fakta yang mengejutkan, Qatar sebagai tuan rumah melalui FIFA dan otoritasnya telah melarang alkohol di semua stadion Piala Dunia Qatar. Suporter hanya boleh mengkonsumsi alkohol di zona yang disediakan yaitu FIFA Fan Festival di Taman Al Bidda. Selain itu para suporter dilarang memakai baju seksi seperti rok mini dan atasan berpotongan rendah selama berada di Qatar. Aturan ini juga berlaku untuk para kekasih dan istri pemain timnas semua negara yang berada di Qatar.

Beberapa fakta lain yang cukup menyita perhatian kita, mulai dari opening ceremony yang diawali dengan dibacakannya ayat suci Al-Qur’an, speaker diberbagai sudut stadion untuk kumandang suara adzan, Mural hadits-hadits Nabi di setiap sudut tempat, Qatar Quest Center yang menyiapkan 2.000 tim dakwah untuk memperkenalkan agama Islam, hingga kamar di hotel yang terdapat QR Code untuk memperkenalkan keindahan agara Islam lebih dalam.

Pembukaan Piala Dunia 2022 di Qatar Sumber Foto FIFA

Berbagai fakta diatas menunjukkan bahwa Qatar sebagai tuan rumah telah menerapkan berbagai trobosan menarik yang cukup menakjubkan dan kreatif dalam rangka memperkenalkan Islam ke kancah dunia melalui sepak bola. Fakta tersebut bukti Qatar ingin menunjukan betapa indahnya Islam dengan menunjukkan wajah Islam yang sesungguhnya,bak seolah menjadi penerang bagi seluruh umat manusia yang menganggap bahwa Islam agama “radikal, intoleran, dan keras”.

Ajaran Islam Sempurna

Ajaran Islam sangat sempurna. Bukan hanya mengatur hubungan peribadatan antara hamba dan Al Khaliq-Nya, namun juga mengatur hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri juga antara manusia dengan manusia lainnya. Sehingga tidak ada satupun aspek kehidupan yang tidak diatur dalam Islam.

Maka tak diragukan lagi, Islam bukan sebatas agama ritual namun sebuah sistem kehidupan yang dibuat langsung oleh Allah demi kemaslahatan dan kebaikan manusia, yang telah diciptakan-Nya. Maka Islam tidak bisa dipisahkan dari kehidupan keseharian juga dalam bernegara. Apalagi bagi Islamophobia, hal ini tentu menjadi fakta sebaliknya bahwa Islam agara rahmat bagi seluruh umat manusia.

Tentunya siapapun yang Islamophobia, dia merupakan pihak yang belum memahami betul Islam secara utuh. Bagaimana bisa, Islam yang membawa kerahmatan, dituding menjadi sumber masalah, teror, keras bahkan intoleran. Sebagai seorang muslim mari kita gaungkan wajah Islam sebanarnya dimanapun berapa, sebab mengenalkan wajah Islam kekhalayak umum membutuhkan keseriusan dalam menerapkan misi ke-Islam-an sehingga muncul keadaban dalam setiap aktiftas sesuai dengan nafas Islam Agar pihak-pihak yang gagal paham terhadap Islam, berubah dan berbalik menjadi pejuang yang berada di garda terdepan untuk memperjuangkan Islam. Semoga kita menjadi bagian dari orang yang terdepan itu. Aamiin..!!

Exit mobile version