YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah dalam memasuki tantangan zaman yang makin kompleks, terus berupaya dengan kekuatan sumber daya yang ada untuk hadir memajukan Indonesia dan merawat keberagaman Bhinneka Tunggal Ika. Muhammadiyah dalam memandang Indonesia ke depan sangat optimis bahwa Indonesia akan termanifestasi menjadi negeri yang berkemajuan.
Itu tidak berlebihan. Karena Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah ruah. Selain itu, luas kawasan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke (barat ke timur) serta dari Miangas ke Pulau Rote (utara ke selatan) menjadikan potensi besar dalam mengaktualisasikan visi tersebut.
Di tambah, potensi sumber daya manusia yang hebat dan kemerdekaan luar biasa. Lalu potensi keragaman agama, budaya, suku bangsa, maupun golongan menjadi sampul perekat Bhinneka Tunggal Ika. Serta penguatan pendidikan karakter yang menguatkan akar agama, Pancasila, dan budaya luhur bangsa seraya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) sehingga menjadi insan-insan yang berkeunggulan.
Itulah yang disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah masa bakti 2022-2027 Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi dalam acara “Dialog Indonesia Bicara: Muhammadiyah Melihat Indonesia” secara daring di Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI), Kamis (24/11).
Prof Haedar juga menyebut bahwa denyut nadi politik turut menjadi topangan kekuatan untuk memajukan bangsa dan jangan dijadikan alat untuk memecahkan tubuh bangsa. Demikian halnya ekonomi, di mana harus berkeadilan agar Indonesia bisa maju di masa depan. Juga tak kalah pentingnya lagi ialah sumber daya alam pemberian Tuhan itu seyogianya dikelola dengan baik.
“Kuncinya bagaimana kita mengurus negara ini dengan baik secara bersama-sama. Di situlah Muhammadiyah berkontribusi,” ujarnya.
Untuk menjalankan cita-cita besar tersebut, Muhammadiyah terus melakukan kolaborasi dan berintegrasi dengan negara harus menjadi kekuatan proaktif dan konstitusional yang bisa memobilisasi seluruh potensi-potensi yang dimiliki oleh Indonesia. Muhammadiyah juga akan dan selalu mengkapitalisasi seluruh lembaga pendidikan, kesehatan, dan sosial.
“Semua ini harus kita dinamisasi dan insyaallah akan kita bangun pusat-pusat keunggulan yang lebih baik. Muhammadiyah tidak bisa sendirian, perlu kerja sama dengan komponen bangsa yang lain. Tentunya semuanya harus seirama membangun bangsa dan negara,” katanya.
Muhammadiyah memainkan peran selain memajukan Indonesia, tetapi pada saat yang sama hal terpenting lainnya bagaimana dalam membangun bangsa dan negara yang sehat kerap menemui titik kelemahan dan kekurangan. Maka semua pihak harus saling mengingatkan dengan memberi kritik dan masukan untuk kebajikan bersama (wa tawasau bil-haqqi wa tawasau bis-sabr).
“Itu sehat, bergizi. Jadi kalau ada kritik, masukan termasuk dari Muhammadiyah jangan dianggap itu sebagai hal yang negatif terhadap negara dan terhadap komponen bangsa. Tetapi ini sebagai energi positif dan gizi untuk kita makin menjadi negara dan bangsa yang sehat,” tuturnya.
Lebih lanjut, Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu menyebut bahwa kiprah Muhammadiyah selain memajukan Indonesia, juga terdapat kiprah lain yang tak kalah penting, yakni bagaimana Muhammadiyah memainkan perannya dalam berkiprah merawat keberagaman dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Menurut Prof Haedar, setidaknya ada pelbagai kiprah yang telah dan akan terus dilakukan Muhammadiyah.
Pertama, seluruh komponen bangsa dalam keragaman agama, budaya, suku bangsa, maupun golongan harus berkomitmen menjadi Indonesia sebagai negara konsensus milik bersama. Posisi Pancasila sebagai titik temu dari keragaman itu semua.
“Komitmen ini harus kita jaga bersama. Muhammadiyah menyebut sebagai negara Pancasila Darul Ahdi wa Syahadah, tempat kita berkonsensus dan membangun,” ucapnya.
Kedua, mengoptimalkan benih-benih bersatu. Dalam Bhinneka Tunggal Ika ada kesatuan yang mana ada keberagaman dan ada juga tunggal. “Rayakan kebinnekaan bersamaan dengan rayakan persatuan,” tukasnya.
Ketiga, membangun seluruh potensi-potensi yang ada. Indonesia tidak cukup hanya Bhinneka Tunggal Ika yang statis dan stagnan. Tetapi lebih jauh, saat ini kehidupan tengah menghadapi transformasi geopolitik ekonomi luar biasa. Rivalitas di kancah ASEAN juga sangat berat.
Di tambah, dalam menghadapi situasi-situasi besar seperti perubahan iklim, gempa bumi, dan lainnya yang tidak mudah di mana tidak hanya terjadi di Indonesia bahkan terjadi di luar negeri. Di sinilah seluruh rakyat harus meneguhkan kembali komitmen dalam membangun Indonesia milik bersama.
Keempat, hentikanlah segala bentuk-bentuk penyelewengan seperti korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Juga hentikanlah perpecahan dan pertengkaran sebagai akar rumput dari jatuhnya Indonesia di masa depan. (Cris)