Nasyiatul Aisyiyah Dorong Perempuan Berkemajuan dengan Berpendidikan
BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Sejak dulu hingga sekarang, kebodohan menjadi masalah serius yang menghambat kemajuan. Membuat peradaban manusia semakin tertinggal. Khususnya bagi perempuan yang pada saat itu dipandang sebagai manusia kelas dua, alias hanya bertanggung jawab pada masalah rumah dan dapur. Perempuan tidak memiliki tempat di ruang publik yang begitu luas.
Raja Juli Antoni, Wakil Menteri Pertanahan RI mengatakan dalam sambutannya, kesadaran akan pentingnya peran perempuan di ruang yang lebih luas itu pertama kali digaungkan oleh Siti Munjiyah, salah seorang kader Aisyiyah yang gencar memperjuangkan hak perempuan untuk memperoleh pendidikan yang setara seperti laki-laki. Hal itu secara tegas ia suarakan pada kongres perempuan pertama di Yogyakarta 1928.
“Perempuan dan lelaki Islam itu masing-masing berhak berkemajuan dan berkesempurnaan, dan bahwasanya yang dikata kemajuan dan kesempurnaan itu ialah menurut hak batas-batasnya sendiri-sendiri,” demikian sepenggal kalimat dalam pidato Siti Munjiyah yang disampaikan dalam Kongres Perempuan.
Mantan Ketua Umum IPM tersebut pun mengkaitkan isu tersebut dengan kesuksesan Indonesia sebagai tuan rumah presidensi G20 yang berlangsung pertengahan November lalu. Ia menjelaskan bahwa suksesnya kepemimpinan Indonesia di G20 tidak bisa dilepaskan dari peran dua perempuan yang mendampingi presiden Jokowi yaitu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Hal ini menjadi bukti bahwa peran perempuan yang signifikan. Dua perempuan Indonesia duduk di forum internasional.
“Secara tidak langsung presiden ingin menunjukkan kepada dunia tentang bagaimana perempuan Indonesia memiliki ruang dan tempat yang setara dengan laki-laki,” ujar Raja Juli saat memberikan sambutan di agenda Tanwir Nasyiatul Aisyiyah yang ke-5 di Bandung.
Berbicara tentang Nasyiatul Aisyiyah, Ia mengaku selalu teringat dengan sosok Siti Munjiyah yang secara gigih mendorong perempuan untuk terus belajar dan berpendidikan. “Yang membuat perempuan hina itu lantaran bodoh, maka dari itu kami bergerak maju, dan belajar sebagaimana laki-laki bersekolah,” ungkap Raja Juli Antoni mengutip kata-kata Siti Munjiyah.
Menurutnya, akar permasalah kebodohan ini sudah disadari oleh Aisyiyah dan Nasyiatual Aisyiyah di periode sebelum kemerdekaan. Sehingga Nasyiatul Aisyiyah tak pernah lelah mendorong para kadernya untuk terus mengasah kemampuan dan terus belajar. (diko)