Cerita Dibalik Logo Muktamar Nasyiah – XIV dan Filosofinya

Cerita Dibalik Logo Muktamar Nasyiah - XIV dan Filosofinya

Cerita Dibalik Logo Muktamar Nasyiah – XIV dan Filosofinya

BANDUNG, Suara Muhammadiyah — Pertengahan bulan November 2022, kami mendapat undangan walimatul ‘urusy dari salah satu pengurus Pesantren Mahasiswa KH. Ahmad Dahlan (PERSADA) di Ujung Berung, Bandung. Setelah dibuka, rupanya jadwal akad berbarengan dengan agenda Muktamar Nasyiatul Aisyiyah (Nasyiah) ke – XIV yang diselenggarakan pada 2 – 4 Desember 2022 di Hotel Asrilia, Bandung.

Kami berlima berangkat dari Jogja pukul 10.00 WIB dengan mengendarai mobil avanza hitam menuju Semarang, menjemput Ust. Mustofa Ahyar, M.Pd., Kabid Media dan IT PERSADA yang baru landing dari Kalimantan. Beliau minta dijemput sekalian berangkat bareng menuju Bandung. Dus, sebagaimana kontak kontakan di WhatsApp, kita bertemu di Masjid Agung Jawa Tengah tepat 10 menit sebelum adzan Asar berkumandang.

Jarak tempuh ke Bandung membutuhkan waktu sekitar 10 jam perjalanan. Di tengah perjalanan melalui ruas tol Trans Jawa, Palikanci, Cipali dan seterusnya hingga sampai di Subang, saya melihat bagaimana Ust. Mustofa gesit memainkan laptopnya membuat aneka desain tentang Muktamar NA. Bisa kita bayangkan, dalam keadaan gelap, kontur jalan yang kadang tidak rata, berliku-liku, dengan mobil yang suspensinya tidak mendukung, letih karena baru saja landing, lalu sambil membuat desain. Ini bukan satu hal yang mudah. Pusing, itu pasti. Namun hebatnya, target tetap terpenuhi, beberapa logo dapat selesai dalam hitungan beberapa menit saja.

Kita sampai Bandung sekira pukul 01.00 dini hari dan bermalam di Guest House, Gedung Dakwah Muhammadiyah Sukajadi. Terimakasih mas Ihsan Prastyo, alumni Musyrif PERSADA yang sedang melanjutkan studi Magister di ITB yang berkenan membantu mengurus tempat penginapan.

Rasa kagum dan takjub melihat bagaimana Ust. Mustofa mampu mengerjakan tugas demikian, membuat kami bertanya banyak hal. Tibalah sampai kisah di balik logo muktamar Nasyiah ke XIV tersebut. Usut punya usut, tanpa membusungkan dada, sambil senyum senyum dan ketawa ringan, beliau mengaku bahwa dirinyalah yang membuat logo tersebut.

Bersama istrinya, yang juga ahli desain, logo dibuat melalui beberapa kali revisi. Ia mengaku bahwa desain fixed sudah disetujui oleh panitia sejak Desember 2021 yang lalu, jadi sudah hampir setahun. Seingatnya, desain logo tersebut mendapat revisi sebanyak enam kali. Awalnya ada gambar Gedung Sate, lalu dua gambar kujang sebagai ikon Kota Bandung dan sebagainya.

Logo muktamar ke XIV ini terdiri dari tiga komponen utama, yakni Logo Nasyiah, Kujang dan Batik Mega Mendung. Kujang merupakan senjata tradisional khas Jawa Barat, ini menjadi ikon tempat dilaksanakannya muktamar. Ujungnya yang runcing melambangkan semangat Nasyiah yang tetap kritis terhadap berbagai persoalan dan isu terkini. Selain itu, corak warna yang dipilih juga memiliki beberapa makna.

Warna kuning emas, melambangkan harapan. Harapan agar nasyiah terus berjaya dan berprestasi. Bernasyiah dengan gembira dan selalu menebar manfaat untuk masyarakat. Kemudian, warna biru juga menunjukkan keteguhan, sikap yang tidak mudah goyah. Ia juga menunjukkan harapan, agar turut berkontribusi menyelesaikan masalah tanpa keributan.

Selanjutnya warna merah bata yang menunjukkan kepercayaan diri dan rasa aman. Berani menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, sehingga mampu menghadirkan rasa nyaman bagi kemanusiaan.

Batik Mega Mendung khas Cirebonan ini juga dipilih sebagai bagian dari khas Jawa Barat. Tampilan awan yang redup (mendung) dengan gradasi warna yang pas menunjukkan makna mengayomi, sejuk dan damai. Inilah logo Nasyiah yang diletakkan di depan batik Mega Mendung diharapkan mampu mengayomi, memberi kesejukan, mencipta kedamaian bagi alam semesta. Selengkapnya, filosofi tersebut dapat dilihat melalui akun instagram @ppnasyiah.

Salah satu pelajaran yang saya ambil dalam hal ini antara lain, bahwa rasa tanggungjawab atas amanah yang dimiliki seseorang mampu mengalahkan rasa lelah dan letih. Aral rintang dihadapi dengan penuh keberanian, meski hal ini mengandung resiko. Bukankah bermain laptop dalam kondisi gelap beresiko pada mata?. Dan kata seorang kawan, amanah atau kepercayaan ini, apabila sudah dilanggar dan ternodai, akan sangat susah untuk dimiliki kembali. Orang kemudian akan hilang kepercayaannya pada kita, wallahu a’lam.

Selamat yunda Ariati Dina Puspitasari, dosen kebanggan kami di UAD yang terpilih sebagai Ketum PP Nasyiatul Aisyiyah periode 2022-2026, beserta yunda Rifa’atul Mahmudah sebagai Sekum-nya, semoga amanah dan mampu melaksanakan segala tugas dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya. Selain itu, untuk mas Izzat Ziauddin Abdullah dan Rahmi Nur Mawaddah, dua kader ulama tarjih Muhammadiyah yang juga alumni Musyrif/ah PERSADA yang telah melangsungkan akad, semoga sakinah mawaddah warahmah sampai jannah. Khutbah, pesan dan nasehat pernikahan dari Ayahanda Fahmi Muqoddas insyaallah saya tulis di lain kesempatan. (Diyan)

Exit mobile version