Indonesia Tangguh Berkah Jiwa Welas Asih “Nyah Nyoh”
Kedermawanan di Negeri Rawan Bencana
Prof Dr H. Biyanto, M.Ag
Kajian Ahad Pagi Fajar Mubarrak, PDM Nganjuk Ahad, 11 Desember 2022
Kedermawanan dalam bahasa Jawa “nyah nyoh” atau sikap altruisme, tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah inilah yang membuat Bangsa dan Negara Indonesia tetap utuh dan tangguh di tengah gempuran dan jarahan bangsa lain dengan berbagai cara yang amat dahsyat. Maka Indonesia tetap kuat dan tetap hebat karena di sana masih banyak orang yang welas asih dan bertakwa dengan mengaplikasikan teologi Al Ma’un.
Semangat Al Ma’un yang dahsyat itu mempandemi seluruh Pimpinan dan jajaran PWM Jatim dengan wujud menyediakan 5 paket umroh untuk peserta Musywil dan 5 unit sepeda seharga 20 jutaan untuk para penggembira, pada acara Musywil di UMPO Ponoro 24-25 Desember2022. Untuk menghindari spikulasi, undian menggunakan komputer dengan demikian bisa menghilangkan spekulasi.
Rambut Nabi yang Memutih
Perkara yang sangat mengelisahkan Nabi adalah masalah Istiqomah. Dengan gaya santai penuh canda Prof Bi (sapaan akrab Prof Biyanto) akhirnya memunculkan candaan publik. Kurang lebih begini, beliau sampaikan, suatu saat oleh salah satu sahabat Rasul ditanya: Ya Nabi, mengapa rambut Nabi memutih? Lalu jawab Nabi kurang lebih begini: Aku memikirkan ayat-ayat yang turun (antara lain Al Waqi’ah, Hud: 112) tentang perintah Istiqomah. Ini sungguh suatu perkara yang berat. Namun kali ini perkara rambut putih simbol keberuntungan terkait salah satu kriteria capres, apalagi wajah berkerut karena itu simbol pemimpin yang hanya berpikir untuk rakyatnya.
Manusia Makhluk Sulit Ditebak
Istiqomah dalam sikap kedermawanan, nyah-nyoh inilah yang perlu dipelihara agar Indonesia tetap tangguh dan utuh. Karena manusia itu makhluk yang sulit ditebak, esok dele sore tempe. Beda dengan makhluk lain, misalnya bumi, matahari, dan bulan peredarannya ajeg (Istiqomah) maka mudah dihitung/ ditebak, maka1 Ramadhan 1444 bisa diprediksi karena ada keajegan, bisa dihitung. Maka Sekali lagi tiqomah dalam sikap welas perlu dirawat untuk Indonesia yang tangguh
Ngaji, Membuat Luas dan Luwes Ngaji membuat wawasan kita luas dan ngaji membuat keberagamaan kita luwes nggak kaku, nggak pokokke. Orang yang nggak luas wawasannya beranggapan bahwa orang yang tidak sama dengannya ia musuh saya. Untuk orang seperti solusinya itu diajak “ngopi” yang jauh. Orang Muhammadiyah ngopinya jauh-jauh. Ada yang ke Malaysia, ada yang ke Singapura bahkan ke Spanyol. Yang paling dekat untuk Muscab PCM Taman Sidoarjo di Bali, biar tidak cupet nalarnya. Jadi ngaji bagian dari upaya meluaskan wawasan dan meluweskan agama.
Perbebedaan itu Rahmad
Bagi Orang Terdidik Ikhtilafi umat itu Rahmat, bagi Bagi yang tidak terdidik jadi fitnah. Tahun 70-an masalah qunut jadi tengkar. Sekarang tidak tengkar karena anak muda banyak tidak salat subuh.
Kita mungkin kagum pada Turki. Turki pernah memimpin 500 tahun hingga sekarang, termasuk negara yang sang diperhitungkan di dunia. Indonesia selayaknya bisa seperti Turki.
Sementara itu kita sedih melihat Masjid Alhambra dijadikan objek wisata yang dikunjungi dikunjungi 55 juta wisata per tahun dengan harga tiket cukup mahal.
Allah Menjamin Bagi Orang yang Suka Menolong.
Apa yang kita berikan pada orang lain takkan pernah hilang.
Perumpamaan orang suka memberi seperti menanam sebutir benih akan menjadi 700 butir
Orang suka membantu akan dimudahkan hidupnya ditolong didunia dan di akhirat. Sementara
orang yang menutup aib saudara nya, maka akan ditutup aibnya oleh Allah.
Kedermawanan Diajarkan dalam Qur’an
Negara rawan bencana seperti Indonesia ini diperlukan sikap dermawan. Menjelang akhir tahun bencana bertubi tubi datang seperti di Cianjur, Sukabumi, di Jawa Timur Semeru muntub muntub.Indonesia tangguh berkat taawun sesama anak bangsa bukan semata karena pimpinan.
Fragile State
Negara Indonesia disebut negara rapuh, nyatanya Indonesia tangguh hadapi pandemi dan berbagai rongrongan.