Relawan Psikososial Muhammadiyah Berdayakan Penyintas Gempa Cianjur
CIANJUR, Suara Muhammadiyah – Dalam respon tanggap darurat gempa Cianjur, Muhammadiyah melaksanakan pendampingan psikososial terhadap warga penyintas. Kegiatan itu dilaksanakan oleh para relawan asal MDMC dan berbagai kampus Muhammadiyah.
Mereka diantaranya adalah para relawan dari MDMC Lampung, Universitas Buya Hamka, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Universitas Ahmad Dahlan dan Universitas Muhammadiyah Malang.
Nata Hendriati, koordinator tim psikososial Universitas Muhammadiyah Malang yang bertugas di pos pelayanan (posyan) Muhammadiyah Cariu, Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang bercerita tentang fakta-fakta yang ditemukannya selama mendampingi para penyintas.
Menurutnya dari hasil asesmen psikologis, warga penyintas kelompok perempuan lebih memiliki kekhawatiran terkait situasi dan kondisi serta masa depan akan seperti apa.
“Berbeda dengan kelompok laki laki yang memang cenderung lebih optimis dan memiliki semangat maupun keberfungsian sosial yang lebih baik jika dibandingkan kelompok perempuan,” katanya.
Dari hasil asesmen ini, dia bersama rekan-rekannya mengajak para ibu penyintas di Cariu untuk mengurangi rasa khawatir dengan mengenal situasi dan kondisi lingkungan serta mulai mengenal emosi apa yang sedang terjadi dalam diri mereka.
Nata bersama rekan-rekannya juga mencoba untuk mengajak mereka lebih aktif dan terlibat dalam kegiatan pemulihan seperti beraktivitas keseharian seperti semula. Nantinya, kegiatan pemberdayaan terkait gaya hidup bersih dan sehat menjadi alternatif pilihan.
“Untuk bapak-bapaknya memang memiliki keberfungsian sosial lebih baik, tapi jika tidak terfasilitasi, maka mereka juga akan mengalami penurunan,” ungkapnya
Dengan kondisi itu, Nata dan rekan-rekannya mengajak mereka bergotong royong untuk mendirikan hunian darurat serta membuat jadwal pekerjaan yang harusnya mereka lakukan Daftar pekerjaan itu mulai dari membersihkan puing-puing sampai mengelola sampah.
“Jadi mereka enggak bingung mau seperti apa karena sayang mereka punya kepekaan sosial tapi tidak didukung, tidak diarahkan seperti itu,” imbuh Nata.
Kepada kelompok remaja, pendampingan yang diberikan menurut Nata lebih ke pelatihan, bagaimana untuk mengatasi masalah psikologis seperti Psychological First Aid (PFA).
Dengan pelatihan ini diharapkan memberi para remaja tersebut pengetahuan ketika ada orang yang secara psikologis sedang kurang baik maka mereka harus melakukan apa.
Kalau untuk anak-anak menurut Nata sementara dilaksanakan kegiatan-kegiatan pengalihan, karena sebagian besar anak anak di sekitar posyan Cariu kegiatannya masih terpusat di tenda Kementerian Sosial.
“Di situ ada sekolah ceria yang memang Kemensos ini mengelola dari berbagai pihak yang masuk. Jadi kita kadang masuk masuk aja. Tapi untuk sekedar distracting activites untuk kegiatan-kegiatan yang memang orientasinya masa depan itu masih belum,” pungkas Nata.
Tim psikososial Universitas Muhammadiyah Malang tersebut bertugas selama 1 bulan di Posyan Cariu. Tugas mereka akan berakhir 28 Desember 2022 mendatang. (ArifJamali/Riz)