Kebahagiaan Messi dan Jamal

Kebahagiaan Messi dan Jamal

Kebahagiaan Messi dan Jamal

Oleh: Ahsan Jamet Hamidi

Sejak usia 16 tahun, Messi sudah bergabung di klub Barcelona. Karir sebagai pesebak bola kelas dunia tidak pernah meredup hingga sekarang. Tahun 2022 ini, Messi genap berusia 35 tahun. Piala Dunia yang diadakan di Qatar adalah turnamen Piala Dunia kelima Messi. Mungkin, ini akan menjadi yang terakhir. Seiring dengan karir cemerlangnya, ia memiliki kekayaan sangat fantastis. Mulai dari hunian mewah, hotel, sederet supercar, bahkan pesawat jet pribadi.

Timbunan kekayaan Messi tidak hanya didapat dari sepak bola. Ia dikontrak sebagai brand ambassador untuk merek-merek ternama dunia. Mulai merk minuman hingga pakaian olah raga. Sebagai pengikut Instagram, ia memiliki lebih dari 370 juta pengikut. Hopper HQ melaporkan, setiap unggahan berbayar Messi di Instagram, ia bisa bernilai kira-kira lebih dari 1,77 juta dollar AS saat ini.

Tadi malam, Leonel Messi berhasil menambah satu gol ketika melawan Kroasia pada babak 4 besar Piala Dunia. Secara keseluruhan, Messi telah menorehkan total 11 gol sepanjang penampilannya untuk Argentina di Piala Dunia 2022 kali ini.

Messi Bahagia?

Usai jalan pagi, saya mampir ke Pos Satpam dan bersua dengan Jamal. Petugas jaga malam itu masih belum bisa melupakan pesona permainan Messi saat melawan Kroasia. Dia cukup paham latar belakang kehidupan pribadi Messi, dengan sederet prestasi lain yang berhasil diraihnya. Tiba-tiba ia membuka pertanyaan tentang Messi di luar perkara sepak bola.

“Enak banget kali ya Pak jadi orang kayak Messi gitu?” Tanya Jamal

Saya jawab spontan; “jangan-jangan, Messi tanya juga, enak banget ya jadi satpam kayak Jamal. Berjaga di pos dengan santai. Sambil makan, ngopi, merokok dengan bebas. Setiap hari selalu ada kebaikan hati warga. Ada yang mengasih makanan, minuman, rokok. Paling tidak senyuman dan doa lah ya. Kalau sudah ngantuk, bisa gantian tidur?”

“Kagak bisa tidur Pak sekarang. Kan pintunya harus dibukain pake kartu, kalau ada tamu”. Protes Jamal.

“Messi tuh hidupnya mikirin apalagi ya Pak? Banda banyak. Mau apa aja juga kebayar sama dia” Tanya Jamal lagi

“Kalau Messi disini, jangan-jangan dia akan mikirin bagaimana bisa hidup bahagia kayak Jamal. Bisa tidur pules di pos, meski tikernya tipis. Bisa makan apa aja dengan enak, tanpa takut kolesterol atau asam urat naik. Bisa minum kopi dan merokok kapan saja tanpa takut sakit jantung. Selesai tugas, pulang ke rumah deh…cukup dengan naik motor. Saat libur kerja, bisa mancing di empang sepuasnya. Asal anak bini bisa makan dan sekolah, hidup sudah tenang. Messi mana bisa begitu kan?”.

“Jadi, orang kayak Messi gitu tetep pusing juga ya Pak?” Sambil terkekeh

“Kalau Jamal pusing mikirin biaya kawinan anak, Messi pusingnya bisa 100 kali lipat. Kalau uang di kantong Jamal hilang karena jatuh di jalan hanya 10 ribu. Uang Messi sekali hilang ditilep orang bisa 10 milyar. Sama-sama kehilangan, sama-sama kesel, tapi bobotnya yang beda….”

“Kalau begitu sih, saya ogah jadi Messi dah. Berat amet kayaknya….” Tutup obrolan pagi hari.

Membahagiakan Diri Sendiri

Dulu, saya termasuk orang yang pernah berfantasi membayangkan betapa enaknya menjadi orang lain, seperti Leonel Messi misalnya. Punya prestasi, popularitas, juga harta fantastis. Seolah-olah semua kebutuhan duniawi sudah bisa terpenuhi dengan paripurna.

Sekarang, saya bersyukur karena mampu mengabaikan fantasi semu semacam itu. Fantasi yang sebenarnya hanya mampu memotret satu sisi kehidupan manusia lain. Mereka terlihat lebih enak, mapan dan serba membahagiakan. Padahal, itu hanya karena keterbatasan kedua mata saya yang gagal melihat sisi lain dari kehidupan para pesohor yang difantasikan. Sisi lain orang-orang itu memang tidak selalu tampak kasat mata. Mungkin memang benar-benar serba lebih atau sebaliknya.

Sehebat apapun prestasi seseorang. Sebesar apapun rezeki, pangkat dan jabatan yang melekat dalam dirinya, hal itu tidak akan menjadi satu-satunya alat ukur bagi kualitas kemanusiaan seseorang. Pada akhirnya, kehormatan dan kualitas hidup manusia, akan terukur dari kemanfaatannya pada manusia lain. Berbahagialah mereka yang sudah mampu menghadirkan rasa syukur tanpa henti di dalam batinnya sendiri.

Ahsan Jamet Hamidi, Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah, Legoso, Ciputat Timur

Exit mobile version