SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Dalam rangka upaya penyebarluasan Gerakan Revolusi Mental Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK RI). Yang diwakili oleh Didik Suhardi, Ph. D. Deputi V Kemenko PMK RI bekerja sama dengan SMP Mugadeta menyelenggarakan kegiatan “Seminar Nasional: Implementasi Revolusi Mental Berbasis Budaya Sekolah” yang dihadiri oleh kepala sekolah dan guru sekolah Muhammadiyah sewilayah Sleman, Kamis (15/12/22).
Revolusi mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala. Ada 3 hal untuk meningkatkan revolusi mental tersebut, hal pertama yaitu etos kerja, hal kedua gotong royong, hal ketiga yaitu intergritas. Yang bertujuan untuk mencapai cita cita indonesia emas pada tahun 2045 yang akan datang.
Dalam penyampaian materi oleh Didik Suhardi, Ph. D. deputi V Kemenko PMK RI mengatakan, dalam mencapai 3 hal penting itu kita harus melakukan cepat dan masif, dan harus saling bekerja sama dan berkolaborasi dan salah satu yang menentukan revolusi mental itu yaitu sistem pendidikan. Sekolah tidak hanya sekedar kurikulum tetapi ada cipta, rasa dan karsa maka dari itu pak Didik Suhardi mengatakan sekolah lah yang menentukan moral generasi selanjutnya.
Kemenko PMK RI mengajak berkolaborasi dengan seluruh guru dan kepala sekolah Muhammadiyah untuk melakukan cipta, rasa dan karsa untuk kemajuan kebudayaan sekolah yang berdasarkan agama baik itu moral yang baik dan tidak hanya sampai ke murid tetapi harus berkolaborasi denga wali murid atau orang tua. Dan jangan membedakan murid dengan membuat kelas eksekutif di sekolah, karena tidak akan bisa mengimplementasi di kehidupan masyarakat ungkap Didik Suhardi.
Pak Hasanudin, M.Pd. menambahkan bahwa bagaimana pendidikan memegang peranan penting dalam perbaikan generasi penerus bangsa, dan bagaimana keluarga sekolah dan masyarakat mengambil peranan penting dalam mensukseskan revolusi mental tersebut.
Dengan mengambil contoh SMP Mugadeta, salah satu contoh penanaman karakter yaitu dimana guru itu harus jadi teladan, guru itu harus datang dahulu dari pada murid dan waktu pulang juga murid dulu di jemput untuk pulang oleh walinya kemudian guru harus memastikan kelas 80% murid sudah pulang sehingga guru tersebut boleh pulang. Tidak hanya itu SMP Mugadeta juga mempunyai program mendahulukan adab baru ilmu. Kami tidak mempunyai cara parktis untuk membentuk moral siswa tetapi kami memiliki kebiasaan yang khusus untuk penanaman karakter yang bermoral baik terhadap siswa ungkap tegas dari pak Hasanudin. (Dhel/Ariff)