3 Alasan Kuliah di Kampus Muhammadiyah

3 Alasan Kuliah di Kampus Muhammadiyah

Muhammad Sayuti memberikan kuliah umum di UM Bandung

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Tanpa disadari, menjadi bagian dari keluarga besar Muhammadiyah adalah anugerah yang patut syukuri.

Kenapa kita patut bersyukur menjadi bagin dari keluarga persyarikatan? Berikut 3 alasannya, seperti disarikan dari sambutan Sekretaris Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Muhammad Sayuti MPd MEd PhD.

Sayuti menyampaikan hal itu dalam wisuda ke-3 UM Bandung yang berlangsung di Auditorium KH Ahmad Dahlan lantai tiga UM Bandung, Sabtu 17 Desember 2022.

Pertama, Muhammadiyah tak lelah bangun lembaga pendidikan

Menurut  Akademisi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) itu, Muhammadiyah terus berkiprah mencerdaskan bangsa.

“Muhammadiyah itu satu-satunya organisasi tertua, bahkan di muka bumi, yang tak lelah bangun sekolah,” ungkap Sayuti diiringi tepuk tangan wisudawan.

Tak hanya mendirikan sekolah di dalam negeri, kata Sayuti, bahkan Muhammadiyah pun mendirikan sekolah di luar negeri.

Muhammadiyah Australia College. Uniknya, guru dan muridnya semua orang Australia. Hanya kepala sekolanya keturunan Indonesia. Bahkan, kurikulumnya ikut Australia,” tutur Sayuti.

Selain itu, sambung Sayuti, organisasi bentukan KH Ahmad Dahlan tersebut mampu mendirikan universitas di luar negeri.

“Institusi pertama yang mendirikan kampus di luar negeri adalah Muhammadiyah, yaitu mendirikan UMAM di Perlis, Malaysia,” sebut Sayuti.

Kedua, menjadi bagian dari keluarga besar persyarikatan di seluruh dunia

Sayuti mengingatkan para lulusan UM Bandung mesti bangga berkuliah di kampus Muhammadiyah.

“Anda lulus dari sini, bukan hanya jadi the big familiy of UM Bandung, tapi jadi keluarga besar dari seluruh Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTMA) seluruh dunia,” ucap doktor pendidikan lulusan University of Newcastl itu.

Jika para lulusannya dari kampus non-Muhammadiyah, lanjut Sayuti, maka mereka hanya menjadi bagian dari keluarga universitas bersangkutan.

“Bila Anda lulus dari kampus sebelah atau kampus yang Anda impinkan, misalnya Unpad, maka Anda hanya jadi bagian keluarga Unpad,” katanya.

Ketiga, networking internasional

“Apa lagi yang membuat kita bersyukur menjadi keluarga persyarikatan?” tanya Sayuti.

Sayuti mengakui menjadi alumni di kampus Muhammadiyah adalah suatu keberuntungan yang belum tentu diperoleh di kampus lain.

“Bayangkan, kita punya networking (jaringan) internasional. Bila Anda bekerja atau kuliah di Rusia, misalnya di sana ada PCIM Rusia,” ujarnya.

Sayuti menyebut terdapat sekitar 27 Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di luar negeri. Misalnya PCIM Amerika, PCIM Eropa, dan PCIM Afrika.

Sebab itu, papar Sayuti, keluarga Muhammadiyah tak perlu khawatir bila ingin berkarier di luar negeri. “Saya yakin, masa depan Anda bukan di sini,” kata Sayuti.

Transformasi UM Bandung

Dalam waktu yang pendek, aku Sayuti, UM Bandung menjadi kampus yang bertransformasi secara signifikan.

“Tanpa kepercayaan Bapak dan Ibu, tentu UM Bandung tak bisa beroperasional. Insyaallah 5 tahun lagi menjadi kampus berkemajuan,” ucap Sayuti.

Untuk itu, papar Sayuti, kampus yang berada di kawasan Bandung Timur itu perlu meningkatkan kualitas. “Baik tata kelola, SDM, dan lainnya supaya UM Bandung terus dipercaya oleh publik,” saran Sayuti.

Sayuti berpesan kepada para lulusan UM Bandung untuk tak lelah menuntut ilmu di zaman penuh persaingan ini.

“Wisuda bukan kesempatan terakhir untuk belajar, tapi lifelong learning. Orang sukses itu orang yang terus belajar, apalagi teknologi terus berubah,” nasihat Sayuti. (CH)

 

Exit mobile version