Tanggungjawab Besar Ketua Baru PWM Jatim
Oleh: Abu Nasir
Gelaran musyawarah wilayah ke 16 pimpinan wilayah Muhammadiyah Jawa timur memang sudah berakhir. Ke 13 pimpinan sudah terpilih dan Sukadiono sebagai ketua untuk periode 2022-2027. Namun sejuta cerita tentangnya bisa diungkap dari berbagai sudut dan makna, diantaranya soal tanggapan peserta terhadap rencana pembelian gereja di Arcana, spanyol serta kondisi internal daerah yang membutuhkan sentuhan segera. Tulisan ini bukan sebuah gugatan tetapi sekedar Tabayyun atas tanggapan saya terhadap laporan pertanggungjawaban PWM.
Gereja di Spanyol, Siapa Yang Membayar?
Pertanyaan itu saya kemukakan dalam sidang pleno pertanggung jawaban pimpinan wilayah Muhammadiyah Jawa timur pada hari pertama pasca pembukaan musyawarah wilayah, sabtu, 24 desember 2022.
Saya menanyakannya setelah kyai Sa’ad Ibrahim memberikan pengantar pertanggungjawaban, diikuti laporan umum oleh sekretaris, Tamhid Masyhudi dan Bendahara , Hidayatullah.
Sukadiono selaku pimpinan sidang menanyakan kepada musyawirin apakah laporan pertanggungjawaban bisa diterima? Ditengah riuh peserta, saya mengangkat tangan untuk berbicara. Bersama saya ada dua peserta dari pimpinan daerah lainnya yang minta diberi kesempatan menyampaikan tanggapannya.
Usai dua penanggap daerah lain, saya menyampaikan dual hal, Pertama, sejak kapan rihlah peradaban diagendakan ? Sejak awal kepemimpinan ataukah spontan dalam dua tahun setelah pandemi? Apa alasan mendasar dibelinya gereja itu? Siapa yang membayar dan apakah pwm periode berikutnya sanggup membayarnya mengingat saldo kas pwm tinggal 9,2 milyar sedangkan harga gereja sekitar 42 milyar?
Kedua, tagline ” terus bekerja tiada henti, mengabdi dan memberi ” sangat membanggakan.
Akan tetapi hal ini jangan sampai melupakan kondisi internal Muhammadiyah di daerah yang masih sangat membutuhkan banyak campur tangan dan penyelesaian oleh pwm. Jangan sampai pwm Jatim hanya mengurusi dan membantu wilayah lain tetapi daerah daerah menjadi yatim di rumah sendiri.
Suara Daerah
Pertanyaan dan tanggapan itu perlu disampaikan karena dua hal :
Pertama, sebagian daerah menilai bahwa rihlah peradaban itu tidak terlalu penting. Apalagi sampai membeli gereja dan sudah viral mendunia bahwa pwm Jatim akan membeli gereja di Spanyol.
Viralnya rencana membeli gereja ini tentu membawa konsekuensi kepada kewajiban membeli dan tidak mungkin ditarik kembali. Di lain sisi, laporan bendahara menyatakan bahwa saldo kas tinggal 9,2 milyar.
Meskipun diyakini akan mampu membeli namun belum pernah ada penjelasan tentang hal ini, baik di forum resmi maupun di sidang pleno Musywil.
Padahal musyawirin wajib tahu dan mendapakan kejelasan apakah memang jadi dibeli, darimana uangnya, siapa yang membeli. Ini penting diketahui agar periode berikutnya tidak menerima warisan hutang dan beban moral.
Alhamdulillah jawaban Kyai Sa’ad cukup melegakan. Beliau menyampaikan tiga alasan:
Pertama, membeli gereja itu merupakan upaya membangkitkan kembali puing-puing peradaban Islam di tanah Eropa yang dulu pernah berjaya.
Kedua, PP Muhammadiyah tidak sanggup membelinya ketika ditawari oleh duta besar RI untuk Spanyol M. Najib karena masa baktinya akan habis.
Ketiga, UM Surabaya dan UMSIDA menyatakan kesiapannya untuk membayarnya.
Jawaban Kyai Sa’ad ini sepenuhnya menjawab pertanyaan sebagian pimpinan daerah sejak viralnya rencana membeli gereja itu hingga sebelum Musywil.
Keempat, adalah penting dan luar biasa pwm Jatim turut membantu wilayah lain di Indonesia timur dan tengah untuk mengatasi persoalan yang membelitnya,baik berupa materi maupun manajemen.
Upaya ini dan juga termasuk rencana membeli gereja itu menempatkan pwm Jatim dalam posisi pwm berasa PP.
Namun demikian beberapa daerah mempertanyakan komitmen pwm dalam mengatasi dan membantu kondisi internal daerah se Jatim yang membutuhkan penanganan baik bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan dakwah.
Masih banyak persoalan kronis di daerah yang tidak boleh dianggap enteng san tidak bisa diselesaikan secara instan. Butuh kerja serius dan fokus agar amal usaha di daerah tidak gulung tikar didera arus disrupsi. Prihatin akan kondisi ini bahkan ada pimpinan daerah yang sampai mengatakan:
“Daripada dipakai membeli gereja di Spanyol, apa tidak lebih baik digunakan untuk membantu daerah mendirikan rumah sakit dan atau usaha ekonomi?”
Atas keresahan ini kyai Sa’ad menyatakan tiga hal, Pertama, PWM Jatim termasuk diantara yang sudah hari raya sehingga wajib membantu wilayah lain yang belum seberuntung kita. Karena ini adalah bagian dari wujud ta’awun sesama saudara.
Kedua, seberapa kaya dan besarnya seseorang tidak akan bisa menyelesaikan semuanya. Membantu wilayah lain merupakan komitmen bersama dan pwm jatim pasti tidak akan meninggalkan daerahnya sendiri yang membutuhkan lpenyelesaian dan bantuan pula. Keduanya harus berjalan bersama.
Ketiga, sebagai pimpinan kita harus berpikir besar, visioner. Menempatkan pwm dalam Marwah dan posisi yang semestinya, sejajar dengan bagian dunia lainnya.Membantu wilayah lain dan membeli gereja adalah bagian dari pikiran besar yang akan membawa persyarikatan ke kancah Indonesia dan dunia.
Jangan berpikiran sempit dan kerdil karena muhammadiyah adalah organisasi besar. Cara dan sikap kita dalam memimpin Muhammadiyah harus besar agar Marwah Muhammadiyah diperhitungkan dunia dalam tatanan global.
Apa yang disampaikan kyai Sa’ad ini menyadarkan kita semua tentang arti penting menjadi pemimpin muhammadiyah.ini merupakan gagasan sekaligus tantangan pwm Jatim ke depan.
Tugas ketua pwm yang baru beserta 12 pimpinan terpilih laiannya adalah menegaskan dan melanjutkan legacy pwm Jatim berasa PP yang telah mendunia sekaligus menyelesaikan sejumlah persoalan mendesak daerah, cabang dan ranting dalam berbagai bidang garap setiap majelis.
Abu Nasir, ketua PDM kota Pasuruan