GERAKAN BUDAYA BERKEMAJUAN
FIFA World cup, atau Piala Dunia Sepakbola 2022 yang digelar di Qatar telah berlalu. Tidak terlalu penting memperbincangkan negara mana yang menjadi juara. Namun, pertunjukan pesta empat tahunan yang sepenuhnya duniawi itu membuka banyak hal. Salah satunya, Islam lebih dikenali oleh warga dunia.
Qatar, tuan rumah gelaran Piala Dunia 2022 ini memang negara Islam yang cukup tegas dalam bersikap. Di antara ketegasan itu membatasi secara ketat (melarang) konsumsi minuman keras, melarang sex bebas, serta menolak semua bentuk kampanye LGBTQ. Termasuk kepada para pendukung dan pemain sepakbola yang berpartisipasi di putaran final Sepakbola Piala Dunia 2022.
Protes, kecaman, keberatan, bahkan ancaman tentu saja ada. Apalagi selama ini sepakbola identik dengan pesta yang penuh hura-hura yang serba bebas nan menyenangkan. Tetapi Qatar bersikukuh. Hasilnya, tidak ada ban kapten berwarna pelangi diseluruh pertandingan, juga tidak ada suporter mabuk berkeliaran yang membuat rusuh.
Kerusuhan justru terjadi di salah satu ibu kota negara di Eropa yang suporternya kecewa. Timnas yang mereka gadang-gadang akan menjadi juara, malah tersingkir di putaran pertama. Kalah oleh negara yang sebelumnya tidak masuk hitungan akan menjadi batu sandungan.
Mungkin kita perlu berterima kasih kepada Qatar yang telah sukses mengenalkan Islam kepada masyarakat dunia. Qatar juga sukses memberi inspirasi. Sesuatu yang jauh dan tidak terkait dengan urusan agama ternyata dapat dijadikan sarana dakwah. Memperkenalkan Islam kepada mereka yang tidak pernah peduli pada agama suci ini.
Selengkapnya dapat berlangganan Majalah Suara Muhammadiyah
Klik di sini https://suaramuhammadiyah.or.id/ebook/paket