Hilm (Tidak Mudah Marah), Sifat yang Dicintai Allah Ta’ala
(Mengambil Faedah dari Pendidikan Rasulullah ﷺ)
Oleh: Tito Yuwono
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Dua sifat yang sangat bertolak belakang yaitu pertama, mudah terpancing dan mudah emosi serta reaktif, dan yang kedua adalah sifat dengan pembawaan tenang, tidak mudah terpancing dan tidak emosi namun responsif. Sifat yang pertama akan berdampak pada kerusakan dan penyesalan, sifat yang kedua akan berdampak pada kebahagiaan dan ketenangan.
Seringkali kita saksikan generasi kita ini yang masih banyak memiliki sifat yang pertama. Contohnya lihat supporter bola dari pihak lain, menjadikan emosi dan marah. Bersenggolan dijalan, berakibat marah dan perkelahian. Saling pandangpun juga menyebabkan perkelahian. Perkelahian pelajar antar sekolah juga masih sering terjadi. Dalam konteks kehidupan keluarga, anak mudah marah ketika permintaannya belum bisa dipenuhi orang tuanya. Seperti minta hp, motor dan lain-lain. Juga didapati orang tua merusak perabot rumah tangga ketika ada yang kurang sreg di hatinya yang membuatnya emosi. Ada juga kelompok masyarakat yang membakar pondok pesantren karena tersulut informasi dari medsos. Na’udzubillahi min dzalik.
Sungguh bangga dan bahagia jika masyarakat dan generasi kita serta pelajar-pelajar kita mempunyai sifat yang kedua yang pembawaannya tenang tidak mudah emosi dan tersulut. Sifat ini dalam bahasa agama dinamakan hilm.
Rasulullah ﷺ adalah teladan dalam sifat yang terpuji ini. Suatu saat selendang Beliau ditarik oleh seorang arab badui dengan tarikan yang kasar lagi keras. Saking kasarnya tarikan orang badui ini hingga leher beliau ada bekas selendang tersebut. Namun Rasulullah ﷺ tidak marah bahkan beliau tersenyum. Sungguh mulia akhlaq Nabi ﷺ dengan hilmnya ini. Sungguh benar kata Ibunda Aisyah radhiallahu ‘anha bahwa akhlaq Rasulullah ﷺ adalah Alquran. Dan Allah Ta’ala sendiri yang memuji Beliau bahwa Beliau mempunyai akhlaq/budi pekerti yang agung sebagaimana dinyatakan dalam surat Alqolam ayat 4.
Keteladanan agung ini sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori berikut:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ بُرْدٌ نَجْرَانِيٌّ غَلِيظُ الْحَاشِيَةِ فَأَدْرَكَهُ أَعْرَابِيٌّ فَجَبَذَهُ جَبْذَةً حَتَّى رَأَيْتُ صَفْحَ أَوْ صَفْحَةَ عُنُقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أَثَّرَتْ بِهَا حَاشِيَةُ الْبُرْدِ مِنْ شِدَّةِ جَبْذَتِهِ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَعْطِنِي مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي عِنْدَكَ فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ فَضَحِكَ ثُمَّ أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ
Artinya: “Dari Anas bin Malik dia berkata: Saya berjalan bersama Nabi ﷺ dan beliau memakai selendang yang tebal dan kasar asal negeri Najran. Kemudian seorang Arab Badui datang lalu menarik beliau dengan tarikan yang sangat keras hingga permukaan lehernya berbekas akibat tarikan itu. Lalu orang itu berkata: Perintahkanlah agar aku diberikan Allah yang ada padamu. Rasulullah ﷺ berpaling pada lelaki itu, kemudian tersenyum, dan dia memberikan harta padanya.” (HR. Imam Bukhori)
Contoh satu lagi ketika ada seorang badui kencing di masjid. Tidak lantas Rasulullah ﷺ marah namun beliau minta sahabat untuk sabar dulu dan membiarkan sampai selesai. Alangkah agungnya akhlaq beliau. Ketika disikapi dengan marah kemungkinan akan menjadi keributan yang lebih besar, disamping itu air kecingnya orang badui tersebut akan ke mana-mana. Sehingga mudhorotnya akan lebih besar.
Kisah ini sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori berikut:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى أَعْرَابِيًّا يَبُولُ فِي الْمَسْجِدِ فَقَالَ دَعُوهُ حَتَّى إِذَا فَرَغَ دَعَا بِمَاءٍ فَصَبَّهُ عَلَيْهِ
Artinya: “dari Anas bin Malik bahwa Nabi ﷺ melihat seorang ‘Arab badui kencing di dalam masjid, beliau lalu bersabda: Biarkanlah. Setelah orang itu selesai, beliau meminta air dan menyiram bekasnya.” (HR Imam Bukhori)
Demikianlah keteladanan Rasulullah ﷺ untuk kita semuanya. Ketika kita belajar atau membaca sirah Nabi ﷺ, bukan sekedar mengetahui sejarah Nabi ﷺ, namun kita bisa mengambil pelajaran-pelajaran dari setiap peristiwa. Tidak ada pelajaran yang lebih indah dan lebih agung dibandingkan pelajaran dari Nabi ﷺ.
Sifat hilm ini adalah sifat yang dicintai oleh Allah Ta’ala, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
إِنَّ فِيْكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالأَنَاةُ
Artinya; “Sesungguhnya kamu mempunyai dua akhlak yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya, yaitu sifat al-hilm (mampu menahan emosi) dan al-anah (sikap tenang dan tidak tergesa-gesa). (HR Imam Muslim)
Sifat hilm ini sangat baik untuk diterapkan disegala bidang kehidupan. Sehingga akan mendatangkan hikmah bagi si empu sifat ini. Tidak mudah emosi, tersulut dan tidak mudah marah dalam merespon sesuatu. Tindakannya selalu dengan pertimbangan matang, dengan menimbang manfaat dan madhorot.
Demikian, tulisan singkat berkaitan dengan salah satu sifat terpuji, yaitu hilm. Semoga kita semuanya memiliki sifat hilm ini. Sehingga masyarakat kita menjadi masyarakat yang tenang lahir dan batin. Masyarakat yang tenang dan aman.
Wallahu a’lamu bishshowab.
Nashrun minallahi wa fathun qarib
Oleh: Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta