BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Wakil Dekan Fakultas Agama Islam UM Bandung Cecep Taufikurrohman MA PhD mengisi ceramah tablig akbar pada peresmian Masjid Raya Al-Jabbar, Kota Bandung, Jumat (30/12/2022).
Pada kesempatan tersebut, Buya Cecep—sapaan akrabnya—menyampaikan bahwa sebuah keputusan yang sangat tepat ketika pemimpin suatu negeri memulai kegiatannya dengan membangun masjid.
Rasulullah SAW membangun Masjid Quba. Bahkan, Allah SWT menyebutkan bahwa rumah pertama yang dibangun oleh Allah SWT adalah Masjidilharam.
Inna awwala baiti wudi’a lin asi lalladzi bibakkata mubaraka, yakni sesungguhnya rumah pertama yang Allah SWT bangun di atas muka bumi ini adalah rumah yang terdapat di Kota Makkah yang kita kenal dengan Baitullah atau Masjidilharam atau Ka’bah yang menjadi Ka’bah umat Islam.
Kejayaan peradaban Islam selama 1.500 tahun bisa bertahan di antaranya dengan keberadaan masjid. Salah satunya di masa Dinasti Fatimiyah, yakni panglima Jauhar Al-Siqili sebelum membangun Kota Kairo sebagai pusat Mesir, dia mendirikan Masjid Al-Azhar.
Masjid Al-Azhar kokoh berdiri selama 1.010 tahun, tidak hanya fisiknya, tetapi masjid tersebut menjadi warna dunia sebagai pusat penyebaran Islam yang rahmatan lil alamin.
Buya Cecep menerangkan jika sebuah peradaban melupakan masjid, peradaban tersebut tidak akan bertahan. “Sebuah peradaban yang melupakan masjid, sebuah peradaban yang melupakan tempat jantung kita dekat dengan Allah SWT, peradaban itu tidak akan bertahan di atas muka bumi,” terangnya.
Sudah saatnya jiwa dan raga umat Islam kembali ke masjid dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Pada peresmian ini, Buya Cecep menyampaikan rasa syukur dan beruntung bagi orang-orang yang berkontribusi terhadap pembangunan masjid.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda man sanna sunnatan hasanatan falahu ajruha wa ajru man amila biha min ghairi ayumqasa min ujurihim syai. Yakni barang siapa yang menginspirasi, memulai sebuah perbuatan baik, ia sampai akhir kiamat akan mendapat pahala persis seperti pahala orang yang melaksanakan kebaikan itu setelahnya.
Memakmurkan Masjid Allah
Buya Cecep menyampaikan bahwa yang dapat memakmurkan masjid hanya innama ya’muru masajidallaahi man amana billaah, yakni orang yang beriman dan tidak takut terhadap apa pun kecuali kepada Allah SWT.
“Yang bisa memakmurkan masjid, bukan orang sembarangan. Orang yang bisa memakmurkan masjid itu hanya orang yang beriman kepada Allah SWT, kepada hari akhir, yang mendirikan shalat, kemudian mengeluarkan zakat, dan terakhir walam yakhsya illallaah, yakni mereka yang tidak takut kecuali kepada Allah SWT. Tanpa ini semua, tidak ada seorang pun yang bisa memakmurkan masjid Allah,” tuturnya.
Buya Cecep menafsirkan bahwa orang tidak takut kepada Allah SWT karena Dia memiliki segala sesuatunya, memiliki rezeki, jabatan, dan kekuatan.
Selain keberadaan orang beriman, cara kita memakmurkan masjid dengan memunculkan berbagai kegiatan keislaman yang dilakukan oleh para ulama dan cendekiawan muslim agar bumi tempat kita tinggal layak disebut baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Buya Cecep mencontohkan Masjid Al-Azhar di Kairo, Mesir, yang bertahan selama 1.010 tahun. Masjid tersebut bertahan sampai saat ini, bukan hanya sebagai tempat shalat, melainkan setiap tiang di masjidnya menjadi tempat pusat kajian keislaman.
“Di Al-Azhar setiap tiang itu ada syeikhnya, ada muridnya, ada jenis ilmu yang dipelajarinya. Jadi, kalau di sini ada 12 tiang, di dalam Islam itu ada 12 fan ilmu yang wajib dikuasai untuk menguasai ajaran Islam. Mudah-mudahan setiap tiang ini diisi oleh para ulama, para cendekiawan muslim, yang mengajarkan Islam rahmatan lil alamin, yang menghargai perbedaan, menjadikan bumi tatar Sunda ini sebagai bumi yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” tegasnya. (MBAF)