• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Sabtu, Desember 13, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Dosen Psikologi Uhamka Tanggapi Fenomena Fajar Sadboy; Kesedihan Bagian dari Emosi

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
5 Januari, 2023
in Berita
Reading Time: 1 min read
A A
0
Anisia Kumala

Foto Dok Uhamka/SM

Share

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (Uhamka) tanggapi kasus seorang remaja usia 15 tahun bernama Fajar Labatjo yang memiliki kisah pilu karena pesannya tak kunjung dibalas oleh sang kekasih. Kini Fajar dijuliki oleh netizen dengan sebutan Fajar sadboy. Sadboy sendiri memiliki arti remaja lelaki yang sedih.

Menilik dari video yang diunggah oleh akun Youtube SerbaSerbi TV, Fajar mengaku bahwa chatt yang ia kirimkan kepada sang kekasihnya tidak kunjung dibalas sejak bulan Oktober. Ia juga mengaku bahwa melihat kekasihnya berkencan dengan pria lain di pasar malam.

Baca Juga

PKM Mahasiswa FEB UHAMKA Adakan Seminar Ecopreneur 

Kerja Sama Internasional, Uhamka Sambut Hangat Delegasi UUM

Dalam menganggapi kasus Fajar Sadboy ini, Anisia Kumala selaku Dosen Psikologi Uhamka menyampaikan, bahwa kesedihan Fajar terlalu dramatis. Sebelumnya ia menjelaskan bahwa manusia memiliki berbagai emosi positif, misalnya bahagia dan cinta. Sedangkan emosi negatif misalnya marah dan sedih.

“Pada dasarnya manusia diberikan anugerah oleh Tuhan untuk merasakan emosi yang positif dan negatif. Dan manusia yang sedang patah hati seperti Fajar ini memang wajar bersedih dan marah. Namun jika emosi tersebut itu berlebihan dan menyalurkannya menjadi sesuatu yang ditruktif yang merusak dirinya maupun orang lain. Maka yang harus dihindari adalah sedih yang berlebihan atau berlarut.

Anisia menekankan melalui kasus ini bahwasanya dapat mengambil pembelajaran untuk masyarakat bahwa sedih atau marah merupakan fitrah yang manusia miliki. Dan sebagai manusia yang memiliki akal dan pikiran harus belajar untuk mengontrol emosi atau perasaan apapun serta bisa meregulasi diri agar tidak berlebihan.

“Intinya, manusia yang sehat itu adalah yang bisa meregulasi diri atau emosinya. Jika tidak bisa meregulasi dirinya sendiri, maka harus meminta pertolongan orang lain misalnya keluarga, sahabat maupun orang yang ahli seperti psikolog,” tambah Anisia. (Riz)

Tags: anisia kumalafajar sad boypsikologiUHAMKA
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

PKM Mahasiswa FEB UHAMKA Adakan Seminar Ecopreneur 
Berita

PKM Mahasiswa FEB UHAMKA Adakan Seminar Ecopreneur 

25 Agustus, 2023
Kerja Sama Internasional, Uhamka Sambut Hangat Delegasi UUM
Berita

Kerja Sama Internasional, Uhamka Sambut Hangat Delegasi UUM

24 Agustus, 2023
Lulusan FKIP Uhamka Hadapi Zaman VUCA, Terus Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat
Berita

Lulusan FKIP Uhamka Hadapi Zaman VUCA, Terus Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat

21 Agustus, 2023
Next Post
Belajar pada Kata dan Peristiwa

Belajar pada Kata dan Peristiwa (2)

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In