Pembentukan Pusat Studi Umri Berbasis Keunggulan
PEKANBARU, Suara Muhammadiyah – Mengawali tahun 2023 Rektor Universitas Muhammadiyah Riau (Umri), Dr H Saidul Amin MA menghadiri kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Umri, Rabu (4/1/2023) bertempat di Ayola First Point Hotel, Pekanbaru.
Kegiatan FGD diawali dengan sambutan oleh Rektor. Dalam sambutannya Rektor mengapresiasi LPPM yang telah melakukan kegiatan yang sangat produktif diawal tahun 2023. Kemudian Rektor menyampaikan bahwa ada begitu banyak permasalahan yang dihadapi masyarakat saat ini. Maka Umri sebagai sebuah perguruan tinggi harus menentukan posisi, apakah menjadi “troublemaker, watcher, or solver.
“Umri harus berperan aktif menjadi problem solver terhadap permasalahan yang ada. Melalui FGD ini, saya harapkan akan lahir ide-ide cemerlang agar Umri benar-benar bisa membentuk Pusat Studi Baru Berbasis Keunggulan Umri”, ujar Saidul Amin.
Lebih lanjut Rektor menekankan bahwa pembentukan pusat studi harus berbasis kepada tiga hal, yaitu ideologi, kebutuhan pasar, dan program futuristik.
Kegiatan FGD ini menghadirkan tiga orang narasumber yang berasal dari Birokrat, dunia industri, dan akademisi yaitu Drs Ahmad Hijazi SE MSi (Birokrat Pemprov Riau), Riky Heriansyah ST (PT Bumi Siak Pusako), dan Prof Dr Ari Sandiavitri M Sc (Dosen Universitas Riau).
Sebagai narasumber pertama Drs Ahmad Hijazi SE MS mengatakan bahwa ada begitu banyak isu lokal, nasional dan bahkan global yang bisa difokuskan oleh Umri sebagai dasar pembentukan pusat studi.
“Membentuk Pusat Studi tentang Hutan Lindung dan mangrove sangat berpotensi karena Riau kaya akan mangrove, dan banyak kawasan hutan lindung yang telah rusak. Maka perlu adanya pusat studi untuk menyelesaikan permasalahan ini”, ujar Ahmad Hijazi.
Ahmad Hijazi juga menyampaikan isu kesetaraan gender, hak-hak perempuan, dan isu Sustainable Development Goals yang juga menjadi penting dan bisa menjadi dasar Pusat Studi yang akan dibentuk oleh Umri.
Sementara itu dari dunia industri hadir Riki Heriansyah ST mewakili PT Bumi Siak Pusako (BSP). Ia menyampaikan bahwa PT Bumi Siak Pusako memiliki dana yang cukup besar untuk Program Corporate Social Responsibility (CSR). Program ini membutuhkan keterlibatan berbagai pihak, salah satunya dari akademisi.
“Kami sangat mendukung dibentuknya Pusat Studi Ekonomi Kreatif selain beberapa pusat studi lainnya. Melalui Pusat Studi ini, kita bisa berkolaborasi dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat tempatan”, ujarnya.
Hal lain yang ditawarkan oleh BSP adalah pelaksanaan riset bagi dosen Umri. Dijelaskannya bahwa dalam waktu dekat BSP akan melakukan riset di Taman Nasional Zambrud, dan siap bergandengan tangan dengan Umri untuk melakukan riset tersebut melalui pusat studi yang akan dibentuk.
Sejalan dengan kedua narasumber, Prof Dr Ari Sandiavitri MSc mengatakan akan pentingnya melihat kebutuhan calon mitra sehingga menjadi solusi dari permasalahan yang mitra hadapi. Hal ini sangat penting supaya pusat studi tidak lagi menjadi “cost oriented” tetapi “profit or benefit oriented”.
“Ketika datang ke perusahaan-perusahaan, Pusat Studi Umri harus percaya diri menyampaikan program yang memang sangat dibutuhkan oleh perusahaan tersebut. Dengan kata lain, perusahaan lah yang membutuhkan kita karena kita memiliki solusi dari isu yang mereka hadapi”, ungkapnya.
Selain itu, Ari menyampaikan bahwa dalam pembentukan pusat studi hendaknya melakukan benchmarking ke Dikti dan mempertajam arah pembentukan pusat studi.
“Setelah FGD ini hendaknya para dosen yang hadir dan sering mendapat proyek diluar sana untuk duduk bersama mempertajam arah pembentukan Pusat Studi”, tutup Prof Ari dalam pemaparannya.
Turut hadir dalam FGD tersebut, Wakil Rektor, Dekan, Ketua Lembaga, Direktur, dan beberapa dosen dilingkungan Umri. Para peserta antusias mendengarkan masukan dari ketiga narasumber dan berdiskusi tentang beberapa pusat studi yang sangat berpotensi untuk dibentuk dalam waktu dekat. (Jayus/Riz)