Menjaga Semangat Ibadah Bagi Orang Tua
Oleh: Tito Yuwono
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Artikel sebelumnya adalah terkait menjaga anak agar bersemangat dan tertib membaca Al-Quran https://web.suaramuhammadiyah.id/2023/01/11/agar-anak-tertib-membaca-al-quran/. Tertib di sini bermakna rutin dilakukan setiap hari. Ketika kami share artikel tersebut ke sebuah group whatsApp, ada seorang kawan yang meminta kami untuk membuat tulisan bagaimana agar orang tuanya juga bersemangat dan tertib dalam membaca Al-Quran. Kawan yang meminta tersebut sebenarnya sudah rajin beribadah. Setelah sholat tahajud beliau sering baca Al-Quran. Mungkin beliau meminta artikel terkait dengan keteladanan orang tua karena didapati banyak orang tua yang meninggalkan ibadah membaca Al-Quran. Saya tahu keseharian beliau karena pernah tinggal bersama satu rumah di Malaysia ketika tugas studi lanjut.
Keteladanan orang tua sangat penting untuk membiasakan anak rajin ibadah. Pada artikel agar anak tertib membaca al-quran, Keteladanan orang tua ini kami tempatkan di poin paling atas, karena memang ajakan dan dakwah lewat keteladanan ini mempunyai pengaruh yang besar. Bahkan ajakan dengan lesan akan menjadi boomerang jika tidak diikuti dengan keteladanan. Sebenarnya bukan terbatas orang tua tapi siapapun yang melakukan pengajaran dan dakwah, baik guru, dai dan lain-lain. Kami juga selalu berpesan kepada Guru di sekolah Muhammadiyah di lingkungan kami, ketika kita menuntut siswa-siswa kita untuk rajin ibadah, seperti sholat wajib maupun sholat sunnah, mengaji dan menghafalkan quran, hendaknya para guru juga memberikan teladan. Baik di sekolah maupun di rumah.
Disamping akan menjadi keteladanan putra dan putrinya, ibadah yang dilakukan orang tua adalah menjadi kebutuhan orang tua itu sendiri. Untuk mengumpulkan bekal kembali dalam waktu umur yang tersisa.
Terkadang bahkan sering orang tua sampai rumah letih dan capek karena aktifitas dan pekerjaan dari pagi sampai sore harinya. Terkadang pula dengan alasan kelelahan ini, ibadah-ibadah sunnah termasuk di dalamnya membaca quran kita tinggalkan. Berikut sekedar berbagi pemikiran agar kita sebagai orang tua tetap semangat dalam beribadah.
- Bersegera dan menguatkan hati
Ketika rasa berat untuk beribadah termasuk di dalamnya membaca Al-Quran datang di hati, maka kita hendaknya bersegera menguatkan hati kita untuk tetap beribadah termasuk di dalamnya membaca Al-Quran, walaupun membaca hanya beberapa ayat. Karena jika kita mudah meninggalkan ibadah dengan alasan letih dan capek maka ibadah tersebut akan semakin berat untuk dilaksanakan. Sebagaimana orang yang tidak bersegera shalat fardhu jika telah datang waktunya, maka akan berat melakukan shalat tersebut serta shalatnya tidak sekhusyu ketika didirikan di awal waktu. Dengan tekat kuat dan tidak merasa lemah, insyaa Allah Allah Ta’ala akan berikan kekuatan dan kemudahan.
Sebagaimana hadis Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ
Artinya:” Bersungguh-sungguhlah pada perkara-perkara yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu bersikap lemah
Dari hadis ini, Rasulullah ﷺ memotivasi kita untuk bersungguh-sungguh pada perkara yang bermanfaat dan berdoa minta tolong kepada Allah Ta’ala agar diberikan kekuatan serta tidak bersikap lemah.
- Mengambil keteladanan dari orang lain
Hikmah adalah milik kaum mukminin. Di antara cara untuk memotivasi diri sendiri adalah dengan melihat keteladanan orang lain. Sehingga hati ini akan tergerak dan bersemangat. Misalkan orang yang disabilitas tetap beribadah dengan tekun. Seorang tuna netra rajin ke masjid, seorang yang tidak bisa berjalan kecuali dengan bantuan tongkatnya juga masih mengerjakan sholat jamaah di masjid, seorang pensiunan umur di atas 70 tahun masih giat untuk menghafalkan Al-Quran dan seterusnya. Mereka-mereka yang secara fisik terlihat kurang, namun dengat tekad yang kuat dimudahkan oleh Allah Ta’ala. Maka akan ada rasa malu di hati jika kita tidak bisa melakukan ibadah-ibadah seperti yang mereka lakukan padahal kita diberikan kemampuan lebih daripada mereka.
- Menyadari umur kita terbatas
Batas umur kita sudah ditentukan oleh Allah Ta’ala. Semakin ke sini, maka sisa umur kita semakin berkurang. Dan semuanya nanti akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Ta’ala. Maka dengan sering-sering menyadari akan hal ini, insyaa Allah akan memompa semangat kita untuk sedikit demi sedikit mengumpulkan bekal untuk kembali kita. Dan sebaik-baik bekal adalah ketaqwaan. Kita berusaha untuk menambah berat timbangan kebaikan kita.
Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Alqoriah ayat 6 sampai ayat 11:
فَأَمَّا مَن ثَقُلَتْ مَوَٰزِينُهُۥ
فَهُوَ فِى عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ
وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَٰزِينُهُۥ
فَأُمُّهُۥ هَاوِيَةٌ
وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا هِيَهْ
نَارٌ حَامِيَةٌۢ
Artinya:
- Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,
- maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.
- Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
- maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.
- Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?
- (Yaitu) api yang sangat panas
- Berdoa dan minta pertolongan Allah Ta’ala
Tiada daya upaya dan kekuatan kecuali dari Allah Ta’ala. Maka selain berikhtiar lahir kita juga berikhtiar batin untuk selau berdoa kepada Allah Ta’ala, memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala agar dimudahkan dan dikuatkan beramal kebaikan.
Demikian tulisan ringkas ini, semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian. Semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah dan taufiq kepada kita sebagai orang tua, untuk bisa istiqomah beribadah kepada Allah Ta’ala. Selalu bersemangat dan tidak merasa lemah serta bersungguh-sungguh dalam mengamalkan amalan kebaikan.
Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib
Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta.