YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Untuk menumbuhkan sensitivitas dalam beribadah (spiritualitas), SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta menggelar kegiatan bertajuk Gerdhu MuhSurya. Yakni sebuah kegiatan keagamaan yang dikemas dengan pelbagai program pendidikan keagamaan, seperti salat dhuha, tadarus Al-Qur’an bersama, dan kultum. Kegiatan ini dimulai sejak Jumat pagi (13/1) bertempat di halaman sekolah serta akan terus dilaksanakan pada hari Jumat pekan kedua setiap bulannya.
Kegiatan tersebut di mulai pukul 06:30 sampai 07:00 WIB. Di mana diikuti sebanyak 550 yang meliputi seluruh siswa, guru, dan karyawan. Siswa dibagi menjadi dua golongan, yakni golongan siswa kelas 1-3 melaksanakannya di musala sementara untuk golongan siswa kelas 4-6 melaksanakannya di ruang spot center. Seluruh siswa sangat antusias mengikuti rangkaian kegiatan dari awal hingga selesai.
Menurut Muhammad Slamet Riyanto, MPd selaku kepala sekolah mengatakan bahwa implementasi kegiatan Gerdhu MuhSurya itu dilaksanakan atas kesadaran kolektif dari guru yang menginginkan adanya kegiatan masal, tetapi bernilai positif dan mampu memberikan manfaat bagi seluruh warga sekolah.
“Ide kami menyelenggarakan kegiatan ini berawal dari keinginan guru yang menginginkan adanya kegiatan yang sifatnya masal. Dengan konsep kegiatan masal, maka kami mencoba untuk melaksanakan salat dhuha yang tujuannya sebagai syiar dakwah sekolah,” katanya saat di wawancarai oleh Suara Muhammadiyah.
Slamet menuturkan bahwa seluruh siswa di minta untuk mendisiplinkan diri dengan berwudu dari rumah sebelum melaksanakan salat dhuha di sekolah. Selain salat dhuha, siswa digembleng untuk membiasakan diri dalam bertadarus Al-Qur’an seraya mentadaburi kandungannya.
Selain itu, kegiatan kultum juga dihadirkan di mana diisi oleh guru secara bergantian. Adapun tujuannya tidak lain sebagai percikan motivasi kepada siswa agar memiliki kedisiplinan diri di dalam membumikan nilai-nilai pendidikan agama Islam. Yang tidak hanya terkenal sebagai siswa beridentitas Muhammadiyah, tetapi pada saat bersamaan dikenal sebagai siswa berkeadaban luhur dan utama di muka bumi.
“Ini sesungguhnya untuk menggairahkan dan menyemangati anak-anak supaya mereka menjadi terbiasa menjalankan kegiatan keagamaan. Harapannya kami tidak hanya di sekolah saja, tetapi di rumah pun anak-anak dapat terus menunaikan apa yang telah dipraktikan selama di sekolah,” tuturnya.
Slamet mengharapkan, setelah dilaksanakannya kegiatan berbasis spiritualitas tersebut, seluruh siswa dapat tumbuh kecintaan terhadap Allah. Yakni lewat pembiasaan melaksanakan ibadah secara sungguh-sungguh, tertib, dan khsuyuk. Sehingga anak-anak kelak di masa depannya dapat terbiasa melaksanakan perintah agama tanpa adanya instruksi.
“Kami berharap kepada seluruh siswa dengan adanya kegiatan ini dapat tumbuh kecintaan kepada Allah. Pembiasaan salat dhuha tanpa di minta atau di suruh oleh guru. Itu kaitannya dengan salat dhuha. Kalau berkaitan dengan kegiatan tadarus Al-Qur’an, kami berharap anak-anak dapat mencintai Al-Qur’an lewat membaca dan menghafalkan. Serta kegiatan kultum, anak-anak dapat menambah wawasan keagamaannya, sehingga ke depan dapat tampil sebagai pribadi yang agamis dan berkeadaban luhur,” ujarnya. (Cris)