Adab Berjalan: Agar Jalan kita Bernilai Ibadah

berjalan

Foto Ilustrasi Unsplash

Adab Berjalan: Agar Jalan kita Bernilai Ibadah

Oleh: Tito Yuwono

Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh. Islam memberikan ajaran mulia dan rahmat bagi sekalian alam dalam semua dan berbagai perkara. Baik meliputi aqidah atau keyakinan maupun ibadah dan akhlaq/adab. Kesemuanya adalah perkara yang sangat penting dan tidak terpisahkan. Orang yang aqidahnya atau keimanannya baik akan melahirkan seseorang yang rajin beribadah serta berbudi pekerti luhur. Salah satu aspek berbudi pekerti luhur atau beradab adalah adab dalam berjalan.

Sering kita melihat seseorang berjalan terseok-seok seperti orang berkebutuhan khusus padahal orang tersebut sehat dan gagah. Berjalan terseok-seok agar membuat orang lain prihatin dan kasihan akhirnya memberikan uang kepadanya. Juga sering kita dapati orang berjalan dengan berjalan agak di tengah sehingga agak mengganggu pengguna jalan lainnya.

Di bawah ini akan disampaikan adab berjalan menurut Islam.

  1. Berjalan dengan tenang dan tidak sombong

Berjalan dengan tenang akan memberikan kesan positif bagi yang melihatnya dan tidak menimbulkan pertanyaan. Disamping itu akan memperkecil resiko terajatuh karena tersandung. Begitu juga hendaklan ketika berjalan tidak berjalan dengan angkuh dan sombong (Bahasa jawa: glelang gleleng). Ketika berjalan dengan angkuh maka membuat suasana yang melihatnya kurang suka. Disamping ada yang merasa direndahkan juga sangat berpotensi untuk terjadi perkelahian.

Larangan berjalan dengan sombong ini sebagaimana dalam Alquran surat Al-Isra ayat 37:

وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ ٱلْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ ٱلْجِبَالَ طُولً

Artinya: Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.

Juga nasehat Luqman  kepada putranya sebagaimana dalam Surat Luqman ayat 18.

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Artinya: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

  1. Tidak mengganggu pengguna jalan yang lain

Adab berjalan lain yang penting adalah ketika berjalan hendaklah tidak mengganggu pengguna jalan lain seperti pengendara sepeda, sepeda motor ataupun mobil. Sehingga berjalan hendaklah dipinggir sebelah kiri, bukan berjalan agak ke tengah bahkan ke tengah jalan. Ketika berjalan di posisi agak di tengah jalan maka jalan menjadi tidak lancar sehingga pengguna lain tidak longgar lagi dan merasa terganggu serta menyebabkan macet. Disamping itu sangat berpotensi terjadi kecelakaan. Maka dalam berjalan pun kita tumbuhkan sense memberikan kelonggaran orang lain dan juga tidak memberikan madhorot bagi orang lain.

  1. Berjalan dengan tegap dan enerjik

Adab berjalan lain adalah dengan tegap, sehingga Nampak anggun dan berwibawa, namun tidak sombong. Kita menghindari berjalan dengan miring ke kiri atau ke kanan atau berjalankan dengan terseok-seok untuk memunculkan belas kasihan orang lain apalagi dengan niat orang lain kemudian akan memberi uang.

Selain itu berjalan dengan enerjik sehingga tidak terkesan malas. Inilah jalan yang dicontohkan Nabi  ﷺ yang mulia. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Imam Al-Baghowi:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا مَشَى، مَشَى مَشْيًا مُجْتَمِعًا يُعْرَفُ أَنَّهُ لَيْسَ بِمَشْيِ عَاجِزٍ وَلا كَسْلانَ

Nabi jika berjalan beliau berjalan dengan enerjik, sehingga sangat terlihat bahwa beliau bukan orang yang lemah dan juga bukan orang yang malas

  1. Memberi salam kepada yang duduk

Ketika kita berjalan dan kemudian melewati orang atau sekumpulan orang yang duduk, maka kita ucapkan salam dan menyapa mereka. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:

لِيُسَلِّمْ الصَّغِيرُ عَلَى الْكَبِيرِ وَالْمَارُّ عَلَى الْقَاعِدِ وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ

Artinya: Hendaknya yang muda memberi salam kepada yang lebih tua. Yang berjalan hendaknya memberi salam kepada yang duduk. Dan yang sedikit memberi salam kepada yang banyak.”

Memberikan salam akan menumbuhkan kecintaan dan kasih sayang antar sesama. Apalagi dengan ditambah kata-kata sapaan. Kata sapaan bisa disesuaikan denga daerah setempat.

Sebagai contoh setelah mengucapkan salam kita  mengatakan permisi Bapak atau  ndherek langkung (Bahasa Jawa) atau dengan sapaan lain yang menambah keeratan kita.

  1. Menjaga pandangan

Dalam berjalan hendaklah menjaga pandangan baik pandangan ke rumah orang ataupun pandangan ke lawan jenis. Pandangan ke rumah orang lain akan membuat perasaan hati tidak baik. Bisa jadi terlalu kagum dan bisa juga meremehkan. Disamping itu juga bisa mengganggu privasi penghuni rumah, mungkin penghuni rumah tidak menutup aurot dengan baik karena masih merasa di lingkungan rumahnya.

Sementara itu menjaga pandangan ke lawan jenis adalah ajaran Islam yang mulia. Hal ini untuk menjaga kehormatan maupun kesucian kita semuanya. Sebagaimana dalam Surat An-Nur ayat 30:

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا۟ مِنْ أَبْصَٰرِهِمْ وَيَحْفَظُوا۟ فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا يَصْنَعُونَ

Artinya: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.

Dan sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim bahwa zina nya mata adalah memandang yang diharamkan. Sehingga ini menjadi perhatian kita semuanya untuk menjaga pandangan baik mata maupun hati.

  1. Berjalan diniatkan untuk kebaikan

Berjalan pada hakekatnya adalah sesuatu yang mubah. Namun untuk memberikan nilai ibadah dari aktivitas jalan kita, kita niatkan kebaikan sehingga akan bernilai ibadah dan berpahala. Misalkan berjalan dengan niat untuk menjaga kesehatan dan sebagai bagian dari syukur kita. Berjalan untuk menuntut ilmu, jika berjalannya kita menuju majelis taklim dan sebagainya. Tentu niat ini letaknya dalam hati karena ia adalah amalan hati, dan tidak perlu diucapkan.

Demikian tulisan terkait dengan adab berjalan, Semoga kita bisa menjaga adab ketika kita berjalan serta aktivitas berjalan kita menjadi aktivitas ibadah dan berpahala karena kita niatkan untuk kebaikan dan kita lakukan dengan adab yang baik. Juga, semoga kita termasuk orang yang berakhlaq dan beradab sesuai dengan ajaran Islam yang mulia ini.

Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib

Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta

 

Exit mobile version