BANTUL, Suara Muhammadiyah – Fungsi utama masjid memang sebagai tempat beribadah bagi umat Islam. Namun, di samping itu masjid juga bisa dijadikan sebagai episentrum intelektualisme, khususnya bagi masjid kampus. Untuk menjadikan masjid kampus sebagai pusat atau episentrum intelektualisme ada beberapa hal yang perlu dilakukan.
Hal tersebut yang menjadi benang merah dalam acara Silaturahmi dan Seminar Nasional “Merekonstruksi Peran Masjid Kampus Sebagai Episentrum Intelektualisme Yang Dinamis Berhikmah untuk Mewujudkan Peradaban Bermartabat”. Seminar ini diselenggarakan oleh Asosiasi Masjid Kampus Indonesia (AMKI) Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta bekerjasama dengan Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Kegiatan yang dilaksanakan di Ruang Sidang Gedung AR. Fakhruddin B lantai 5 UMY pada Selasa (17/) ini juga dihadiri oleh mahasiswa dan pengurus masjid kampus di seluruh wilayah DIY.
Miftahul Haq, S.H.I., M.Si., Ketua umum AMKI Wilayah DIY memaparkan masjid sebagai pusat atau episentrum diharapkan bisa menjadi penggerak terciptanya peradaban kehidupan masyarakat dan bangsa berbasis intelektual.
“Jadi masjid itu bisa menjadi tempat yang memiliki basis pemikiran. Bagaimana masjid dapat menjadi episentrum intelektualisme untuk membangun masyarakat Islam yang lebih baik,” papar Miftah.
Hal senada juga disampaikan Prof. Ir. Agus Setyo Mutohar, S.T.,M.Eng.Sc,Ph.D, anggota Dewan Eksekutif BAN-PT, sekaligus takmir masjid kampus UMY mengatakan bahwa jika ingin menjadikan masjid sebagai episentrum , maka harus ada inovasi, dan inovasi tersebut harus terus di kembangkan.
“Inovasi yang dilakukan dalam kajian-kajian ini menjadi penting, kajiannya mungkin bisa sederhana, tapi bisa mengguncangkan dan bisa menjadi episentrum,” tutur Agus.
Dalam kesempatan yang sama Ust. Drh. H Agung Budiyanto M.P., Ph.D, Sekretaris Jenderal Masjid Kampus UGM mengatakan, masjid kampus mempunyai potensi strategis untuk mendorong peradaban umat secara islami di Indonesia.
Menurutnya, masjid kampus tidak hanya menjadi pusat ibadah saja, tetapi juga dapat menjadi sentra utama seluruh aktivitas keumatan, baik sebagai tempat pembinaan dan pembentukan karakter, maupun aspek-aspek lainnya seperti politik, hukum, sosial dan budaya.
“Ada masalah umat, maskam (masjid kampus) menjadi rujukan kalau ada orang miskin tidak diperhatikan, hubungi maskam, kalau ada anak tidak sekolah, hubungi maskam,’’ harap Agung.
Selain seminar, kegiatan kegiatan silaturahim dan seminar nasional juga diisi dengan diskusi bersama, dan kolaborasi kegiatan-kegiatan kemasjidan kampus di Wilayah DIY, sekaligus juga launching AMKI Muda. Adanya AMKI muda ini juga diharapkan dapat menjadi penggerak kegiatan-kegiatan AMKI yang lebih besar. (Mut)