Seminar Nasional FISIP Uhamka: Membangun Jaringan Komunikasi untuk Kepemimpinan Kolaboratif

Hadirkan Kapolda Metro Jaya hingga Para Pakar Komunikasi

Seminar Nasional FISIP Uhamka: Membangun Jaringan Komunikasi untuk Kepemimpinan Kolaboratif

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (FISIP Uhamka)  menggelar seminar nasional dengan tema Membangun Jaringan Komunikasi untuk Kepemimpinan Kolaboratif yang dilakukan secara hybrid di Aula lantai 4 FISIP Uhamka dan live streaming, Rabu (18/1).

Kegiatan ini dihadiri oleh Tellys Corliana selaku Dekan FISIP Uhamka, Devi Rahmawati selaku Tenaga Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Komunikasi dan Media Massa, Muhammad Fadil Imran selaku Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya, Reynaldi Istanto selaku ketua Project Management Office G20 Badan Usaha Milik Negara dan Tenaga Ahli Menteri Bidang Global Value Chains Expert Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Farida Hariyati selaku Ketua Prodi FISIP Uhamka, serta para dosen dan mahasiswa-mahasiswa FISIP Uhamka.

Tellys Corliana dalam sambutannya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh narasumber dan dosen yang telah menyempatkan waktunya untuk menghadiri seminar ini sehingga kita bisa membagi ilmu kepada teman-teman mahasiswa yang sudah memenuhi aula lantai empat.

“Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah swt sehingga pada siang hari ini kita dapat berkumpul bersama di aula lantai empat ini. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh narasumber yang telah menyempatkan waktunya di tengah-tengah kesibukan sehingga bisa membagi ilmunya disini untuk teman-teman mahasiswa yang juga hadir dan memenuhi aula lantai 4 ini dan juga kepada seluruh panitia yang sudah menyediakan ruang sehingga bisa terlaksana seminar pada siang hari ini,” ujarnya.

Tellys berharap semoga seminar yang dilakukan pada siang hari ini  memberikan pencerahan dan memberikan satu hal yang membuat seluruh mahasiswa termotivasi untuk melakukan perubahan yang positif kedepannya.

“Bersama dengan mendorong perubahan dan mengelola masyarakat yang dihadapi untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan jaringan komunikasi yang luas, bagaimana kita membangun jaringan tersebut, maka pada siang  hari ini kita akan bersama sama menyimak narasumber kita yang kompeten. Mudah mudahan ini akan menjadi pencerahan,” tuturnya.

Irjen Pol. Fadil Imran selaku Kapolda Metro Jaya mengungkapkan organisasi merupakan bagian dari masyarakat dan dalam memimpin sebuah organisasi faktor internal dan eksternal adalah hal yang harus menjadi perhatian seorang pemimpin.

“Tantangan anda kedepan dalam konteks memimpin sebuah organisasi, maka faktor internal dan eksternal harus menjadi perhatian kita, karena itu merupakan bentuk perubahan yang terus kita hadapi dan kita kelola, baik dibidang jasa, pelayanan publik, maupun organisasi privat yang mencari keuntungan dan masyarakat menjadi pemegang saham terbesar dari sebuah organisasi dalam konteks pertarungan organisasi dan itu yang harus seorang pemimpin hadapi,” ujar Irjen Pol. Fadil Imran.

Di lain hal, Devi Rahmawati mengatakan bahwa orang-orang mendadak mendadak digital akibat pandemi dan di dalam sistem digital tidak semua informasi dinyatakan dengan benar, karena lebih banyak hoax yang memenuhi media sosial yang membuat kebanyakan orang diwarnai banyak prasangka.

“Akibat pandemi kita semua mendadak digital, khususnya gawai yang banyak digunakan saat ini dan di dalam media sosial tidak semua menjadi berkah, sebagian menjadi bencana karena diwarnai banyak prasangka, salah satunya lewat hoax dan ini adalah pandemi dunia yang sesungguhnya,”ujarnya.

Devi juga menyatakan kebanyakan kasus bully yang banyak terjadi di media sosial adalah soal penampilan salah satunya Indonesia yang mempunyai banyak kasus bully tersebut, dan dirinya sangat menyayangkan hal ini terjadi karena watak orang Indonesia dikenal akan keramahannya.

“Peringkat nomor satu yang paling sering dihina adalah penampilan dan Indonesia juga masuk dalam tingkat tingginya pembullyan soal penampilan, jelas hal ini sangat mengerikan sekali di universe digital, bahkan watak manusia Indonesia yang dulu ramah, berubah menjadi marah dan dikenal sebagai masyarakat yang berang, bukan yang tenang,” tegasnya.

Dirinya berharap dengan pertemuan ini para peserta bisa menjadi manusia yang cakap digital, yang artinya tidak hanya tau cara posting, selfie dan sebagainya tapi terampil memanfaatkan berkah-berkah ruang digital dengan tingkah laku positif dan produktif di media sosial.

“Mari jadikan ruang digital kita menjadi mata air kebahagian dan kesejahteraan bukan menjadi  air mata  kehancuran dan  kerusakan,” imbuhnya. (Latif/Riz)

Exit mobile version