Adab-Adab Berdzikir

Berdzikir

Foto Ilustrasi Unsplash

Adab-Adab Berdzikir

Oleh: Tito Yuwono

Tulisan saya sebelumnya adalah berkaitan dengan fadhilah berdzikir setelah shalat. Banyak sekali fadhilah-fadhilah dzikir setelah shalat, diantaranya adalah mentaati perintah Allah Ta’ala dan ittiba’ Nabi ﷺ, dihapuskannya dosa walaupun sebanyak buih di lautan, mejadi hamba yang dicintai Allah Ta’ala, jari jemari yang digunakan berdzikir akan menjadi saksi pada hari kiamat.

Pada tulisan ringan kali ini akan disampaikan berkaitan dengan adab-adab berdzikir kepada Allah Ta’ala. Dengan harapan dzikir yang kita lakukan dengan penuh adab, khidmat, tidak melampoi batas dan diterima oleh Allah Ta’ala.

  1. Adab pertama, hendaknya berdzikir dilakukan dengan ikhlas karena Allah Ta’ala. Tidak diperuntukkan yang lain dan motivasi-motivasi lain seperti riya (ingin dilihat dan dipuji), sum’ah (pengen di dengar amalan dzikirnya) serta ingin bayaran. Sebagaimana dalam Quran Surat Albayyinah ayat 5:

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

  1. Adab kedua, hendaknya dzikir dilakukan secara lirih, lemah lembut serta penuh pemaknaan. Dzikir yang dilakukan tanpa pemaknaan termasuk lalai serta dzikir yang diucapkan terlalu keras termasuk melampoi batas. Sebagaimana dalam Quran Surat Al-A’raf ayat 55 dan ayat 205.

Ala’raf ayat 55:

ٱدْعُوا۟ رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُعْتَدِينَ

Artinya: Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Ala’araf ayat 205:

وَٱذْكُر رَّبَّكَ فِى نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ ٱلْجَهْرِ مِنَ ٱلْقَوْلِ بِٱلْغُدُوِّ وَٱلْءَاصَالِ وَلَا تَكُن مِّنَ ٱلْغَٰفِلِينَ

Artinya: Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.

  1. Adab ketiga, Dzikir tidak diucapkan dengan keras-keras bahkan sampai seperti orang marah. Karena kita berdzikir kepada dzat yang maha mendengar dan maha dekat. Sebagaimana hadis Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ تَبَارَكَ اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ

Artinya: “Wahai sekalian manusia. Lirihkanlah suara kalian. Kalian tidaklah menyeru sesuatu yang tuli dan ghoib. Sesungguhnya Allah bersama kalian. Allah Maha Mendengar dan Maha Dekat. Maha berkah nama dan Maha Tinggi kemuliaan-Nya.” (HR Imam Bukhori)

  1. Adab keempat, Untuk menghitung bilangan dzikir, hendaknya menggunakan jari-jari. Karena akan menjadi saksi dan ditanya serta bisa bicara pada hari kiamat. Sebagaimana hadis Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Abu daud.

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَهُنَّ أَنْ يُرَاعِينَ بِالتَّكْبِيرِ وَالتَّقْدِيسِ وَالتَّهْلِيلِ وَأَنْ يَعْقِدْنَ بِالْأَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ

مَسْئُولَاتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ

Artinya: “Nabi ﷺ memerintahkan mereka untuk memperhatikan takbir, taqdis dan tahlil, dan hendaknya mereka membuat ‘uqdah dengan jari-jari. Karena jari-jari tersebut akan ditanya dan akan bisa bicara (di hari Kiamat)” (HR Imam Abu Daud)

  1. Adab kelima, hendaknya berdzikir di tempat yang suci, dengan mulut yang bersih, serta menutup aurat.

Demikianlah tulisan ringan terkait dengan adab-adab berdzikir, semoga bermanfaat untuk dzikir yang lebih khidmat, penuh pemaknaan, tidak melampoi batas, serta diterima Allah Ta’ala.

Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib

Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta

Exit mobile version