SOLO, Suara Muhammadiyah – Dinamika perkembangan zaman menuntut dunia pendidikan harus selalu berubah. Hal tersebut bertujuan agar siswa sebagai output dunia pendidikan selalu mampu memenuhi tuntutan perkembangan zaman.
Ini disampaikan oleh Kepala Sekolah Penggerak SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta Sri Sayekti, dalam kegiatan In House Training Kurikulum Merdeka yang bertajuk menjadi guru yang tanggap perubahan untuk menyongsong era merdeka belajar di Ruang Aula SDIT Az-Zahra Islamic Talent School Sragen (ITS) yang terletak di Kampung Dukuhan RT 001/RW 004, Kelurahan Ngloroh, Sragen. Sekolah ini berada di bawah pengelolaan Yayasan Lembaga Bakti Muslim (YLBM) Al Falah Sragen.
“Kurikulum ini dibuat dengan tujuan agar pendidikan Indonesia bisa seperti di negara maju, yang mana siswa diberi kebebasan dalam memilih apa yang diminatinya dalam pembelajaran,” ucap Sri Sayekti, Sabtu (28/1/2023).
Kurikulum merdeka berlandaskan pada tujuan sistem pendidikan nasional dan standard nasional pendidikan. Kurikulum merdeka merupakan kurikulum terbaru yang di tetapkan pemerintah untuk menggantikan kurikulum 2013.
Kurikulum merdeka memberi ruang untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masa depan karena memberi ruang bagi peserta didik untuk mengeksplorasi dan memaksimalkan potensi dirinya. Selain itu tujuan kurikulum merdeka adalah mengejar ketertinggalan pembelajaran yang disebabkan oleh pandemi covid-19
“Kurikulum Merdeka memberikan pelayanan pembelajaran sesuai Profil Pelajar Pancasila,” jelas Sayekti, sapaan akrabnya.
Sayekti membeberkan, Beberapa hal yang menjadi ciri khas kurikulum merdeka adalah berbasis projek dan karakter artinya pembelajaran lebih berfokus pada pemerolehan pengetahuan melalui praktikum atau percobaan istilahnya learning by doing.
“Jadi siswa tidak hanya menghafal suatu konsep melainkan terlibat untuk mengamati suatu fenomena tentang suatu konsep. Pembelajaran inilah yang akan menjadikan anak belajar bermakna. Model pembelajaran yang sering di gunakan akan berbasis penemuan atau solusi,” jelasnya.
Ciri khas yang kedua adalah fokus pada materi essensial artinya kurikulum merdeka guru mengajarkan materi –materi yang lebih sederhana sehingga bisa mendalami materi pelajaran tanpa harus terburu-buru masuk ke materi selanjutnya. Terdapat waktu yang lebih untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar. Contohnya literasi dan numerasi.
Ciri khas yang ketiga adalah fleksibilitas bagi guru dan murid untuk bisa melakukan pembelajaran yang terdeferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik. Tentunya kemampuan setiap anak berbeda-beda. Tugas guru adalah menilai awal kompetensi peserta didik dan memfasilitasinya.
“Dari berbagai keunggulan kurikulum merdeka maka guru sebagai aktor utama dalam kegiatan belajar harus menguasai berbagai hal terkait implementasi kurikulum merdeka dalam kegiatan pembelajaran baik assesmen diagnostik, penyajian materi, pengelolaan kelas serta proses penilaiannya untuk menunjang suksesnya tujuan pembelajaran,” imbuhnya.
Hadir sebagai pemateri dalam kegiatan in House Training ini, yakni Kepala Sekolah Penggerak Sri Sayekti, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum Imam Priyanto dan Staf Kurikulum Sri Martono Lanjarsari. Diikuti sebanyak 56 guru, baik guru kelas maupun guru mata pelajaran. (Jatmiko)