TUBAN, Suara Muhammadiyah – ‘Aisyiyah merupakan bagian dari masyarakat sipil di Indonesia telah terlibat aktif serta kreatif dalam pendidikan terutama kaum perempuan.
sejak berdirinya, organisasi perempuan ini berkomitmen untuk memberdayakan diri dan orang lain dalam kerangka nilai dan norma ajaran Islam.
Menyadari hal itu, Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kabupaten Tuban mengadakan Diklat Pimpinan Perempuan Berkemajuan.
Kegiatan ini diselenggarakan pada hari Ahad, 29 Januari 2023 bertempat di Gedung Dakwah ‘Aisyiyah kabupaten Tuban.
Diklat ini diikuti oleh pimpinan cabang ‘Aisyiyah se-kabupaten Tuban. Tiap-tiap cabang mengirimkan 4 anggota.
Ketua PDA Tuban, Neffi Mudholifati dalam sambutannya mengatakan, tujuan diadakannya diklat ini untuk memahami potensi-potensi perempuan agar mampu berkiprah secara profesional dalam kehidupan bermasyarakat.
Ia menegaskan, perempuan harus memiliki kapasitas kepemimpinan yang baik dan cerdas agar mampu mengisi ruang perempuan, baik di level pemerintahan dan organisasi.
“Saya berharap, materi atau ilmu yang diberikan Bu Candra dari Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Timur dan pemateri lain, bisa diserap secara maksimal, sehingga ibu-ibu dapat mengaplikasikan pada dirinya, di ‘Aisyiyah Cabang dan Ranting serta masyarakat secara umum,”harapnya.
Salah satu pemateri dalam Diklat ini adalah Siti Dalilah Candarawati, yang merupakan ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Timur periode 2015-2023.
Saat memberi materi, ia memaparkan sepintas sejarah berdirinya ‘Aisyiyah. Candarawati menuturkan, derdirinya ‘Aisyiyah tidak bisa dipisahkan dari peran KH. Ahmad Dahlan.
Zaman ketika itu, kata dia, tidak ada Kiyai yang berani berkumpul dengan kaum perempuan. Di samping itu, masyarakat berpandangan bahwa, perempuan tugasnya di dapur, sumur dan kasur.
KH. Ahmad Dahlan kata dia, mendobrak pintu itu, kemudian mengajak kaum perempuan untuk mengikuti pengajian dalam satu wadah yang disebut Sopo Tersno.
“Ngapain ibu-ibu berkumpul? Ngerumpi? Tidak, tetapi Kejar yaitu Kelompok Belajar. Di sini, kaum perempuan oleh KH. Ahmad Dahlan diajari memnaca, menulis huruf latin ditambah huruf Arab. Kenapa? Karena Al Qur’an itu berbahasa Arab,”ungkapnya.
“Makanya kalau pemerintah membuat program Calistung, KH. Ahmad Dahlan sudah lebih maju pada zaman itu, apa lagi saat ini,”imbuhnya.
Lenih lanjut ia mengatakan, harus diakui bahwa, KH. Ahmad Dahlan sangat aspiratif gender. Hal ini terbukti pada tahun 1914, beliau mengumpulkan kader-kader perempuan yang kemudian menjadi organisasi perempuan bernama ‘Aisyiyah.
Dalam kesempatan tersebut, Candarawati mengingatkan Pimpinan Daerah ‘Aisyiah kabupaten Tuban terkait satu PR yang harus segera dikerjakan, yaitu musyawarah Pimpinan Daerah atau MUSYPIMDA ‘Aisyiyah Tuban ke dua untuk membahas aturan pencalonan dan tata cara memilih pemimpin dalam Musyda yang akan dilaksanakan pada bulan Maret 2023 yang akan datang. (Iwan/Riz)