MASA DEPAN MEDIA ISLAM
Media cetak telah menjadi pembawa informasi terpercaya kepada publik. Termasuk di kalangan umat Islam, menjamurnya media pers Islam pada paruh kedua abad ke-19 dan awal abad ke-20 bersamaan dengan penyebaran gagasan reformasi Islam. Ide pembaruan Islam dari Mesir yang semula disebarkan melalui Al-Urwah Al-Wusqa masuk ke Nusantara melalui media Al-Imam (1906), dilanjutkan oleh Al-Munir (1911), Al-Akhbar (1913), Suara Muhammadiyah (1915), Al-Islam (1916), Al-Bayan (1919).
Di zaman pra-kemerdekaan, media Islam tumbuh menjadi salah satu alat perjuangan. Para aktivis pergerakan Islam menggunakan media untuk penyebaran gagasan keislaman dan anti-penjajahan. Ada media Bendera Islam di Surabaya, Medan Moeslimin dan Islam Bergerak di Surakarta. Pemandangan Islam di Padang Panjang, dan seterusnya. Semua surat kabar pergerakan Islam itu diorientasikan untuk melawan kolonialisme dan mewujudkan tatanan masyarakat merdeka dengan nilai-nilai Islam.
Di suatu masa, ada kecemasan bahwa media-media Barat dan media sekuler dinilai menampilkan Islam secara negatif. Maka pada 1-3 September 1980, diselenggarakan Muktamar Media Massa Islam Sedunia di Jakarta, diikuti oleh perwakilan 49 negara dengan 450 peserta. Muktamar ini membicarakan isu-isu pembelaan Palestina lewat media, mendorong ikhtiar persatuan umat Islam, mendorong penguasaan teknologi di dunia Islam, hingga mendorong berdirinya ilmu komunikasi Islam di perguruan tinggi. Muktamar ini juga merumuskan prinsip pers Islam untuk mendasarkan pemberitaannya dengan metode al-mau’izah al-hasanah sehingga memungkinkan terjalinnya pembaca terhadap Islam.
Pemilihan Indonesia sebagai tuan rumah muktamar media massa Islam sedunia itu bukan tanpa alasan. Saat itu hingga beberapa dekade kemudian, media Islam di Indonesia cukup berjaya. Kita mengenal Suara Muhammadiyah, Panji Masyarakat, Al-Muslimun, Abadi, Adil, Angkatan Baru, Suara Islam, Majalah Budi, Gema Islam, Kiblat, Mercu Suar, Mimbar Dakwah, Ummat, Amanah, Republika, Sabili, Hidayatullah, Syir’ah, Ummi, Duta Masyarakat, Tarbawi, Risalah, Darul Islam, As-Sunnah, Asy-Syariah, Semesta, dan seterusnya. Di antara media itu, ada yang konsisten menyebarkan nilai-nilai utama. Ada juga yang berupaya mendefinisikan dirinya sebagai media Islam sembari menyebut media lain sebagai media sekuler.
Selengkapnya dapat berlangganan Majalah Suara Muhammadiyah
Klik di sini https://suaramuhammadiyah.or.id/ebook/paket