YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) tengah bekerja bersama di dalam Inisiasi Bersama untuk Aksi Keagamaan yang Strategis atau Joint Initiative for Strategic Religious Action (JISRA). “Kami berkarya dan mempererat persaudaraan, sebagai organisasi masyarakat terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan NU, dengan menyampaikan pesan-pesan perdamaian melalui beragam inovasi kegiatan.” ungkap Direktur Eco Bhinneka Muhammadiyah Hening Parlan.
Di dalam konsorsium JISRA, Muhammadiyah menginisiasi Program Eco Bhinneka, sebuah program yang mendorong kerukunan umat beragama melalui pendekatan lingkungan. Di mana tokoh agama, pemuda, dan wanita, dari lintas-agama bekerja bersama-sama menyusun rangkaian kegiatan untuk mencegah kerusakan lingkungan di daerahnya.
Eco Bhinneka Muhammadiyah dilaksanakan di Pontianak (Kalimantan Barat) dan Ternate (Maluku Utara), serta berkolaborasi dengan Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) melaksanakan Eco Bhinneka di Surakarta (Jawa Tengah) dan di Banyuwangi (Jawa Timur).
Hening juga mengungkapkan bahwa urusan menjaga bumi bukan menjadi concern pada satu agama saja, melainkan menjadi concern dari seluruh agama. “Saat ini, kita semua sedang berusaha keras atau berhijrah dalam menjaga lingkungan dari dampak perubahan iklim. Salah satu ekpresinya adalah dengan menggunakan nilai-nilai agama, sebagai landasan semangat aksi umat agama dalam mencegah kerusakan lingkungan,” katanya.
Sedangkan NU, melalui Bidang Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Wilayah (PW) Fatayat NU Jawa Barat mengembangkan modul Pedoman Dakwah Daiyah Mahmudah untuk Persaudaraan dan Toleransi Beragama. Modul ini digunakan sebagai pedoman para Daiyah dalam menyebarluaskan dakwah Islam rahmatan lil-‘alamin.
Yakni berperan aktif dalam memberikan pemahaman atau menarasikan teks-teks agama dari Al Qur’an dan Hadist, yang memberikan peluang untuk penguatan relasi yang damai, baik kepada intra-religious (yang seagama) maupun inter-religious (antar-agama), melalui moderasi beragama. Program JISRA Fatayat NU Jawa Barat dilaksanakan di Garut dan Tasikmalaya.
Project Manager JISRA Fatayat NU Jawa Barat, Neneng Yanti K Lahpan, mengungkapkan pentingnya pesan perdamaian disampaikan oleh para Daiyah. “Daiyah memiliki modal sosial sebagai pihak yang suaranya didengar oleh masyarakat sehingga punya potensi besar sebagai penyampai pesan damai, khususnya pesan-pesan Islam yang ramah, yang melindungi, dan mengayomi seluruh umat manusia, tanpa memandang suku, ras, dan agama” ungkapnya.
Pada 19 November 2022 silam, Neneng juga berkesempatan hadir berbagi pengalaman di acara Talkshow bertajuk ‘Membangun Keharmonisan Komunitas Lintas Iman melalui Sadar Lingkungan’ di panggung MITE (Muktamar Innovation and Technology Expo) di Museum De Tjolomadoe, pada perhelatan Muktamar ke 48 Muhammadiyah – ‘Aisyiyah, di Surakarta. “Ada banyak sekali perempuan-perempuan dengan keilmuan yang luar biasa tetapi suaranya tentang keagamaan itu jarang didengar.
Terkait dengan isu perdamaian lintas iman ini, dalam dakwah, isu lintas iman atau hubungan antar agama itu jarang menjadi suatu bahasan,” kata Teh Neneng, sapaan akrab beliau. Artinya, lanjut Teh Neneng, perlu diperkuat dulu wacana keilmuan tentang isu lintas iman pada para pendakwah perempuan (daiyah) itu sendiri sebelum kemudian nanti mereka menyebarkan pemahamannya ke jamaah-jamaahnya.
Di bidang peningkatan kapasitas pengelolaan program, pada konsorsium Joint Initiative for Strategic Religious Action (JISRA), baik Muhammadiyah, Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, dan Fatayat NU Jawa Barat juga saling bersinergi. Mulai dari penyusunan perencanaan program, monitoring evaluasi, hingga beragam kegiatan peningkatan kapasitas tim pengelola program.
1 Abad NU menjadi refleksi penting akan kiprah pergerakan umat Islam dalam merawat kerukunan di Indonesia. Selamat dan sukses Harlah 1 Abad NU, dengan semangat “Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru”, semoga Muhammadiyah dan NU makin kompak dalam membangun Indonesia yang lebih damai, maju, dan sejahtera. (Farah)