Puasa Sama; Idul Fitri dan Idhuladha Diperkirakan Berbeda
Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengumumkan tanggal 1 Ramadhan 1444 H jatuh pada hari Kamis Pon 23 Maret 2023 M. Idul Fitri (1 Syawal 1444 H) jatuh pada hari Jumat Pahing 21 April 2023 M. Idul Adha (10 Zulhijah 1444 H) jatuh pada hari Rabu Kliwon 28 Juni 2023 M.
Pengumuman ini diumumkan dalam Konferensi Pers Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang penetapan hasil Hisab Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah. Senin 6 Februari 2023.
Dalam menetapkan awal bulan-bulan Qamariah, tidak terbatas pada bulan Ramadhan , Syawal, dan Zulhijah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengacu pada hasil hisab (perhitungan) yang dilakukan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Metode hisab yang digunakan adalah metode hisab hakiki, bukan hisab ‘urfi, dengan kriteria wujudul-hilal.
Metode hisab hakiki dimaksud adalah metode perhitungan posisi bulan dan matahari dengan menggunakan data dan rumus-rumus yang sudah berulangkali diuji kebenarannya. Kriteria wujudul-hilal dimaksud adalah kriteria dalam menentukan masuknya bulan baru (awal bulan) Qamariah dan sekaligus menentukan berakhirnya bulan Qamariah yang sedang berjalan.
Dalam kriteria wujudul-hilal, bulan baru Qamariah ditetapkan apabila tiga syarat sudah terpenuhi. Tiga syarat tersebut adalah: 1. Sudah terjadi ijtimak (konjungsi) antara bulan dan matahari.2. Ijtimak antara bulan dan matahari terjadi sebelum terbenam matahari. 3. Pada saat terbenam matahari, bulan masih di atas ufuk (cakrawala), atau belum terbenam. Tiga syarat tersebut harus terpenuhi semuanya secara kumulatif. Jika salah satu syarat saja tidak terpenuhi maka bulan baru (awal bulan) Qamariah belum bisa ditetapkan.
Ijtimak atau konjungsi bulan dan matahari adalah momentum di mana posisi bulan berada di antara bumi dan matahari serta berada paling dekat dengan “garis’ yang menghubungkan titik pusat bumi dan titik pusat matahari. Dalam istilah lain disebut juga bulan mati atau new moon. Periode dari ijtimak ke ijtimak berikutnya merupakan satu siklus peredaran bulan mengitari bumi relatif terhadap matahari. Momentum ijtimak terjadi pada waktu yang bersamaan di seluruh dunia, hanya saja pencatatan jamnya berbeda-beda sesuai dengan perbedaan penggunaan jam di berbagai tempat di muka bumi. Oleh karena itu, perhitungan ijtimak tidak terikat oleh suatu tempat tertentu di muka bumi.
Berbeda dengan ijtimak, terbenam matahari terikat oleh tempat di muka bumi. Artinya momentum terbenam matahari di berbagai tempat di muka bumi waktunya berbeda-beda. Terbenam matahari terjadi bergulir dari satu tempat ke tempat lain. Tempat yang berada di sebelah timur akan mengalami terbenam matahari lebih dulu dari tempat yang ada di sebelah baratnya. Bahkan tempat yang sama timur baratnya namun utara selatannya berbeda akan mengalami terbenam matahari yang berbeda. Oleh karena itu, untuk menentukan terbenam matahari harus ditetapkan terlebih dahulu koordinatnya, seperti lintang, bujur, dan tinggi tempatnya. Dalam hal ini, Muhammadiyah menggunakan Yogyakarta sebagai tempat perhitungan dengan koordinat: Lintang (f) = -07° 48¢ (07° 48¢ LS); Bujur (l) = 110° 21¢ BT; dan tinggi tempat 100 meter DPL.
Seperti halnya terbenam matahari, tinggi bulan pada saat terbenam matahari pun berbeda-beda di berbagai tempat. Secara umum, tempat yang lebih timur tinggi bulannya lebih rendah, semakin ke barat semakin tinggi. Dapat dikatakan pula, secara umum, bahwa ketika di kawasan timur bulan terlambat terbenam dari terbenamnya matahari, maka di kawasan barat bulan akan semakin lambat terbenamnya dibandingkan dengan terbenamnya matahari. Ketika di timur bulan lebih dulu terbenam dari terbenamnya matahari, di barat bisa terjadi terbenam bulan lebih lambat dari terbenamnya matahari.
Mengacu pada kriteria wujudul-hilal, maka perhitungan (hisab) dilakukan untuk mengetahui: pertama, kapan ijtimak bulan dan matahari terjadi, kedua, kapan waktu terbenam matahari di Yogyakarta pada hari terjadinya ijtimak tersebut, ketiga, di mana posisi bulan (tinggi bulan) pada saat terbenam matahari tersebut.
Adapun hasil perhitungan (hisab) untuk awal bulan Ramadhan , Syawal, dan Zulhijah 1444 H adalah sebagai berikut.
Menjelang awal bulan (tanggal 1) Ramadhan 1444 H ijtimak terjadi pada hari Rabu Pahing tanggal 30 Syakban 1444 H/22 Maret 2023 M pukul 00:25:41 WIB. Atau hari Selasa Legi 29 Syakban 1444 H/21 Maret 2023 M pukul 17:25:41 WU (Waktu Umum/GMT). Sedangkan matahari tenggelam di Yogyakarta pada hari Rabu Pahing 30 Syakban 1444 H/22 Maret 2023 M terjadi pada pukul 17:49:47 WIB. Jarak waktu antara terjadinya ijtimak dan terbenam matahari lebih dari 17 jam. Pada saat terbenam matahari hari Rabu Pahing 22 Maret 2023 M bulan masih di atas ufuk (belum terbenam) dengan tinggi +07° 57¢ 17². Oleh karena itu sejak terbenam matahari di Yogyakarta Rabu Pahing 22 Maret 2023 M bulan Syakban 1444 H sudah berakhir dan sejak itu masuk tanggal 1 Ramadan 1444 H dan konversinya ke dalam kalender Masehi adalah Kamis Pon 23 Maret 2023 M.
Menjelang 1 Syawal 1444 H ijtimak terjadi pada hari Kamis Legi tanggal 29 Ramadhan 1444 H/20 April 2023 M pukul 11:15:06 WIB. ijtimak terjadi siang hari sebelum terbenam matahari di Yogyakarta pada hari itu yakni pukul 17:35:51 WIB. Pada saat terbenam matahari hari Kamis Legi 20 April 2023 M bulan masih di atas ufuk (belum terbenam) dengan tinggi +01° 47¢ 57². Dengan demikian, hari raya Idul Fitri akan jatuh pada hari Jumat Pahing 21 April 2023 M.
Menjelang 1 Zulhijah 1444 H ijtimak terjadi pada hari Ahad Kliwon tanggal 29 Zulkaidah 1444 H/18 Juni 2023 M pukul 11:39:47 WIB. Sebelum waktu tenggelamnya matahari yang terjadi pukul 17:31:05 WIB. Pada saat terbenam matahari hari Ahad Kliwon 18 Juni 2023 M bulan masih di atas ufuk (belum terbenam) dengan tinggi +01° 00¢ 25².
Oleh karena itu sejak terbenam matahari di Yogyakarta Ahad Kliwon 18 Juni 2023 M bulan Zulkaidah 1444 H sudah berkhir dan sejak itu masuk tanggal 1 Zulhijah 1444 H dan konversinya ke dalam kalender Masehi adalah Senin Legi 19 Juni 2023 M. Dengan demikian, hari ‘Arafah akan jatuh pada hari Selasa Wage 27 Juni 2023 M. dan raya Idul Adha akan jatuh pada hari Rabu Kliwon 28 Juni 2023 M.
Dengan ini, kemungkinan besar Muhammadiyah akan memulai puasa bersamaan dengan penganut IR Mabims, namun berbeda hari pada idul fitri dan idul adha. (isma)
Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengumumkan tanggal 1 Ramadhan 1444 H jatuh pada hari Kamis Pon 23 Maret 2023 M. Idul Fitri (1 Syawal 1444 H) jatuh pada hari Jumat Pahing 21 April 2023 M. Idul Adha (10 Zulhijah 1444 H) jatuh pada hari Rabu Kliwon 28 Juni 2023 M.
Pengumuman ini diumumkan dalam Konferensi Pers Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang penetapan hasil Hisab Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah. Senin 6 Februari 2023.
Dalam menetapkan awal bulan-bulan Qamariah, tidak terbatas pada bulan Ramadhan , Syawal, dan Zulhijah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengacu pada hasil hisab (perhitungan) yang dilakukan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Metode hisab yang digunakan adalah metode hisab hakiki, bukan hisab ‘urfi, dengan kriteria wujudul-hilal.
Metode hisab hakiki dimaksud adalah metode perhitungan posisi bulan dan matahari dengan menggunakan data dan rumus-rumus yang sudah berulangkali diuji kebenarannya. Kriteria wujudul-hilal dimaksud adalah kriteria dalam menentukan masuknya bulan baru (awal bulan) Qamariah dan sekaligus menentukan berakhirnya bulan Qamariah yang sedang berjalan.
Dalam kriteria wujudul-hilal, bulan baru Qamariah ditetapkan apabila tiga syarat sudah terpenuhi. Tiga syarat tersebut adalah: 1. Sudah terjadi ijtimak (konjungsi) antara bulan dan matahari.2. Ijtimak antara bulan dan matahari terjadi sebelum terbenam matahari. 3. Pada saat terbenam matahari, bulan masih di atas ufuk (cakrawala), atau belum terbenam. Tiga syarat tersebut harus terpenuhi semuanya secara kumulatif. Jika salah satu syarat saja tidak terpenuhi maka bulan baru (awal bulan) Qamariah belum bisa ditetapkan.
Ijtimak atau konjungsi bulan dan matahari adalah momentum di mana posisi bulan berada di antara bumi dan matahari serta berada paling dekat dengan “garis’ yang menghubungkan titik pusat bumi dan titik pusat matahari. Dalam istilah lain disebut juga bulan mati atau new moon. Periode dari ijtimak ke ijtimak berikutnya merupakan satu siklus peredaran bulan mengitari bumi relatif terhadap matahari. Momentum ijtimak terjadi pada waktu yang bersamaan di seluruh dunia, hanya saja pencatatan jamnya berbeda-beda sesuai dengan perbedaan penggunaan jam di berbagai tempat di muka bumi. Oleh karena itu, perhitungan ijtimak tidak terikat oleh suatu tempat tertentu di muka bumi.
Berbeda dengan ijtimak, terbenam matahari terikat oleh tempat di muka bumi. Artinya momentum terbenam matahari di berbagai tempat di muka bumi waktunya berbeda-beda. Terbenam matahari terjadi bergulir dari satu tempat ke tempat lain. Tempat yang berada di sebelah timur akan mengalami terbenam matahari lebih dulu dari tempat yang ada di sebelah baratnya. Bahkan tempat yang sama timur baratnya namun utara selatannya berbeda akan mengalami terbenam matahari yang berbeda. Oleh karena itu, untuk menentukan terbenam matahari harus ditetapkan terlebih dahulu koordinatnya, seperti lintang, bujur, dan tinggi tempatnya. Dalam hal ini, Muhammadiyah menggunakan Yogyakarta sebagai tempat perhitungan dengan koordinat: Lintang (f) = -07° 48¢ (07° 48¢ LS); Bujur (l) = 110° 21¢ BT; dan tinggi tempat 100 meter DPL.
Seperti halnya terbenam matahari, tinggi bulan pada saat terbenam matahari pun berbeda-beda di berbagai tempat. Secara umum, tempat yang lebih timur tinggi bulannya lebih rendah, semakin ke barat semakin tinggi. Dapat dikatakan pula, secara umum, bahwa ketika di kawasan timur bulan terlambat terbenam dari terbenamnya matahari, maka di kawasan barat bulan akan semakin lambat terbenamnya dibandingkan dengan terbenamnya matahari. Ketika di timur bulan lebih dulu terbenam dari terbenamnya matahari, di barat bisa terjadi terbenam bulan lebih lambat dari terbenamnya matahari.
Maklumat tentang Awal Puasa Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah
Mengacu pada kriteria wujudul-hilal, maka perhitungan (hisab) dilakukan untuk mengetahui: pertama, kapan ijtimak bulan dan matahari terjadi, kedua, kapan waktu terbenam matahari di Yogyakarta pada hari terjadinya ijtimak tersebut, ketiga, di mana posisi bulan (tinggi bulan) pada saat terbenam matahari tersebut.
Adapun hasil perhitungan (hisab) untuk awal bulan Ramadhan , Syawal, dan Zulhijah 1444 H adalah sebagai berikut.
Menjelang awal bulan (tanggal 1) Ramadhan 1444 H ijtimak terjadi pada hari Rabu Pahing tanggal 30 Syakban 1444 H/22 Maret 2023 M pukul 00:25:41 WIB. Atau hari Selasa Legi 29 Syakban 1444 H/21 Maret 2023 M pukul 17:25:41 WU (Waktu Umum/GMT). Sedangkan matahari tenggelam di Yogyakarta pada hari Rabu Pahing 30 Syakban 1444 H/22 Maret 2023 M terjadi pada pukul 17:49:47 WIB. Jarak waktu antara terjadinya ijtimak dan terbenam matahari lebih dari 17 jam. Pada saat terbenam matahari hari Rabu Pahing 22 Maret 2023 M bulan masih di atas ufuk (belum terbenam) dengan tinggi +07° 57¢ 17². Oleh karena itu sejak terbenam matahari di Yogyakarta Rabu Pahing 22 Maret 2023 M bulan Syakban 1444 H sudah berakhir dan sejak itu masuk tanggal 1 Ramadan 1444 H dan konversinya ke dalam kalender Masehi adalah Kamis Pon 23 Maret 2023 M.
Menjelang 1 Syawal 1444 H ijtimak terjadi pada hari Kamis Legi tanggal 29 Ramadhan 1444 H/20 April 2023 M pukul 11:15:06 WIB. ijtimak terjadi siang hari sebelum terbenam matahari di Yogyakarta pada hari itu yakni pukul 17:35:51 WIB. Pada saat terbenam matahari hari Kamis Legi 20 April 2023 M bulan masih di atas ufuk (belum terbenam) dengan tinggi +01° 47¢ 57². Dengan demikian, hari raya Idul Fitri akan jatuh pada hari Jumat Pahing 21 April 2023 M.
Menjelang 1 Zulhijah 1444 H ijtimak terjadi pada hari Ahad Kliwon tanggal 29 Zulkaidah 1444 H/18 Juni 2023 M pukul 11:39:47 WIB. Sebelum waktu tenggelamnya matahari yang terjadi pukul 17:31:05 WIB. Pada saat terbenam matahari hari Ahad Kliwon 18 Juni 2023 M bulan masih di atas ufuk (belum terbenam) dengan tinggi +01° 00¢ 25².
Oleh karena itu sejak terbenam matahari di Yogyakarta Ahad Kliwon 18 Juni 2023 M bulan Zulkaidah 1444 H sudah berkhir dan sejak itu masuk tanggal 1 Zulhijah 1444 H dan konversinya ke dalam kalender Masehi adalah Senin Legi 19 Juni 2023 M. Dengan demikian, hari ‘Arafah akan jatuh pada hari Selasa Wage 27 Juni 2023 M. dan raya Idul Adha akan jatuh pada hari Rabu Kliwon 28 Juni 2023 M.
Dengan ini, kemungkinan besar Muhammadiyah akan memulai puasa bersamaan dengan penganut IR Mabims, namun berbeda hari pada idul fitri dan idul adha. (isma)