Adab-Adab Berdoa

adam niat

Ilustrasi

Adab-Adab Berdoa

Oleh: Tito Yuwono

Doa, bermunajat kepada Rabb-nya

Dengan khusyu dan mengiba

Penuh adab dan etika

Berharap diijabah dan diterima

 

Memuji Allah Ta’ala diawalnya

Bersholawat kepada Nabi ﷺ yang mulia

Beristghfar, minta ampun kepada-Nya

Mengakui dosa, taubatan nasuha

 

Menghadap kiblat, menengadahkan kedua tangan

Suara lirih tak dikeraskan

Tak jenuh sering diulang-ulang

Berhusnodhon kan dikabulkan

Pada tulisan sebelumnya disampaikan berkaitan dengan doa dengan asmaul husna, menyebut Asma Allah Ta’ala yang penuh kesempurnaan. Disampaikan juga doa merupakan pengejawantahan dari tauhid, baik tauhid Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma wa Shifat.

Pada tulisan ringkas kali ini akan disampaikan adab dan etika dalam beribadah berdoa kepada Allah Ta’ala. Selain menjadi salah satu sebab dikabulkannya doa, Berdoa dengan adab-adab yang baik akan berkesan dan berpengaruh baik pada kepribadiannya. Seorang yang dengan merendahkan diri bermunajat kepada Allah Ta’ala, memuji Allah Ta’ala, bershalawat kepada Nabi ﷺ, beristighfar minta ampun dari segala dosa dan memohon kebaikan, semuanya dibarengi dengan penghayatan dan pemaknaan, maka pribadinya menjadi pribadi yang santun, menjadi pribadi yang tawadhu’, tidak angkuh dan tidak sombong.

Di antara adab dan etika dalam berdoa adalah:

Adab pertama, menengadahkan tangan

Hendaklah ketika berdoa dengan menengadahkan tangan. Allah Ta’ala malu ketika seorang hamba berdoa dengan menengadahkan tangan kemudian doa tersebut tidak diterima. Orang yang memohon dengan menengadahkan tangan memberikan pemaknaan memang merasa sangat membutuhkan dan merendahkan diri. Sebagaimana hadis Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:

إِنَّ اللَّهَ حَيِىٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِى إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ

Artinya: Sesungguhnya Tuhanmu adalah “sangat malu” lagi Maha Pemurah, Dia merasa malu kepada hamba-Nya yang menengadahkan kedua tangannya kepada-Nya, kemudian ditolak-Nya sama sekali atau sia-sia.” (HR Imam Tirmidzi)

Adab kedua, penuh khusyu’ dan mengiba

Berdoa hendaklah dilakukan dengan hati yang khusyu’ dan memaknai makna yang dimohon. Tidak dilakukan dengan terburu-buru atau tergesa-gesa. Jika waktunya sempit, maka dipilih doa yang lebih penting dalam doa yang dipanjatkan.

Quran Surat Al-Anbiya ayat 90:

فَٱسْتَجَبْنَا لَهُۥ وَوَهَبْنَا لَهُۥ يَحْيَىٰ وَأَصْلَحْنَا لَهُۥ زَوْجَهُۥٓ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا۟ يُسَٰرِعُونَ فِى ٱلْخَيْرَٰتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا۟ لَنَا خَٰشِعِينَ

Artinya: Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.

Adab ketiga, Suara lirih, tak dikeraskan

Doa hendaklah dilakukan dengan suara yang lirih, lembut dengan berendah diri. Hendaknya dihidari doa dengan suara yang keras. Karena kita berdoa dan bermunajat kepada Allah Ta’ala, Dzat Yang Maha Mendengar, Maha Mendengar, lagi Maha dekat. Do’a tidak perlu dilakukan dengan suara keras ataupun teriak-teriak. Doa dengan suara keras dan teriak-teriak adalah termasuk yang melampoi batas.

Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Quran Surat Al-A’raf ayat 55. Dan juga hadis Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori.

Quran surat Al-A’raf ayat 55:

ٱدْعُوا۟ رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُعْتَدِينَ

Artinya: Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Hadis Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori:

أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا وَلَكِنْ تَدْعُونَ سَمِيعًا بَصِيرًا

Artinya : “Wahai manusia, kasihanilah diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak menyeru Dzat yang tuli dan tidak ada, Akan tetapi kalian berdoa kepada Dzat Yang Maha mendengar lagi Maha Melihat.” (HR. Imam Bukhari)

Adab keempat, dimulai dengan memuji Allah Ta’ala, bersholawat kepada Rasulullah ﷺ dan beristghfar minta ampun kepada Allah Ta’ala.

Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:

إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ اللَّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ لْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ لْيَدْعُ بَعْدُ بِمَا شَاءَ

Artinya: “Apabila kalian berdoa, hendaknya dia memulai dengan memuji dan mengagungkan Allah, kemudian bershalawat kepada Nabi . Kemudian berdoalah sesuai kehendaknya.” (HR. Imam Tirmidzi)

Adab kelima, berhusnudhon dan mantab dikabulkan

Berdoa hendaklah kita berhusnudhon kepada Allah Ta’ala serta yakin dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Karena Allah Ta’ala Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan doanya para hamba. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Imam Bukhori di bawah ini.

Hadis Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ

Artinya: “Berdo’alah kepada Allah dalam keadaan engkau merasa yakin akan dikabulkannya do’a. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai, dan lengah (dengan doanya).” (HR Imam Tirmidzi)

Hadis Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori :

لَا يَقُلْ أَحَدُكُمْ إِذَا دَعَا اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ لِيَعْزِمْ الْمَسْأَلَةَ فَإِنَّهُ لَا مُكْرِهَ لَهُ

Artinya: ”Janganlah kalian ketika berdoa dengan mengatakan, ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau. Ya Allah, rahmatilah aku, jika Engkau mau’. Hendaknya dia mantapkan keinginannya, karena tidak ada yang memaksa Allah.” (HR. Imam Bukhari)

Adab keenam, tak jenuh dan terus diulang-ulang

Berdoa hendaklah dilakukan terus menerus dan tak jenuh. Ini menunjukkan kesungguhan seorang hamba dalam memohon. Juga dalam sebuah doa diulang tiga kali terlebih bagi doa yang dianggap penting. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُعْجِبُهُ أَنْ يَدْعُوَ ثَلَاثًا وَيَسْتَغْفِرَ ثَلَاثًا

Artinya: ” bahwasanya Rasulullah ﷺ merasa takjub dengan do’a yang diucapkan tiga kali dan permohonan ampun yang dimohonkan tiga kali.” (HR Imam Abu Daud)

Demikian tulisan berkaitan dengan adab-abad berdoa. Semoga kita bisa mengamalkan adab-adab ini dalam doa yang kita panjatkan kepada Allah Ta’ala.

Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib

Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta

Exit mobile version