Kiai Hadjid dan Kelompok Qolil
Oleh: Iwan KC Setiawan
Bakda subuh ditemani teh nasgithel para santri ini berdatangan dirumah seorang sesepuh Muhammadiyah di kampung Kauman. Mereka datang dari sekitar Suronatan, Notoprajan dan Kauman sendiri. Santri ini berjumlah 11 orang. Tidak kurang dan tidak lebih. 11 santri ini mengikuti pengajian dari sesepuh Muhammadiyah, seorang ulama dan murid langsung Kiai Dahlan. Beliau adalah Kiai Hadjid dari Kauman
11 santri yang berusia 18-19 tahun adalah alumni Madrasah Muallimin Muhammadiyah. Ke 11 nya lulusan tahun 1962-1963. 11 santri ini istiqomah mengaji kepada Kiai Hadjid. Lama kelamaan 11 santri ini menamakan pengajian ini dengan nama kelompok pengajian Qolil. Nama Qolil langsung diberikan oleh Kiai Hadjid.
Nama Qolil mengambil dari Ayat Al-Qur’an “kam min fi`ating qalīlatin galabat fi`atang kaṡīratam bi`iżnillāh, wallāhu ma’aṣ-ṣābirīn” (“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”.(Q.S Al Baqarah 249)
Kiai Hadjid
Pengasuh kelompok Qolil adalah Kiai Hadjid (KRH Hadjid atau biasa disebut den Hadjid). Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dalam mengomentari sosok Kiai Hadjid menulis, “ia adalah sosok yang benar-benar Kiai”. Kiai Hadjid dalam sejarah intelektualnya adalah sahabat dan lawan debat KH Wahab Chasbullah dan Bisri Syansuri, dua pendiri NU. Kiai Hadjid lahir di Kampung Kauman Yogyakarta pada 29 Agustus 1898. Beliau pernah menjadi Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, Pendiri Hizbul Wathan (HW), Ketua Pengadilan Agama DIY, Ketua Pusat Partai Masyumi dan pendiri Sekolah Tinggi Islam ( STI) yang kelak menjadi UII.
Kiai Hadjid dikenal sebagai santri paling muda dari Kiai Dahlan. Lewat tulisan KRH Hadjid berjudul Pelajaran KHA Dahlan: 7 Falsafah dan 17 Kelompok Ayat, buku ini merekam pokok wejangan dan ajaran yang disampaikan oleh pendiri Muhammadiyah.
Di masa sepuhnya, KRH Hadjid kerap mengadakan pengajian dirumahnya. Salah satu santri yang pernah mengikuti pengajian yang membahas kitab Riyadhus Sholihin adalah M Amin Rais yang terkesan dengan keulamaan KRH Hadjid saat membahas kitab ini. Pengajian Qolil juga diasuh oleh KRH Hadjid dari tahun 1963 sd tahun 1977 saat beliau tutup usia.
Kelompok Pengajian Qolil
Pengajian Qolil yang diikuti 11 santri ini diinisiasi tahun 1963. Pengajian Qolil dilaksanakan dirumah Kiai Hadjid, seminggu sekali. Selain pengajian, Kiai Hadjid juga mengajak 11 santrinya untuk mengikuti pengajian paripurna. Pengajian paripurna semacam Baitul Arqam, waktunya mulai kamis sore hingga jumat sore. Pengajian Paripurna ini dilaksanakan di Gedung Dakwah Suronatan ( sekarang menjadi kantor HW).
Kiai Hadjid kerap mengulang-ulang apa yang beliau sampaikan. Seperti model Kiai Dahlan mengajar Al-Maun. Di beberapa kesempatan, Kiai Hadjid selalu bertanya kepada 11 santrinya “Kamu sudah mengamalkan atau belum?” selanjutnya Kiai Hadjid melanjutkan “ Kalau belum segera kamu mencari daerah binaanmu untuk menyampaikan ajaran Islam” tuturnya.
Selain dirumah Kiai Hadjid dan di Suronatan, beliau juga mengajak 11 santrinya untuk “Hijrah” Di Masjid Taqwa Ngipiksari Kaliurang. Masjid Taqwa Ngipiksari sekarang menjadi Kompleks PUTM. Tema-tema yang disampaikan Kiai Hadjid adalah Aqidah, Siroh Nabawiyah dan 17 Kelompok ayat yang diajarkan oleh Kia Dahlan.
Pengajian di Masjid Taqwa Ngipiksari waktunya sama. Mulai dari kamis sore hingga jumat sore. Bedanya saat kegiatan di Kaliurang, setiap jumat pagi, ke 11 santri disebar di lereng Gunung Merapi untuk dakwah. Sore harinya mereka dikumpulkan kembali untuk diskusi dan mencari solusi atas permasalahan umat. Di Kaliurang inilah gemblengan dakwah berupa pengamalan dakwah dilaksanakan langsung ke masyarakat.
Di waktu yang lain 11 santri ini diminta mencari santri binaan dan santri binaan diminta mencari santri juga. Kalau di masa sekarang sistem ini disebut Multi Level Marketing (MLM). Kalau di Muhammadiyah disebut Dakwah Jamaan (GJDJ). Kalau dirunut dalam sejarah Islam awal, sistem ini mengambil sistem dakwah yang dilansakan Nabi Muhammad SAW di rumah sahabat Arqam.
Kiai Hadjid juga mengajak kelompok Qolil untuk melakasanakan iktikaf 10 hari terakhir di Bulan Ramadhan. Iktikaf dilaksanakan di Masjid Taqwa Ngipiksari, Kaliurang. Di acara iktikaf inilah gemblengan ruhani benar-benar dirasakah oleh mereka. Dalam iktikaf ini Kiai Hadjid selalu menjadi imam sholat lail. Bacaan-bacaan Al-Qur’an yang dibacakan oleh Kiai Hadjid adalah berkaitan dengan ayat-ayat Tauhid untuk menegakkan agama Islam dengan semangat Jihad. Jihad adalah bersungguh-sungguh dengan harta, jiwa dan raga untuk mengajak umat Islam untuk menjadi orang-orang Muslim yang taat.
Ustadz Abdullah Effendi, salah satu santri Pengajian Qolil, seperti dituturkan Bapak Budi Setiawan juga mengingat bagaiman santri Pengajian Qolil kerap keliling Kota Yogyakarta untuk melaksanakan dakwah. Di masa itu saat berdakwah para santri Qolil menggunakan sepeda dan Kiai Hadjid naik becak.
Kelompok Qolil
Pelopor Kelompok Qolil adalah Ustadz Suprapto Ibnu Juraimi, alumni Muallimin 1962. Selanjutnya mengajak alumni Muallimin yang lain yaitu Mustafa Kamal Pasya, Fahmi Muqoddas, Abdullah Affandi, Muflih Dahlan, Jirhas Al Fairuzi, Waznan, Muhammad Kholil, Syatibi, dll.
Dalam perjalanannya 11 anggota Qolil ini melahirkan kader-kader yang mewarnai organisasi Islam di DIY. Seperti Pelajar Islam Indonesia (PII), Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI) dan ortom Muhammadiyah sendiri seperti Pemuda Muhammadiyah. Juga masuk ke Partai Politik yang memiliki semangat seperti Partai Masyumi.
Para santri Kelompok Qolil ini tetap menyimpan api dakwah dari ajaran Kiai Hadjid salah satunya adalah semangat Kullil Haq Walau Kanal Murron ( katakan yang haq, walaupun pahit). Di masa kelompok Qolil masih aktif, terjadi peristiwa Gerakan 30 September 1965. Sehingga para pemuda ini giat untuk memerangi PKI dan underbouwnya di DIY.
Dalam dunia akademik, ke 11 santri kelompok Qolil ini kompak kuliah di IAIN Sunan Kalijaga (UIN Sunan Kalijaga). Di IAIN Sunan Kalijaga para santri Kelompok Qolil ini juga mewarnai gerakan mahasiswa Islam didalam kampus. Dikemudian hari setelah lulus dari IAIN Sunan Kalijaga ke 11 anggota Qolol menjadi tokoh-tokoh akademik di IAIN Sunan Kalijaga dan pergerakan Islam di Yogyakarta dan beberapa daerah di Indonesia.
Bagi para santri kelompok Qolil, keistiqomahan mereka mengikuti pengajian yang diasuh KRH Hadjid adalah berkat sikap keulamaan dan wibawa KRH Hadjid. Bagi para santri Kelompok Qolil, KRH Hadjid adalah figur guru yang bisa digugu dan ditiru ( uswatun hasanah), keilmuan KRH Hadjid dan kedekatan KRH Hadjid dengan para santrinya adalah patut untuk menjadi suri tauladan. Dalam kehidupan keluarga, sosok KRH Hadjid juga patut menjadi suri tauladan. Salah satu putra Kiai Hadjid adalah Haiban Hadji, ketua PWM DIY pertama.
(tulisan ini berdaskan penuturan Ustadz Fahmi Muqoddas, salah satu santri Kelompok Qolil yang masih sugeng. Satunya lagi Ustadz Abdullah Effendi)
Iwan KC Setiawan, Dosen UNISA Yogyakarta, Anggota MPS PWM DIY dan Anggota MPI PP Muhammadiyah.
Editor: Arief Hartanto