MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Hasil penelitian para ahli bahasa menunjukan bahwa hampir semua bahasa daerah/bahasa ibu di Indonesia mengalami penurunan penutur.
Hal itu disebabkan beberapa faktor salah satu di antaranya adalah tidak terjadinya pewarisan penggunaan bahasa yang sistematis oleh orang tua kepada generasi muda sebagai pewaris bahasa daerah.
Menghindari agar bahasa daerah atau bahasa ibu tidak sampai mengalami kepunahan di era generasi milenial maka ada delapan strategi untuk pemertahanan.
Demikian pokok pikiran dipresentasikan Wakil Rektor II Unismuh Makassar, Prof Dr H. Andi Syukri Syamsuri, A.Md, S.Pd, M.Hum, pada Studium Generale Pemertahanan Bahasa Ibu di Era Generasi Milenial kerjasama Unismuh Makassar dengan Yala Rajabhat University Thailand, Rabu 8 Februari 2023, via daring.
Dijelaskan, kedelapan strategi pemertahanan bahasa ibu pada era generasi milenial pertama, mendekatkan anak-anak (generasi milenial) dengan bahasa ibu melalui kecintaan/pemakaian bahasa ibu setiap hari di rumah tangga oleh orang tua.
Kedua, adalah pembuatan kamus bahasa daerah digital sehingga mudah diakses generasi milenial.
Ketiga, yakni memperbanyak seminar nasional maupun international yang membahas mengenai bahasa ibu.
Keempat, pemakaian bahasa daerah minimal satu kali dalam seminggu di setiap tingkatan sekolah. kata Timsel Anggota KPU Sulsel Pemilu 2019 ini.
Prof Andis, panggilan akrab Andi Sukri Syamsuri ini menambahkan bahwa yang kelima adalah bahasa daerah tidak hanya dijadikan muatan lokal, tetapi mata pelajaran wajib di sekolah.
Keenam, tumbuhkan rasa kecintaan berbahasa daerah kepada generasi milenial sehingga paradigma mengenai kekunoan bahasa daerah sirna perlahan.
Ketujuh, berikan tontonan positif yang melibatkan penggunaan bahasa daerah serta kedelapan, ikutsertakan anak dalam berbagai kegiatan kedaerahan/upacara adat, ungkap Sekretaris Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) Sulsel ini.
Pemanfaatan teknologi informasi menjadi salah satu pemertahanan bahasa ibu/daerah agar tidak tergusur dan berjalan pada kepunahan. Keberadaan internet dapat menjangkau banyak hal dalam waktu cepat dan dapat dijadikan wadah memperkenalkan bahasa ibu/daerah kepada generasi milenial sebagai pengguna sosial media aktif, tandas Tim Penyelia PPG Kemenristekdikti RI.
Pengemasan bahasa ibu di sosial media tentu harus dilakukan seunik dan sekreatif mungkin seperti pada pengenalan bahasa daerah melalui drama komedi Ambo Nai, pada episode Si Raja Liking sudah mendapat 236 juta penonton pada Februari 2023. ungkap mahasiswa teladan RI 1993 ini.
Komedian Ambo Nai yang populer pada media sosial youtube kemudian di film kan pada layar lebar jadi salah satu cara pemertahanan bahasa daerah dengan logat kental bahasa Bugis Bone meraih penonton mencapai ratusan juta orang.
Film Ambo Nai dalam Youtube serta pada film layar lebar menjadi salah satu bentuk pemertahanan bahasa Bugis. ungkap dosen penguji dan pembimbing S3 di PPs-UNM dan PPs-UIN Alauddin ini.
Selain itu pemertahanan bahasa daerah juga dilakukan dengan pengenalan bahasa daerah melalui tulisan singkat di media sosial, seperti yang sering dilakukan Prof Andis pada platfon media media sosialnya, FB, Instagram seperti kata kata ini;
Sengeka simata jarung, kubali senge toqki sipupoureng lino (kenanglah daku bak mata jarum, maka akan kubalas pula kenanganku sepanjang masa, kata Sekjen Kesatuan Masyarakat Wajo
(Kemawa) ini.
Para nara sumber lainnya Manavavee Mamah, MA dosen jurusan bahasa Melayu untuk bisnis Fakultas ilmu sosial dan humaniora Yala Rajabhat University Thailand serta Aleeyah Masae, M.Ed, dosen jurusan pendidikan bahasa Melayu fakultas ilmu sosial dan humaniora pada kampus yang sama.