Sikap Tengah dalam Beragama

Sikap Tengah dalam Beragama

Ilustrasi

Sikap Tengah dalam Beragama

Oleh: Tito Yuwono

Sikap tengah dalam beragama

Ibadah jadi ringan

Semua hak tertunaikan

Tak ada yang terugikan

Sikap tengah dalam beragama

Tidak berlebihan dan juga tidak meremehkan

Yang wajib dikerjakan

Yang haram ditinggalkan

Yang sunnah digiatkan sesuai kemampuan

Dua artikel berkaitan dengan ghuluw (berlebihan dalam beragama) telah kami sampaikan, Pada artikel tersebut disampaikan beberapa contoh ghuluw dalam bidang aqidah, ibadah maupun muamalah. Disamping itu juga disampaikan beberapa penyebab seseoang menjadi ghuluw dalam beragama, diantaranya terlalu semangat namun tidak dibarengi dengan ilmu yang mencukupi, ta’asub/fanatik terhadap madzhab atau kelompok, taqlidul a’ma (taqlid buta) dan bercampurnya antara ajaran Islam dengan ajaran di luar sehingga kurang dikenali mana yang ajaran Islam yang sesungguhnya dan mana yang bukan.

Shodaqoh adalah amalan mulia dan penuh keutamaan. Serta Allah Ta’ala lipat gandakan pahalanya. Namun syariat melarang seseorang yang menshodaqohkan semua harta bendanya sehingga habis.Dan akhirnya sampai menjadi peminta-minta atau mentelantarkan keluarga.

Allah Ta’ala berfirman dalam Quran Surat Al-qoshos ayat 77:

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ

Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Juga sholat malam adalah ibadah yang penuh fadhilah dan keutamaan, begitu juga puasa. Namun dalam menunaikan ibadah tersebut harus memperhatikan hak-hak lain seperti hak badan yang perlu istirahat, hak mata yang perlu tidur, juga ada hak keluarga dan hak tamu. Berlebihan dalam shalat malam dan puasa dengan melalaikan hak tersebut tidaklah baik.

Sebagaimana seorang sahabat Abdullah Bin ‘Amru radhiyallahu ‘anhu dinasehati Rasulullah ﷺ, karena Abdullah Bin ‘Amru melakukan sholat sepanjang malam, dan puasa sepanjang hari. Nasehar Rasulullah ﷺ adalah tubuh memiliki hak, demikian juga dengan mata, tamu dan istri juga memiliki hak untuk ditunaikan. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَلَمْ أُخْبَرْ أَنَّكَ تَقُومُ اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَارَ قُلْتُ بَلَى قَالَ فَلَا تَفْعَلْ قُمْ وَنَمْ وَصُمْ وَأَفْطِرْ فَإِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَإِنَّ لِعَيْنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَإِنَّ لِزَوْرِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَإِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا

Artinya: Dari Abdullah bin ‘Amru, dia berkata; “Rasulullah menemuiku, lalu beliau bersabda: “Aku memperoleh berita bahwa kamu bangun di malam hari dan berpuasa di siang hari, benarkah itu?” Aku menjawab; “Benar.” Beliau bersabda, “Jangan berlaku demikina, bangun dan tidurlah, puasa dan berbukalah, sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu, sesungguhnya matamu memiliki hak atasmu, tamumu memiliki hak atasmu, dan istrimu memiliki hak atasmu. (HR. Imam Bukhari)

Demikian juga Sahabat Abu Darda, karena semangatnya beribadah, Beliau berlebihan beribadah sehingga sampai tidak memperhatikan keluarga dan istri Beliau. Kemudian dinasehati oleh Sahabat Salman dan juga Rasulullah ﷺ,

Lawan dari sifat berlebihan adalah sikap meremehkan ibadah bahkan yang sangat keterlaluan dalam meremehkan sampai menentang kebenaran. Orang yang punya sifat tafrith meremehkan amalan-amalan sunnah dan juga peremehan terhadap amalan-amalan wajib. Enggan untuk shodaqoh, tidak mau mengamalkan amalan-amalan sunnh lain seperti puasa, maupun shalat Sunnah.

Yang sikap tafrithnya kebablasan tidak mengamalkan kewajiban-kewajiban sebagai seorang Muslim. Enggan untuk shalat wajib, enggan untuk puasa maupun zakat yang merupakan kewajiban. Orang yang punya sifat tafrith juga bermudah-mudah melakukan yang haram. Karena meremehkan aturan Allah Ta’ala.

Sikap pertengahan dalam beragama adalah sikap bijak dan inilah yang dituntunkan oleh Nabi kita yang mulia. Menjalankan agama sesuai proporsinya. Tidak mengharamkan yang halal dan tidak menghalalkan yang haram. Berusaha menjalankan perintah Allah Ta’ala yang wajib-wajib dan menambah amalan Sunnah. Serta mengurangi yang makruh. Beribadah dengan melihat memperhatikan hak-hak tubuh, hak-hak orang lain seperti keluarga maupun tetangga dan tamu.

Sikap pertengahan pula dalam  dilakukan dalam hal amar maruf nahi mungkar. Ketika ada yang perlu diperbaiki dari urusan pemerintah maupun masyarakat, maka diperbaiki baik-baik tidak sampai merusak. Dan juga tidak bersikap tafrith dengan acuh tak acuh dengan kondisi negara dan masyarakat yang memerlukan perbaikan.

Demikian tulisan ringkas ini, semoga Allah Ta’ala mudahkan kita dalam menjalankan agama yang penuh rahmah ini dengan mengembangkan sikap pertengahan.

Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib.

Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta

Exit mobile version