Mengambil Hikmah dari Bencana
Oleh: Tito Yuwono
Bencana, terjadi kapan saja
Pada pagi hari, saat manusia menyambut sang surya
D siang dan senja, saat manusia bermain, bersenda gurau atau terlena
Di malam saat mata belum terbuka, asyik dengan mimpi kita
Bencana, membangunkan kita
Empati dan cinta pada sesama
Air mata dan jeritan mereka
Adalah duka kita semua
Bencana, menggugah kita
Untuk semakin takut pada-Nya, bersegera berbekal taqwa
Bencana, menyadarkan kita
Bersiap di setiap masa, kembali kepada Sang Pencipta
Bencana baru saja menimpa Turki pada tanggal 6 Februari 2023, sekitar pukul 04.15 waktu setempat. Waktu menjelang pagi. Kebanyakan warga masih istirahat tidur. Menurut berita, gempa ini dengan kekuatan 7,8 skala richter dan kedalaman 17 KM dari permukaan bumi, kemudian gempa susulan 7,5 skala richter dengan kedalaman 10 KM membuat bangunan-bangunan hancur dan 12000 an warga meninggal menurut berita per hari ini.
Bencana ini mengingatkan kita kembali dengan bencana Tsunami yang pernah terjadi di Aceh 26 Desember 2004 dengan korban ratusan ribu dan hancurnya kota dan kampung di wilayah Aceh. Juga bencana gempa di Bantul Tahun 2006 dengan korban meninggal ribuan serta roboh dan rusaknya bangunan-bangunan.
Bencana, baik berkurangnya harta, hilangnya jiwa merupakan bagian dari ujian Allah Ta’ala. Bagi orang-orang yang sabar, akan mendapat sholawat atau keberkatan dan rahmat serta petunjuk dari Allah Ta’ala. Dan mereka akan diberikan petunjuk oleh Allah Ta’ala. Orang yang bersabar adalah ketika ditimpa musibah, akan mengatakan dengan lapang dada “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Surat Al-baqarah ayat 155-157:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.”
أُو۟لَٰٓئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَٰتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُهْتَدُونَ
Artinya: “Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Juga, orang yang bersabar akan diberikan pahala tanpa batas, sebagaimana dalam Al-Quran Surat Az-Zumar ayat 10:
إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
Disamping itu kesabaran terhadap musibah yang menimpa adalah betuk dari keimanan yang benar dan Allah mencintai orang-orang yang sabar. Semoga saudara yang sedang terkena musibah diberikan kesabaran yang akan menigkatkan keimanan mereka dan menjadi orang yang dicintai Allah Ta’ala.
Membangun Rasa Empati dan Cinta
Bencana yang menimpa saudara kita membuat saudara kita dalam kesusahan. Kesusahan karena kehilangan saudara dan keluarga, kesusahan karena kehilangan tempat tinggal, kesusahan karena hidup dalam kekurangan serta kesusahan karena kesakitan. Maka sebagai sesame, kitapun mesti mempunyai rasa empati terhadap sauadara kita yang sedang penuh dengan kesusahan. Ini sebagai bentuk cinta pada sesama. Kecintaan kita pada sesama ini dikaitkan dengan kesempurnaan keimanan. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Artinya: “Tidaklah beriman seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri” (HR Imam Bukhori)
Juga orang-orang yang beriman adalah bagaikan satu tubuh. Jika bagian tubuh sakit, maka bagian lain merasakan sakit. Jika saudara kita merasakan kesusahan dan penderitaan yang sangat karena bencana, kitapun juga merasakan penderitaan mereka serta ikut prihatin. Sebagimana hadis Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Artinya : “Permisalan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas.” (HR Imam Muslim)
Alhamdulillah, Muhammadiyah secara serentak membuka donasi untuk meringankan beban saudara di Turki. Selain itu juga siap memberangkatkan tenaga medis untuk membantu korban bencana di sana yang sangat diperlukan oleh warga turki. Ini menunjukkan empati dan kecintaan terhadap sesama. Serta pengamalan dari hadis di atas. Semoga diikuti oleh yang lain sehingga penderitaan saudara kita di Turki terkurangi serta memberikan support/dukungan untuk warga sana.
Bersegera Mengumpulkan Bekal
Banyak sekali kejadian bencana dengan tiba-tiba. Tidak diprediksi oleh manusia. Terkadang siang hari saat manusia sedang bekerja, terkadang malam hari saat manusia tertidur lelap. Juga terkadang di pagi hari saat manusia akan menyambut urusan dunia. Juga dengan kematian kita bisa datang setiap masa.
Maka ini mengingatkan kita untuk selalu waspada dan mulai mengumpulkan bekal untuk kembali. Bekal untuk kehidupan akhirat. Sebaik-baik bekal adalah taqwa. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat Albaqarah ayat 197:
وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ
Artinya: “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa”
Ayat di atas, walaupun berkaitan dengan ibadah haji, namun para ahli tafsir menafsirkan juga bahwa sebaik-baik bekal untuk kampung akhirat adalah ketaqwaan.
Taqwa dimanapun dan kapanpun. Taqwa dikala sendiri maupun bersama orang banyak. Sehingga sewaktu-waktu datang malaikat maut untuk mencabut nyawa kita, kita dalam keadaan baik dan berserah diri kepada Allah Ta’ala. Bukan dalam keadaan berbuat kemaksiatan.
Demikian tulisan ringkas ini, semoga Allah Ta’ala berikan kesabaran kepada saudara-sudara kita yang sedang terkena bencana serta meringankan penderitaan mereka, Allah Ta’ala menanamkan di dada-dada kita, rasa cinta terhadap sesama. Juga semoga Allah Ta’ala berikan taufiq kepada kita untuk bisa bertaqwa dimanapun dan kapanpun, sehingga meninggalnya kita dalam keadaan husnul khatimah.
Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib.
Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta