Agar Amal Shalih Bermakna dan Diterima
Oleh: Tito Yuwono
Beramal shalih, jangan ditunda
Dengan ikhlas lillah Ta’ala
Ittiba Nabi yang mulia
Agar amal tak sia-sia
Di terima Allah Azza wa Jalla
Beramal shalih, dengan ilmu agama
Agar amal lebih bermakna
Tidak hanya sekedar prasangka
Tidak menimbulkan madhorot di mana-mana
Artikel sebelumnya telah membahas fadhilah amal shalih. Banyak sekali fadhilah amal shalih diantaranya, orang yang beriman dan beramal shalih menjadi orang yang beruntung, sebaliknya meniggalkan iman dan amal shalih akan menjadi orang yang rugi. Yang kedua, Orang yang beriman dan beramal shalih akan diampuni dosa dan kesalahnnya, serta amal berbuatan kebaikan yang dilakukan akan dilipatgandakan balasan pahala kebaikan.
Kemudian yang ketiga, Orang yang beriman dan beramal shalih akan mendapatkan pahala kebaikan yang tidak ada putusnya. Dan yang keempat, bagi orang yang beriman dan beramal shalih akan dibalas dengan surga. Sebuah tempat dengan penuh kenikmatan dan sebaik-baik kembali.
Untuk menjadi amal tersebut diterima dengan banyak fadhilah di atas mestilah memenuhi beberpa hal, diantaranya adalah amal tersebut dilandasi dengan ilmu. Amal shalih tersebut dilandasi niat ikhlas lillahi Ta’ala, dan amal shalih tersebut merupakan amal yang ittiba Rasulullah Muhammad ﷺ.
Yang pertama amal shalih harus dilandasi dengan ilmu. Dengan ilmu maka kita mengetahui apakah amal tersebut bagian amal shalih atau bukan, apakah amal tersebut bermanfaat atau tidak. Serta mendatangkan madhorot atau tidak. Maka sangat bagus sekali sebuah bab yang ditulis oleh Imam Bukhori dalam kitab shahih beliau yaitu Al-‘ilmu qablal qouli wal amali. Ilmu sebelum perkataan dan perbuatan.
Sebagai contoh amal shalih berupa dzikir, perlu ilmu tentang adab-adab berdzikir, seperti berdzikir dengan ikhlas, lemah lembut, memahami maknanya, tidak dengan keras-keras, suci, serta mulut dalam keadaan bersih. Amal shalih berupa dzikir ini kurang bermakna dan berarti jika kurang atau tidak memenuhi adab-adab tersebut.
Begitu juga dengan shodaqah, yang juga merupakan bentuk amal shalih. Kita perlu tahu ilmu tentang shodaqah agar shodaqah kita bermakna dan diterima Allah Ta’ala. Hendaklah shodaqoh dilakukan dengan ikhlas, kemudian memiliki ilmu terkait dengan prioritas yang diberi shodaqoh, serta shodaqoh dilakukan dengan baik-baik.
Shodaqoh dengan cara baik adalah shodaqah dengan tidak menyebut-nyebut pemberiannya kepada penerima shodaqoh yang akhirnya membuat sakit bagi penerima shodaqoh. Shodaqoh juga harus dengan tidak menimbulkan madhorot. Contoh shodaqoh yang menimbulkan madhorot adalah shodaqoh dengan mengundang yang menerima sampai berdesak-desakan sehingga banyak yang sesak napas bahkan sampai ada yang meninggal dunia.
Contoh amal shalih lain adalah amar m’aruf nahi munkar. Amar ma’ruf nahi munkar adalah amalan shalih yang sangat dianjurkan bahkan sebagai sebab menjadikan ummat yang terbaik. Sebagaimana dalam Al-Quran surat al-‘imran ayat 110:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Juga nasehat Luqman kepada putranya yang diabadikan dalam Surat Luqman ayat 17:
يَٰبُنَىَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِٱلْمَعْرُوفِ وَٱنْهَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ ٱلْأُمُورِ
Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Demikian juga ketika kita melakukan amal shalih amar m’aruf nahi munkar perlu tahu ilmunya. Diantaranya adalah mengajak dengan lemah lembut sehingga membuat yang diajak menjadi termotivasi untuk berbuat kebaikan. Jangan sampai niatnya mengajak kepada kebaikan namun karena cara yang digunakan kurang hikmah malah menjadikan yang diajak menjadi enggan melaksanakannya. Begitu juga dengan mencegah dari kemungkaran. Mencegah kemungkaran tingakatannya lebih berat daripada amar ma’ruf dan perlu keberanian. Namun jangan sampai karena kita ingin mencegah kemungkaran akan berdampak kemungkaran yang lebih besar.
Yang kedua, yang harus diperhatikan dalam beramal shalih adalah disertai niat ikhlas. Tidak diniatkan untuk dipuji dan disanjung. Dan juga tidak diniatkan untuk kepentingan duniawi.
Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Artinya: Sesungguhnya amalan bergantung pada niatnya. Setiap orang mendapatkan apa yang dia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya diniatkan untuk Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya untuk dunia yang ingin dicapai dan wanita yang hendak dinikahi maka hijrahnya kepada yang ia tuju”
Yang ketiga adalah meneladani Rasulullah ﷺ. Rasulullah ﷺ adalah suri teladan di segala bidang kehidupan. Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Ahzab ayat 21:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Demikian tulisan ringan ini, semoga Allah Ta’ala memberikan petunjuk kepada kita agar kita bisa mengamalkan amalan shalih dengan baik, berdasarkan ilmu, didasari niat ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti) Rasulullah ﷺ. Sehingga amalan shalih kita menjadi amalan shalih yang bermakna, yang bermanfaat serta diterima oleh Allah Ta’ala.
Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib.
Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta