Muhammadiyah dan Keistimewaan DIY
Oleh: Iwan Setiawan, MSi
Pada tanggal 17-19 Februari 2023 Muhammadiyah DIY akan melaksanakan Musyawarah Wilayah (Musywil) Muhammadiyah DIY di UNISA Yogyakarta. Tentu perhelatan Musywil ini mendapat perhatian dari warga Muhammadiyah DIY. Bagi Muhammadiyah sendiri, posisi DIY sangat penting. Karena di DIY inilah Muhammadiyah lahir dengan nahkoda pertama Kiai Haji Ahmad Dahlan.
Aspek kesejarahan Muhammadiyah DIY memiliki kesan tersendiri bagi warga Muhammadiyah di luar DIY. Bagi warga Muhammadiyah di luar DIY, Muhammadiyah DIY adalah role model untuk aktivitas organisasi. Baik dari segi perkaderan ataupun segi amal usaha Muhammadiyah yang maju. Tentu kesan ini menjadi tanggung jawab moral bagi Muhammadiyah DIY dalam mengembangkan Muhammadiyah ke depan
Muhammadiyah Bagian dari 4 Pilar Utama DIY
Dalam resepsi Milad Muhammadiyah ke 105 yang diselenggarakan di Pagelaran Kraton Yogyakarta, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyebut Muhammadiyah adalah bagian dari 4 pilar utama Yogyakarta. Di acara tersebut beliau menyebutkan 4 pilar utama Yogyakarta, Pertama Kraton Yogyakarta, Kedua Universitas Gadjah Mada, Ketiga Perguruan Taman Siswa dan Keempat adalah Muhammadiyah.
Tentu sangat membanggakan bagi warga Muhammadiyah, Ketika Sri Sultan Hamengku Buwono X menyebutkan bahwa Muhammadiyah adalah salah satu pilar keistimewaan DIY. DIY memang menjadi istimewa Ketika ada Kraton Yogyakarta yang memiliki saham kebudayaan, UGM yang memiliki andil dalam ilmu pengetahuan, Taman Siswa yang memperkenalkan sistem Pendidikan khas Indonesia di republik ini dan Muhammadiyah memiliki saham dalam Pendidikan berciri khas keagamaan dan amal sosial.
Muhammadiyah DIY memiliki tanggung jawab moral agar tetap menjadi 4 pilar utama Yogyakarta. Nafas kehidupan Muhammadiyah di DIY akan tetap ada bilamana aktivisme dan gerakan ini selaras dengan kehendak jaman. Dalam dunia Pendidikan, Muhammadiyah DIY memiliki saham dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Baik dari segi kualitas dan kuantitas, Lembaga pendidikan tinggi atapun dasar hingga menengah mewarnai entitas Pendidikan di DIY.
Dalam amal sosial, keberadaan PKU Muhammadiyah, Panti Asuhan, Relawan Muhammadiyah dan yang terbaru Ambulan Muhammadiyah juga memberi andil di dalam membantu urusan sosial bagi warga DIY, bukan hanya Muhammadiyah saja. Tidak mudah membangun dan menggerakkan amal sosial di masa sekarang ini. Aspek pragmatisme kehidupan dan individualisme manusia semakin sulit untuk mendapatkan relawan sosial yang mau dan mampu menjadi garda terdepan dalam urusan ini. Tapi Muhammadiyah masih mampu menggerakan relawan sosialnya.
Tetap Menjadi 4 Pilar Utama Yogyakarta
Untuk menjaga eksistenti Muhammadiyah kedepan, maka yang diperlukan Pertama, mempertahankan dan memajukan keunggulan Muhammadiyah. Tentu aspek Pendidikan dan Amal Sosial adalah aspek keunggulan Muhammadiyah DIY. Untuk Pendidikan, Muhammadiyah unggul di Pendidikan Tinggi dan Pendidikan Dasar (SD). Di Pendidikan SMP/MTS dan SMA/MA Muhammadiyah DIY perlu mengembangan inovasi yang berkelanjutan. Pemilihan kepala sekolah yang tepat di amal usaha Pendidikan Muhammadiyah sangat berpengaruh dalam pengembangan inovasi sekolah.
Amal Sosial Muhammadiyah juga perlu berinovasi dalam mengembangkan jaringannya. Ada istilah Trisula Muhammadiyah, yang terdiri dari Lazis Muhammadiyah Majelis Pemberdayaan Masyarakat dan MDMC yang menjadi garda terdepan amal sosial Muhammadiyah. Dalam aspek praktiknya, sebenarnya tidak hanya tiga entitas ini yang menjadi trisula Muhammadiyah. Muhammadiyah DIY memiliki Ambulan Muhammadiyah, Panti Asuhan Muhammadiyah, Relawan Muhammadiyah, RS PKU Muhammadiyah/Pratama dll yang menjadi entitas penting dalam menggerakkan amal sosial Muhammadiyah. Dengan adanya pengorganisasian yang efektif, kesejahteraan yang lebih maju dan digitalisasi layanan akan menjadikan amal sosial lebih berkembang.
Kedua, Mengembangan Aspek Seni Budaya sebagai lahan Dakwah Muhammadiyah. Tanpa disadari Muhammadiyah memiliki banyak talenta di dunia film. Banyak sutradara muda lahir dari Kampus UMY. Banyak aktivis kebudayaan, terutama sastra lahir dari Kampus UAD. Banyak seniman lukis yang berlatar belakang Muhammadiyah. Dalam hal Seni Budaya, Muhammadiyah DIY perlu mengemas potensi Seni Budaya sehingga menjadi lahan dakwah di Muhammadiyah.
DIY menjadi istimewa karena aspek Seni Budaya. Ada anggapan Muhammadiyah kering dari aspek Seni Budaya. Tentu anggapan ini tidak keliru, tetapi Muhammadiyah tidak anti Seni Budaya. Sehingga diperlukan kebijakan dan sosok yang tepat dalam mengelola dan mengorganisir Seni Budaya di Muhammadiyah. DIY yang memiliki akar Seni Budaya yang kuat, akan menjadi kompatibel dengan Muhammadiyah DIY yang menjadikan Seni Budaya sebagai kiblat dakwah profetik di Muhammadiyah. Tentu kita berharap akan lahir maestro Seni Budaya dari Muhammadiyah seperti Alm Kuntowijoyo, Muhammad Diponegoro, Pedro Sudjono dll
Iwan Setiawan M.S.I., Dosen Agama Islam Universitas Aisyiyah Yogyakarta dan Anggota MPS Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY.
Editor: Arief Hartanto