Tiga Momentum Hidup
Oleh: Dr Masud HMN
Lazim jika dalam lorong kehidupan terdapat waktu yang senantiasa berubah, karenanya mengharuskan kita berpikir. Agar bisa menggunakan jalan yang terbaik dan membahagiakan. Meniti masa yang berbeda yaitu masa lampau, masa kini, dan masa depan.
Kita sadar bahwa menjalani tiga momentum hidup tersebut begitu penting. Kalau kita lalai dan lupa diri, maka itulah yang dinamakan keteledoran. Karenanya mari waspada selalu, jangan sampai terkena gejala lupa diri.
Momentum hidup terdiri dari masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tiga momentum itu saling berkaitan dan berkelindan; setiap momentum punya urgensi masing-masing.
Momentum masa lalu adalah waktu yang sudah lewat meninggalkan kita. Ibarat kata pepatah angin yang telah lewat dan lenyap hilang sudah, kita semua pasti mempunyai masa lalu.
Masa lalu sifatnya beragam. Ada yang menyenangkan, ada yang tidak meneyenangkan. Ada juga campuran dengan sebutan pelangi kehidupan, semisal mozaik yang berwarna-warni.
Era kedua atau masa sekarang adalah kekinian yang berlangsung dan kita nikmati, lantas menjadi karunia hidup yang diperoleh.
Selanjutnya, era ketiga adalah masa depan. Masa yang berupa teka-teki dan tak seorang pun tahu bentuknya karena belum terjadi.
Keteledoran memanfaatkan tiga era tersebut yakni masa lalu, masa kini, dan masa depan bisa berkibat fatal. Seseorang yang masa lalunya kelam penuh keteledoran tentu merugi sebab masa lalu tidak akan terulang lagi dan lenyap tak kembali.
Begitu pula bila tidak memaksimalkan perbuatan baik di masa sekarang, waktu pun terbuang percuma.
Lalu agenda pada era yang dihadapi atau era momentum masa depan. Kita mesti mempersiapkannya karena tidak ada yang mengetahui bagaimana persisnya masa depan.
Islam mengajarkan agar manusia selalu ingat dengan waktu. Dalam surah al-‘Ashr ayat 1-3 Allah berfirman:
Demi waktu. Semua orang akan mengalami kerugian. Kecuali orang beriman yang beramal salih dan saling menasehati satu dengan yang lain…
Ayat ini berkaitan soal waktu agar manusia menggunakannya secara efisien yaitu dalam meningkatkan keimanan, berbuat baik, serta saling mengingatkan kepada sesama.
Sejalan dengan itu, menurut Buya Hamka terdapat dua hal terkait menjalani hidup dengan amalan yang maksimal. Selalu ingat dengan waktu, lalu mengisi waktu dengan amalan yang baik.
Buya Hamka menyarankan agar semua itu menjadi bekal kita. Pada masa yang lewat kita meminta ampun kepada Allah swt atas kealpaan yang kita perbuat, baik yang disengaja maupun tidak.
Terhadap era kini di mana kita sedang terlibat, maka kita perlu banyak bersyukur dan mengharap perlindungan dari Yang Maha Kuasa. Tujuannya supaya amalan kita diterima secara baik.
Terhadap masa depan yang belum kita ketahui, jalani dengan bekerja keras. Supaya hari yang akan datang membawa kebaikan dan keberkahan yang berlimpah, sehingga kita dapat membekali diri dengan rida-Nya.
Masa lampau kita ingat dengan perbanyak istigfar, sedang masa kini kita lakukan dengan banyak bersyukur. Masa depan kita bekali yang terbaik dangan senantiasa mengingat Allah swt.
Dr Masud HMN, Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta