BALIKPAPAN, Suara Muhammadiyah – Momentum Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke XVII di Balikpapan bukan hanya sekadar agenda seremonial. Kemungkinan juga ada anggap lain dari beberapa pihak dalam perspektif konstalasi yaitu tidak terlepas dari penentuan menang dan kalah.
Namun sebenarnya agenda yang dihadiri oleh ribuan pemuda seluruh Indonesia itu, mengisahkan budaya organisasi yang baru.
Multazam Ahmad Tawalla selaku pemuda milenial Muhammadiyah berpandangan acap kali, insan organisatoris itu melupakan subtansi dan esensial dalam memajukan organisasi. Salah satu hal yang paling penting dalam memajukan organisasi adalah membuat budaya organisasi yang baik.
Sesungguhnya momentum Muktamar Pemuda Muhammadiyah kali ini meng-insihgt pemuda organisatoris membangun budaya aktifis organik dari tataran grassroots (akar rumput).
Dalam organisasi, budaya menentukan progesifitas dan kemajuan dari sebuah perkumpulan, seperti manusia tanpa gaya (fashion) maka seperti itu juga organisasi tanpa budaya. Gaya pada diri seseorang membangkitkan percaya diri kemudian membuatnya progresif.
Demikian pula organisasi yang memiliki budaya yang baik, tentu menghasilkan progresifitas dan kemajuan organisasi. Budaya yang baik akan menghasilkan branding organisasi.
Bukan hanya branding namun juga mampu membangun kemaslahatan secara universal kepada para pemuda.
Salah satu budaya organisasi yang menjadi highlight Muktamar Pemuda Muhammadiyah kali ini adalah aktifis organik.
Aktifis organik merupakan karakter aktifis yang harus dintegaraiskan dalam diri pemuda untuk memajukan organisasi.
Seperti dalam kisah nabi Nuh, yang menghikmahkan kepada kita, sebuah pelajaran penting bahwa dalam peristiwa banjir bandang yang konon menenggelamkan sebagai besar wilayah dunia pada saat itu.
Dalam kapal yang dibuat Nabi Nuh sebagai bentuk antisipasi terhadap bencana tersebut. Dimana kapal itu memberikan gambaran suasana persatuan sesungguhnya.
Meski tidak memiliki ikatan secara biologis di atas kapal itu, namun mereka (penumpang kapal Nuh) dipersatukan dalam kapal secara ideologis. Sebab tidak memandang latar belakang.
Dengan demikian organisasi sekelas Pemuda Muhammadiyah persatuan itu harus ditempatkan pada ruang pragmatis
Tidak hanya itu ia juga mengatakan akhir-akhir ini kebanyakan organisasi termasuk beberapa organisasi otonom Muhammadiyah (Ortom) serasa masih terlalu eklusif dalam gerakannya.
Oleh karena kata dia, melalui Muktamar Pemuda Muhammadiyah kali ini, juga mengambarkan gerakan organisasi harus inklusif. “Jangan kita terlalu kaku berorganisasi,” ujar Multazam. (Fatih)