Belajar pada Kata dan Peristiwa (10)
Oleh: Mohammad Fakhrudin
Menasihati dengan hati
mencegah kemunkaran
dengan keramahan
bukan dengan kemarahan
Bagi orang bertakwa, al-Qur’an adalah petunjuk yang tiada keraguan sedikit pun padanya (al-Baqarah (2): 2). Allah Subhanahu wa Ta’aala Mahabenar dengan segala firman-Nya!
Ayat tersebut sudah terbukti sejak zaman para nabi. Namun, pada zaman para nabi pun ada yang tidak beriman, padahal mereka dapat langsung bertemu dengan nabi. Orang yang tidak bertakwa telah ada juga sejak zaman para nabi.
Oleh karena itu, tidak perlu heran jika pada zaman sekarang ada orang yang menganggap bahwa kehidupan akhirat yang dijadikan materi pengajian oleh ustaz dan ustazah merupakan cerita fiksi karena para ustaz dan ustazah belum pernah mengunjunginya. Tidak perlu heran pula jika ada orang yang meremehkan pentingnya mengaji.
Mereka sesungguhnya termasuk orang yang gagal mengenali masalah, termasuk masalahnya sendiri. Hal itu dapat berpengaruh buruk, baik bagi kehidupannya sendiri maupun kehidupan orang lain.
Pada Belajar pada Kata dan Peristiwa (9), Suara Muhammadiyah edisi 2023/02/23 telah disajikan dua kisah nyata. Dari dua kisah itu kiranya dapat dipetik pelajaran yang sangat berharga.
(1) Peristiwa yang berkaitan dengan ART. Sekurang-kurangnya pelajaran penting itu adalah perempuan muslim dan mukmin wajib taat pada perintah Allah Subhanahu wa Ta’aala, baik perintah mengerjakan maupun perintah neninggalkan. Demi melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’aala dan Rasul-Nya, ART mau menikah. Namun, dia tidak mau tidur bersama suami karena suami tidak mengamalkan syariat Islam meskipun ketika akan menikah mengucapkan syahadat. Akhirnya, pernikahannya tak sampai seumur jagung. Semoga tindakan ART itu masih berada pada koridor takwa.
(2) Peristiwa yang berkaitan dengan Mas Jur. Sampai hampir menjadi sarjana, Mas Jur baru dua kali salat dalam setahun, yakni salat Idul Fitri dan Idul Adha. Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin ada ‘idain. Setelah mengerjakan salat lima waktu, hatinya tenteram.
Ada lagi yang perlu penguatan pada Belajar pada Kata dan Peristiwa (9). Bantuan orang lain yang kompeten sangat penting. Rasanya tidak ada seorang pun yang sukses tanpa peranan orang lain. Sekecil apa pun, peranan orang lain pasti berpengaruh terhadap kesuksesan atau kegagalan dalam penyelesaian masalah.
Beberapa Tahapan Penyelesaian Masalah
Keluarga, bahkan, tiap individu pun, tidak pernah sepi dari masalah. Berkenaan dengan itu, kepala keluarga dan tiap individu harus mampu menyelesaikan masalah. Ketidakmampuan kepala keluarga dan tiap individu menyelesaikan masalah dapat menimbulkan masalah baru. Boleh jadi, masalah awal yang sebenarnya kecil dan sederhana dapat berkembang menjadi besar dan kompleks.
Berikut ini disajikan cotoh beberapa tahapan analisis masalah yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut: (1) merumuskan masalah secara operasional dan spesifik, (2) merinci masalah itu lebih operasional dan spesifik lagi, (3) menentukan penyebab yang mungkin, (4) memastikan penyebab yang paling mungkin, dan (5) mengadakan verifikasi atau tes sehingga diperoleh kejelasan mengenai masalah yang sebenarnya.
Dengan memahami penyebab terjadinya masalah secara tepat, kepala keluarga dan tiap individu dapat menentukan berbagai alternatif cara menyelesaikan masalah itu. Yang perlu diperhatikan dalam penentuan alternatif cara penyelesaian masalah adalah pemahaman terhadap masalah potensial.
Alternatif cara penyelesaian masalah yang direncanakan harus dipahami benar secara utuh, yakni sampai pada kemungkinan timbulnya masalah baru. Dengan demikian, kepala keluarga dan tiap individu sudah mempunyai perhitungan-perhitungan cermat alternatif apa yang harus disediakan jika masalah potensial itu benar-benar terjadi. Dengan kata lain, kepala keluarga dan tiap individu sudah menyiapkan alternatif cara penyelesaian masalah yang bersifat antisipatif.
Pengambilan keputusan memilih alternatif penyelesaian masalah perlu direncanakan secara cermat. Dalam perencanaan pengambilan keputusan dipertimbangkan dua kriteria, yakni (1) kriteria mutlak dan (2) kriteria tambahan. Kriteria mutlak adalah syarat yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Syarat itu harus dipenuhi. Jika tidak, alternatif itu tidak perlu dipertimbangkan sama sekali.
Penyelesaian pertengkaran tetangga yang disajikan pada Belajar pada Kata dan Peristiwa (8) merupakan salah satu contoh pengambilan keputusan memilih alternatif yang tepat. Alternatif keputusan yang memenuhi kriteria mutlak dan memenuhi kriteria tambahan paling banyak yang diambil, yakni bersumber pada al-Qur’an dan hadis. Di samping itu, nilai moral, etika, dan praktis pun dijadikan sumber. (Baca: Suara Muhammadiyah edisi 2023/02/17).
Penentuan kriteria mutlak harus dilakukan secara cermat dan cerdas. Muslin dan mukmin harus menggunakan kriteria mutlak yang bersumber pada kedua kitab suci itu.
Sumber lain seperti nilai moral, etika, dan nilai praktis dapat dijadikan sebagai kriteria tambahan. Penentuan kriteria tambahan dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek relevansi dan urgensi. Jadi, penentuan kriteria tambahan tetap menggunakan penalaran.
Allah berfirman di dalam surat al-Maidah (5): 16
يَّهْدِيْ بِهِ اللّٰهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهٗ سُبُلَ السَّلٰمِ وَيُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ بِاِذْنِهٖ وَيَهْدِيْهِمْ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
“Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan dan dengan Kitab itu pula Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya dan meunjukkan ke jalan yang lurus.”
Di dalam Tafsir Al Azhar karya Hamka (hlm. 1669-1670) dijelaskan bahwa orang yang taat setia mengikuti jalan yang diridai Allah Subhanahu wa Ta’aala itu pastilah mendapat petunjuk dari kitab ini. Jalan yang diridai Allah Subhanahu wa Ta’aala tidak lain adalah jalan yang digariskan oleh Rasul-Nya. Petunjuk itu akan diberikan kepada oleh Allah Subhanahu wa Ta’aala dengan perantaraan kitab ini sehingga dapat sampai kepada berbagai jalan kedamaian.
Di dalam situasi tertentu, ada masalah yang belum diketahui penyebabnya. Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana kita dapat membantu orang lain menyelesaikannya? Bagi orang yang terlatih dan mempunyai feeling yang terasah tajam, hal itu bukan kendala. Lalu, bagaimana mengasah feeling? Ya, dengan mengaji tidak sekadar melafalkan ayat, tetapi juga memahami terjemahan dan tafsirnya. Tidak kalah pentingnya adalah rajin mengikuti kajian-kajian.
Sama saja dengan pemain sepak bola, voli, badminton atau cabang olahraga yang lain, mereka sering dapat menyelesaikan masalah di dalam permainan di lapangan dengan feeling-nya yang telah terasah tajam. Agar feeling-nya tajam, mereka harus berlajar dan berlatih dalam arti seluas-luasnya.
Sekali lagi, Pentingnya Kemampuan Mengalisis Masalah
Kisah nyata ART dan Mas Jur pada Belajar pada Kata dan Peristiwa (9) kiranya dapat menjadi contoh tentang pentingnya kemampuan menganalisis masalah. ART tidak mau tidur sekamar dengan suami yang tidak melaksanakan syariat Islam sebenarnya merupakan tindakan analisis masalah potensial. Bukankah kembalinya suami ke agama semula merupakan masalah yang potensial muncul setelah menikah?
Tindakan itu dilakukan ART karena dia sudah dibekali, terutama oleh kakeknya, agar menghindari hubungan suami istri sebelum suaminya mau melaksanakan salat. Di dalam kisah nyata ART, suami tidak melaksanakannya sampai pekan ketiga setelah menikah.
Sementara itu, di dalam kisah nyata Mas Jur, dikemukakan ke-GR-an Mas Jur terhadap perilaku-baik Dik Endah. Mas Jur menduga bahwa Dik Endah menyambut cintanya dengan cinta juga, padahal Dik Endah sekadar hormat kepada Mas Jur sebagai kakak tingkat dan satu jurusan. Ke-GR-an itu menjadi penyebab kecemburuannya ketika melihat Dik Endah berjalan mesra dengan pacarnya.
Mas Jur lepas kendali ketika mendengar pengakuan jujur Dik Endah bahwa lelaki yang dilihat Mas Jur berjalan dengan tangan memeluk Dik Endah adalah pacarnya. Dia memillih akan bunuh diri.
Penyebab dia memilih jalan pintas itu telah diketahui dengan pasti, yakni jauh dengan Allah Subhanahu wa Ta’aala. Dikatakan demikian karena dia baru salat dua kali dalam setahun, yaitu salat ‘idain. Oleh karena itu, solusinya adalah dia dibimbing salat agar memperoleh ketenangan. Benar! Setelah mau mengerjakan salat, hatinya tenteram.
Analisis (penyebab) masalah kiranya mirip dengan diagnosis yang dilakukan oleh dokter ketika akan memastikan penyakit apa yang dialami oleh pasien. Kadang-kadang suatu penyakit dapat langsung diputuskan (ditangani) langsung oleh dokter tersebut, tetapi kadang-kadang perlu bantuan dokter lain misalnya dokter ahli radiologi dan/atau petugas laboratoirum. Setelah dapat memastikannya, barulah dia memberikan obat kepada pasien.
Kadang-kadang untuk pengobatannya diperlukan waktu, bahkan, perlu penggantian atau penambahan obat. Namun, dokter yang beriman selalu mengatakan bahwa bukan dia dan obat yang menyembuhkan, melainkan Allah Subhanahu wa Ta’aala yang menakdirkan.
Mas Jur telah diperiksa oleh dokter dua kali. Pemeriksaan pertama dilakukan pada malam kejadian dia akan bunuh diri. Setelah memeriksanya, dokter memberi tahu saya (karena saya yang menghadirkannya dan bertanggung jawab) bahwa dia sehat, tetapi perlu teman. Saya pun menyatakan siap. Ketika saya tanya biayanya, dia hanya tersenyum dan bergegas pamit.
Pemeriksaan kedua dilakukan beberapa pekan setelah itu. Hasil pemeriksaan yang kedua pun menyatakan bahwa dia sehat. Namun, justru dia minta mondok di rumah sakit.
Pihak rumah sakit menyilakannya. Ketika itu dia dan saya sudah tidak lagi tinggal bersama sehingga saya tidak dapat lagi mengetahui apakah masih mengerjakan salat atau berhenti.
Saya membesuknya. Saya tidak meremehkannya. Saya gembirakan hatinya dan bangkitkan semangatnya. Tiga hari dia “menginap” di rumah sakit.
Jadi, makin jelaslah bagi kita bahwa kemampuan menganalisis masalah sangat penting. Hasil analisis masalah dapat digunakan sebagai tindakan preventif, kuratif, dan antisipatif masalah potensial.
Pada Belajar pada Kata dan Peristiwa (10) ini disajikan kisah nyata yang berhubungan dengan pengalaman penyiar-radio keren.
Pada Awalnya Bermain Drama Radio
Teater Surya merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di IKIP Muhammadiyah Purworejo (yang mulai 1999 berubah menjadi Universitas Muhammadiyah Purworejo). Di samping mengadakan pentas, teater itu secara rutin satu bulan sekali mengisi acara sandiwara radio di RRI Semarang. Kegiatan tersebut tidak semata-mata bertujuan untuk berkesenian, tetapi juga bertujuan untuk berdakwah. Bukankah bagi Muhammadiyah, seni dapat juga dijadikan media dakwah yang sangat efektif? Oleh karena itu, saya menulis, memilihkan, atau melatih mahasiswa menulis naskah yang religius Islam.
S.H. (begitu inisial nama mahasiswa dalam kisah nyata ini, yang selalu saya sapa Mas S.) adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pada awalnya dia memerankan tokoh cerita yang hanya berdialog paling banyak 10 nomor. Meskipun demikian, dia sangat sering salah baca sehingga harus mengulangnya sampai beberapa kali.
Ternyata akhirnya dia menjadi pemain yang sangat disukai oleh pendengar. Suaranya memang bagus dan penjiwaannya juga. Pendengar selalu berharap agar dia bermain tiap Teater Surya mengisi acara itu. Jika tidak, mereka kecewa.
Setelah lulus sarjana pendidikan, dia memilih hijrah ke Jakarta untuk bergabung dengan Sanggar Prativi. Di sanggar ini dia banyak belajar pada pemain senior seperti Dedy Sutomo dan Ferry Fadly. Dengan belajar pada senioren, kemampuannya bermain sandiwara radio makin bagus.
Setelah bergabung beberapa saat di sanggar itu dia mulai merasa ada persaingan yang tidak sehat. Lalu, dia bersolo karier sebagai penyiar radio swasta di Jakarta. Penggemarnya sangat banyak. Bahkan, di antara mereka ada yang jatuh cinta berat.
Hampir Makin Terperangkap
Penggemarnya yang jatuh cinta (sebut saja Sinta) tidak main-main. Dia sangat serius.
“Abang sudah punya pacar atau malah sudah berkeluarga?” tanya Sinta.
“Kamu lihat, pantasnya bagaimana?” Mas S. bermain kata.
“Aku tanya beneran, Bang!”
“Ya, aku juga jawab beneran!”
“Pantasnya sih … belum.”
“O, ya?”
“Habis tadi Abang balik nanya!”
Jantung Mas S. berdetak lebih cepat dan lebih keras. Dia merasa terperangkap oleh kata-katanya sendiri. Dia sangat menyesal dengan permainan kata-katanya sendiri. Namun, dia belum dapat memilih cara terbaik untuk menyatakan secara tegas bahwa dia sebenarnya sudah berkeluarga.
Sinta makin agresif. Dia anak dari keluarga berduit, maka mau membelikannya apa saja seperti pakaian dan sepatu yang dapat menambah makin kerennya Mas S. Sampai-sampai model potongan rambutnya pun dipilihkan. Bahkan, Sinta hampir selalu menemani ketika Mas S. berangkat ke studio, siaran, dan pulang dari studio. Pendek kata, dia memanjakan Mas S.
Pada malam tahun baru, Mas S. diajak Sinta ke vila di Puncak yang dikatakannya sebagai milik orang tuanya. Mulailah Mas S. sadar bahwa permainan kata-katanya telah benar-benar memerangkap dirinya sendiri.
Puncak kesadarannya makin terasa ketika Sinta mulai berbicara menjurus pada cintanya. Ditambah lagi, gerak-geriknya dapat dibaca oleh Mas S. bahwa dia ingin lebih dari sekadar bicara tentang cintanya.
Mas S. bertambah galau. Perasaan berdosanya mulai mendesak kesadarannya untuk berani menolak dan berani berterus terang. Akhirnya, dia meninggalkan Sinta.
Pulang ke Keluarga
Mas S. pulang ke keluarga di Purworejo. Dia menemui saya di kampus sekitar pukul 10.00.
Diceritakannya semua yang dialaminya. Tampak dia sangat menyesali permainan kata-katanya dan sikapnya terhadap Sinta. Dia kapok kembali ke Jakarta. Lalu, dia minta solusi.
Saya memberikan beberapa alternatif sesuai dengan minatnya, yakni menjadi penyiar radio. Saya ajak dia ke RRI Semarang. Namun, waktu itu belum ada lowongan. Tambahan lagi, dia benar-benar kapok jauh dari keluarganya apalagi kembali ke Jakarta. Dipilihnya stasiun radio di kota yang dekat dengan tempat tinggalnya.
Setelah beberapa saat beraktivitas sebagai penyiar di radio swasta di kota pilihan pertama, dia “hijrah” ke kota pilihan kedua. Di kota pilihan kedua ini cukup lama dia menjadi penyiar radio swasta.
Rasa percaya dirinya bahwa dia mempunyai kemampuan tidak hanya sebagai penyiar makin berkembang. Tambahan pula, stasiun radio tempatnya bekerja itu lebih besar. Namun, jarak dari tempat tinggalnya cukup jauh sehingga sering tidak dapat membersamai keluarganya. Waktu itu, dari hasil perkawinannya, dia sudah dianugerahi anak.
Akhirnya, diputuskannya dia memilih stasiun radio di kota yang paling dekat dengan tempat tinggalnya agar dapat selalu bersama keluarganya. Keinginannya itu terwujud. Di stasiun radio itu dia memperoleh amanah lebih tinggi daripada sekadar penyiar.
Semangat bekerjanya pun makin berkembang. Bahkan, dia menjadi Master of Ceremony yang cukup andal di Purworejo dan sekitarnya. Dia pun pandai menyanyi dengan suara yang cukup bagus.
Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin
Mohammad Fakhrudin, warga Muhammadiyah, tinggal di Magelang Kota