YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Rombongan Jawatan Kuasa Fatwa Negeri Perlis Sampena, Malaysia melakukan kunjungan ke Indonesia. Kunjungan kali ini bertandang ke Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang berada di Jalan Cik Ditiro Yogyakarta, Jumat (3/3). Rombongan datang disambut dengan hangat oleh jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Tampak hadir jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Drs HA Dahlan Rais, MHum, Prof Dr Bambang Setiaji, MSi, Prof Dr H Syamwul Anwar, MA, Dr Drs HM Agus Samsudin, MM, Dr H Fathurrahman Kamal., Lc., MSi, dan, Dr H Hamim Ilyas, MAg.
Rombongan yang hadir dipimpin oleh Sahibus Samahah Prof Dato’ Arif Perkasa Dr Mohd Asri bin Zainul Abidin ini melakukan silaturahmi dan dialog bersama jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah berikut beserta Majelis yang hadir. Dalam dialog itu, Dahlan Rais mengatakan pihaknya sangat menyambut baik kedatangan rombongan dari Jawatan Kuasa Fatwa Negeri Perlis Sampena, Malaysia. Menurutnya perjumpaan ini menjadi momentum untuk merekatkan hubungan antara Muhammadiyah dengan Mufti Perlis Malaysia.
“Kami menyambut baik kedatangan rombongan dari Jawatan Kuasa Fatwa Negeri Perlis Sampena, Malaysia. Tidak mudah ternyata karena satu dengan lain hal, maka membutuhkan waktu beberapa bulan. Dan akhirnya, pada hari ini bisa berjumpa, Alhamdulillah. Untuk itu, Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas kesediannya berkunjung ke kantor Muhammadiyah yang ada di Yogyakarta ini,” ujarnya saat di wawancarai Suara Muhammadiyah.
Selain mempererat hubungan, pada kegiatan kunjungan ini menjadi sarana untuk pertukaran budaya. “Ini kita akan mendekatkan kembali bahwa sesungguhnya “Nenek Moyang” kita kan sama. Rumpun besarnya Melayu, maka ini juga akan saya kira memperluas wawasan kita tentang ketetanggaan dengan Malaysia. Bahkan paling dekat, pastilah haruslah saling menyelami,” terangnya.
“Maka dengan pendekatan budaya antarkeduanya ini saya kiran nantinya akan memperkokoh ASEAN, khususnya Malaysia dan Indonesia,” imbuhnya.
Dalam sesi dialog, Dahlan mengatakan kebertahanan Muhammadiyah sejak kelahirannya pada tahun 1912 di Kampung Kauman Yogyakarta sampai sekarang karena Muhamamdiyah itu solid dan kompak dalam bekerja dan berdakwah kepada umat, bangsa, dan negara. Banyak bidang-bidang yang dijalankan oleh Muhammadiyah antara lain bidang sosial, budaya, pendidikan, lingkungan, ekonomi, dan masih banyak lagi.
“Banyak orang mengatakan bahwa Muhammadiyah itu kompak. Ada istilah khusus yang saya kira kehidupannya itu disebut “Guyub Rukun”. Meskipun banyak disana-sini berbeda pendapat,” katanya.
Hal itu karena sistem yang dijalankan oleh Muhamamdiyah memberikan kebebasan seluas-luasnya untuk menyampaikan aneka gagasan dan pendapat. Tetapi harus ada kepatuhan dengan berbagai peraturan yang telah ditetapkan. Selain itu, dari sudut pandang ideologi, Muhammadiyah memiliki pemikiran yang menjadi rujukan utama. Pwmikiran itu kemudian disepadukan di dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (MADM), Kepribadian Muhammadiyah, Khittah Muhammadiyah, dan Risalah Islam Berkemajuan.
“Jadi dengan adanya persamaan pemikiran itu kemudian memang konflik itu bisa berkurang. Bukannya tidak ada, tetapi secara umum kehidupan itu baik dengan tidak adanya konflik yang berkepanjangan,” terangnya.
Selain itu, rombongan juga belajar mengenai kehidupan Indonesia lewat Muhammadiyah. Dalam dialognya, Dahlan Rais membentangkan Muhammadiyah memandang Islam dan Pancasila sebagai entitas dan identitas autentik Indonesia. Dan tidak bisa ditolak lagi apapun dalihnya.
Keduanya tidak mengalami pertentangan, tetapi menjadi titik temu (kalimatun sawa) dengan kelima butir Pancasila menjadi penguat membumikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip ajaran Islam. Bersamaan dengan hal itu, Muhammadiyah itu memang taat kepada hukum-hukum positif yang berlaku di Indonesia.
Pengembangan lima butir Pancasila itu dijadikan sarana media dakwah oleh Muhammadiyah. Di dalam menjalankan dakwahnya, Muhammadiyah bersifat luas tidak tersekat dengan jenis perbedaan agama, suku bangsa, budaya, ras, maupun golongan. Dakwah Muhammadiyah sangat cair, menggembirakan, dan mencerahkan kehidupan.
“Muhammadiyah saya kira tidak ada masalah mengenai ini. Sama sekali. Memang kita menjadi bagian dari berdirinya negeri ini. Maka menjadi kewajiban untuk merawatnya. Maka bertentangan di dalam internal Muhammadiyah sama sekali tidak ada. Maka dengan demikian hampir tidak ada suatu kegiatan di Muhammadiyah yang berbeda atau berlawanan dengan dasar konstitusi negara,” ungkapnya. (Cris)