ACEH BESAR, Suara Muhammadiyah – Emppat Guru Besar Asia Tenggara mengunjungi Dayah Pesantren Baitul Arqam, dalam rangka melakukan penelitian mengenai Pendidikan Islam di Asia Tenggara untuk mengetahui bagaimana perkembangan dan mutu pendidikan serta ketahanan mereka dalam menghadapi perkembangan zaman, Selasa (07/03/2023).
Ke empat Guru Besar tersebut adalah Guru Besar Antropologi Islam dan Wakil Rektor Bidang Riset, Kerja Sama, dan Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Prof. Dr. Jamhari Makruf, Profesor Takeshi Kohno, Profesor Ilmu Politik Tokyo Eiwa, Jepang, Profesor Kamarulnizam Abdullah, Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Kebangsaan Malaysia, dan Profesor Zulkifli Wadi, Guru Besar Kajian Islam Universitas Filipina. Keempatnya didampingi oleh dosen UIN Ar-Raniry, Dr. Hasnul Arifin.
Kunjungan ini berlangsung pukul 09.00-11.30 WIB di kantor Dayah Baitul Arqam dan didampingi oleh Wakil Mudir Baitul Arqam, M. Naufal Hidayat Lc., ME beserta kepala pengasuh, Laksamana Muflih, Lc. dan kepala madrasah tsanawiyah, kepala madrasah aliyah dan para pengasuh di lingkungan pesantren Baitul Arqam. Dalam kunjungan tersebut hadir Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Aceh, A. Malik Musa SH., M. Hum.
“Hasil penelitian kami ini semoga bisa berguna untuk perkembangan pesantren di Aceh dengan segala keberagaman yang ada, mengenai Pendidikan Islam di Asia Tenggara untuk mengetahui bagaimana perkembangan dan mutu pendidikan serta ketahanan mereka dalam menghadapi perkembangan zaman ” kata Jamhari Makruf.
Wakil Mudir Baitul Arqam, M. Naufal Hidayat Lc., ME menjelaskan kondisi pesantren Muhammadiyah khususnya Baitul Arqam, apa saja tantangan eksternal dan hal-hal yang sudah dicapai. Para guru besar tersebut juga sempat diajak berkeliling melihat langsung kondisi pesantren, mulai dari dapur, asrama, hingga ruang kelas dan menyaksikan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung di Pesantren Baitul Arqam.
“Kunjungan ini memang singkat, tetapi alhamdullilah bisa membangkitkan optimisme kami akan majunya pendidikan Islam di Aceh serta harapan kami seiring meningkatnya perhatian para akademisi, maka meningkat pula kualitas pesantren-pesantren, khususnya pesantren Muhammadiyah di seluruh Aceh,” kata Naufal Hidayat.
Bagi Profesor Takeshi Kohno, kunjungan ini juga semacam reuni singkat bersama pimpinan Muhammadiyah Aceh, “Saya sudah lama bekerja sama dengan Muhammadiyah, sejak 2006 kami mengadakan kerja sama di berbagai bidang dan bisa dikatakan saya juga merupakan perwakilan Muhammadiyah di Jepang. Kami senang mengunjungi pesantren Muhammadiyah dan mengetahui perkembangan serta apa saja tantangan yang dihadapi selama ini.”
Hal yang sama diungkapkan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Aceh , A. Malik Musa SH., M. Hum. Menyampaikan. Empat guru besar tersebut khususnya yang dari Jepang cenderung kepada kerja sosial sama dengan Muhammadiyah. Sekitar 20 tahun yang lalu kita sudah pernah kerjasama, pihak mereka memberikan armada mobil Ambulance serta membantu panti asuhan, berupa buku dan lainnya.
“Kita sudah banyak bekerjasama dengan pihak Jepang, dan insya Allah ke depannya dapat bekerjasama lagi dengan lebih baik itu harapan kita,” ungkap Malik Musa. (Agusnaidi B/Riz)