Pamer Kekayaan dan Kemerosotan Akhlak
Oleh: Tito Yuwono
Nabi ﷺ mengajarkan kepada kita
Untuk berakhlaq mulia
Baik budinya
Tidak angkuh pada sesama
Hati-hati
Membanggakan diri
Mengotori hati
Kelak akan rugi
Akhir-akhir ini banyak pemberitaan berkaitan dengan perihal pamer kekayaan. Pamer kekayaan ini biasanya dengan melalui posting pada laman medsosnya. Memamerkan harta yang dipunyai bisa berupa mobil mewah, moge beharga mahal dan barang-barang berharga mahal lain. Sesungguhnya ada banyak motivasi seseorang mendisplay harta bendanya pada laman medsosnya.
Ada yang untuk iseng-iseng saja atau hiburan, untuk ditawarkan atau dijual, atau memang sengaja dipamerkan dengan motivasi menunjukkan ke khalayak bahwa dia adalah orang yang kaya, orang hebat maupun orang yang punya kedudukan. Orang yang menunjukkan kekayaan di medsos, mesti siap dengan banyak persepsi dari yang melihatnya. Apalagi yang pamer kekayaan adalah abdi negara yang penghasilannya dari pungutan pajak rakyat.
Pada artikel ini akan dibahas berkaitan dengan pamer kekayaan yang dilandasi dengan sombong ataupun ujub.
Islam adalah agama yang mulia. Dan salah satu misi Rasulullah ﷺ adalah untuk memperbaiki akhlaq manusia. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik.” (HR. Imam Ahmad)
Akhlaq ini merupakan bagian yang sangat penting dalam Islam. Bahkan Rasulullah ﷺ sering mengaitkan antara akhaq dengan kesempurnaan iman kepada Allah dan hari akhir. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR Imam Bukhori)
Akhlak juga menjadi pemberat timbangan pada hari kiamat:
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيءَ
Artinya: “Tidak ada sesuatupun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin selain akhlaq yang baik. Dan Sungguh Allah membenci orang yang berkata keji dan kotor.” (HR Imam Tirmidzi)
Salah satu sikap kurang berakhlaq adalah membangakan diri atau sombong atau ujub. Pamer kekayaan merupakan bagian sikap yang kurang berakhlaq ini.
Salah satu wasiat Luqman kepada putranya yang diabadikan dalam Alquran adalah wasiat berkaitan dengan larangan untuk sombong. Tidak boleh angkuh ketika berjalan dimuka bumi, serta Allah Ta’ala tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Luqman ayat 18:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Artinya: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Memamerkan kekayaan adalah termasuk dalam kategori sombong, agar dilihat atau dipandang orang lain (riya) dia adalah orang hebat, orang kaya dan orang sukses. Serta menganggap dirinya lebih baik dan lebih tinggi daripada orang lain.
Ada dua bentuk kesombongan yaitu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
Artinya: “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR Imam Muslim)
Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwa salah satu penduduk neraka adalah orang yang sombong/takabur. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
Artinya: “Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur.” (HR Imam Muslim)
Nasehat bagi yang diberikan kelebihan harta
Hendaknya dalam mencari harta adalah dengan cara yang halal. Bagi yang diberikan kelebihan harta hendaknya hati-hati memelihara hati agar tidak terjerumus dalam sikap membanggakan diri dan tidak perlu dipamerkan. Juga hendaknya bersikap tawadhu dan bersyukur, bahwa harta kekayaannya adalah rizki dari Allah Ta’ala, sehingga dipergunakan dan dibelanjakan sebaik-baiknya yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat. Hidup dunia sangatlah sebentar, dan akhirat adalah sangat panjang dan abadi. Jangan sampai mengorbankan akhirat hanya untuk kesenangan yang sebentar.
Demikian tulisan singkat ini, Semoga bisa menjadi tadzkirah di tengah ramai-ramainya pamer kekayaan. Semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah kepada kita sehingga kita mempunyai sikap bersyukur dan tawadhu’.
Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib.
Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta