Polemik Tim Sepak Bola Israel di Piala Dunia U-20
Oleh: Sudarnoto Abdul Hakim
Sebagaimana yang telah berkembang luas di media, dari tanggal 20 Mei hingga 11 Juni 2023 akan diadakan perhelatan piala dunia sepak bola U-20 di Indonesia. Kesebalasan atau Tim Nasional Israel termasuk salah satu di antara kesebelasan yang akan ikut berlaga selain tujuh negara lainnya yaitu Indonesia, Inggris, Perancis, Itali, Slowakia, Amerika Serikat dan Honduras.
Pertandingan akan diselenggarakan di enam kota yaitu Gelora Karno (Jakarta), Jakabaring Stadium (Palembang), Harupat Starling Stadium (Bandung), Manahan Stadium (Solo), Gelora Tomo Stadium (Surabaya), dan Captain I Wayan Dipta Stadium (Gianyar, Bali). Seyogyanya piala dunia sepak bola ini diselenggarakan pada tahun 2021, akan tetapi karena Covid ditunda tahun 2023.
Yang menjadi persoalan bagi Indonesia ialah keikut sertaan Tim Nasional Israel. Ini adalah hal yang sangat sensitif di masyarakat luas khususnya di Indonesia karena menyangkut dengan penjajahan zionis Israel terhadap bangsa Palestina yang dalam waktu panjang berlangsung hingga hari ini. Keputusan skema Two-State Solution belum dilaksanakan dan zionis Israel masih mempertontonkan kebrutalan dan kejahatannya secara kasat mata.
Terorisme pemerintah zionis Israel belum bisa dihentikan oleh siapapun, bahkan oleh lembaga dunia PBB sekalipun. Perlawanan terus menerus yang dilancarkan oleh rakyat dan bangsa Palestina pada hakikatnya adalah perlawanan terhadap imperialisme dan terorisme yang seharusnya didukung oleh siapapun dan negara manapun.
Indonesia adalah negara dan bangsa yang sejak awal hingga saat ini terus memberikan dukungan, pembelaan dan membantu agar Palestina bebas dari penjajahan negara teroris Israel dan membentuk pemerintahan sendiri yang merdeka dan berdaulat. Karena itulah pemerintah Indonesia tetap berkomitmen untuk tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Ini pernah ditegaskan oleh Presiden Jokowi dan Menteri Luar Negeri RI dan MUI mendukung sikap tegas ini.
Sikap tegas tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel ini harus dipertahankan dan dijaga dengan sepenuh hati selama Israel masih terus menjajah bangsa Palestina. Jangan ada celah sedikitpun dengan alasan apapun untuk mengkhianti amanat Pembukaan UUD 1945 dan merusak komitmen presiden sehingga membuka ruang bagi Israel untuk masuk ke Indonesia melalui jalur apapun, termasuk jalur piala dunia sepak bola U-20.
Jagalah amanah Pembukaan UUD 1945, komitmen Presiden dan kehormatan atau muruah Bangsa dan Negara Indonesia dengan sepenuh hati; tampillah dengan berani dan tegas menolak kehadiran rombongan Israel masuk ke wilayah Indonesia untuk piala dunia sepak bola U-20. Pemerintah dan para pejabat tinggi termasuk PSSI seharusnya mencontoh Presiden Soekarno yang tegas dan berani menolak kehadiran kontingan Israel di even Asian Games tahun 1962, karena Israel adalah penjajah.
Meskipun harus keluar dari IOC, akan tetapi dengan penolakan ini Indonesia saat itu justru memperoleh posisi politik yang diperhitungkan secara internasional. Sebaliknya, menerima dan bahkan “memberikan jaminan keamanan”terhadap tim nasional Israel untuk piala dunia U-20 ini justru menunjukkan bahwa Indonesia, melalui diplomasi sepak bola ini, telah ditundukkan oleh kekuatan pro-Israel. Selemah itukah Indonesia?
Banyak elemen masyarakat dan tokoh termasuk MUI menggunakan hak-hak konstitusionalnya yang memberikan saran dan mengingatkan secara terbuka kepada pemerintah untuk mempertimbangkan kembali sikap menerima dan menjamin keamanan tim Israel ikut berlaga di Indonesia.
Akan tetapi, ada kecenderungan pemerintah dan khususnya PSSI masih belum mau mendengar saran dan kritik yang diberikan. Bahkan meminta saran dan masukan dari masyarakatpun tidak pernah dilakukan hingga menjelang even besar ini diselenggarakan. Ini sikap pemerintah yang tidak bijak dan bahkan bisa kontra produktif. Jangan menyelenggarakan even yang justru berpotensi besar menimbulkan kontroversi dan kegaduhan di masyarakat.
Menjelang Pemilu seharusnya bangunan kebangsaan diperkokoh, jangan dibiarkan perbedaan pandangan dan sikap masyarakat justru mengekskalasi pertentangan karena pemerintah memaksakan kehendak menerima dan memberikan keamanan secara resmi terhadap tim nasional Israel. Ini akan menyakitkan rakyat dan bangsa Palestina karena sambutan hangat dan resmi pemerintah terhadap Israel, karena bendera Israel akan berkibar di Indonesia, nyanyian, yel-yel dan atribut-atribut Israel mewarnai arena pertandingan.
Di samping itu, kehadiran tim nasional Israel ini juga berpontensi besar akan menimbulkan kegaduhan bahkan pertentangan di kalangan masyarakat yang justru merusak persatuan. Sebelum terlambat, pemerintah seharusnya mempertimbangkan kembali keputusan menerima dan memberikan jaminan keamanan kepada timnas Israel. Jaga juga republik ini dari kekuatan tertentu yang berusaha mempertentangkan masyarakat melalui even piala dunia sepak bola U-20.
Sudarnoto Abdul Hakim, Ketua MUI Pusat Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional