4 Pesan Ustadz Mahfudz kepada Musyrif-ah PERSADA UAD

4 Pesan Ustadz Mahfudz kepada Musyrif-ah PERSADA UAD

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Bagi sebagian besar orang, liburan itu identik dengan bepergian atau bersenang-senang. Padahal liburan yang sebenarnya memiliki definisi dan esensi lain yang lebih pokok, tidak selalu dimaknai demikian. Perpindahan atau pergantian dari pekerjaan atau rutinitas positif yang kita jalani ke pekerjaan atau aktivitas positif lainnya itu juga merupakan liburan atau istirahat. Sebagaimana dalam kaidah:

الراحة في تبادل الأعمال

Istirahat atau Liburan itu bergantinya satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya.

Hal itu membuat Pesantren Mahasiswa K.H. Ahmad Dahlan (PERSADA) UAD mengadakan acara Refreshing dan motivasi para Musyrif-ah pada malam Ahad ini (11/03) oleh Kepala Program Unires UMY yaitu Ustadz Mahfudz Khoirul Amin, S.IP., M.A.

Beliau berpesan 4 hal kepada musyrif-ah PERSADA UAD pada kesempatan kali ini.

Pertama, harus meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat. Sebagaimana sabda nabi SAW:

من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه

Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya. (H.R. At-Tirmidzi no. 2318).

Sesuatu yang tidak bermanfaat bagi seorang muslim, bisa berbentuk perkataan atau perbuatan. Jadi, setiap perkataan dan perbuatan yang tidak ada manfaatnya baik itu kepentingan ukhrawi seorang muslim atau untuk kepentingan duniawinya, seperti halnya, main games, menggunjing atau gosip, pacaran da lain sebagainya. Maka hal itu harus ditinggalkan agar keislamannya menjadi baik. Hasan al-Bashri mengatakan,

Ciri tanda orang yang berpaling adalah Allah menjadikan kesibukannya (urusan dunia) dalam hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.

Kedua, Jangan sibuk mencari tapi sibuklah menjadi

Dampak keinginan mencari jodoh ini, kadang tanpa disadari bisa merusak diri sendiri. Bahkan sebagian orang merasa panik dan membuatnya mengambil jalan pintas dengan mulai dari minta dikenali dari teman sendiri. Padahal seharusnya, kita sibuk untuk menjadi yang lebih baik (memantaskan diri), sehingga tidak perlu heboh mencari perhatian hanya untuk menemukan orang yang bisa mengisi hatinya. Karena Allah sudah berjanji dalam firman-Nya Q.S. An-Nur ayat 26 bahwa wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, begitupun sebaliknya.

Ketiga, harus menjadi uswatun hasanah (suri teladan)

Syarat pendidikan, salah satu poinnya adalah dengan keteladanan. Karena murid akan mengikuti apa yang dilakukan oleh pendidik.

Dalam teori pendidikan, untuk melakukan pendidikan akhlah (tarbiyah) itu tidak cukup dengan bicara tapi juga dengan suri teladan dan lingkungan yang baik. Dan setiap yang dilihat, dirasakan dan didengar oleh santri itulah bagian dari pendidikan. Maka, tidak berhasil jika hanya bahasa arab bagus, nilai bagus tapi tidak memberikan uswah hasanah. Maka jadilah Musyrif-ah yang istimewa karena mereka menciptakan perubahan dengan pembinaannya dari yang kurang menjadi baik dan yang baik menjadi lebih baik.

Keempat, Teman yang baik akan membawa pada kemaslahatan dan teman yang buruk akan membawa pada keburukan. Rasulullah bersabda,

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya, amak hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat. (H.R. Abu Dawud no. 4833)

Oleh karena itu, jadikan standar bagusnya agama sebagai barometer dalam pertemanan agar mendapatkan pengaruh yang bagus dari pertemanan tersebut. Karena banyak orang sukses itu oleh teman sekitarnya. Dan dalam firman  Allah swt Q.S. AL-Hujurat ayat 10 bahwa orang-orang yang beriman itu bersaudara. Maka sudah sepatutnya saling menolong dalam ketaatan dan saling mengingatkan.

Terakhir beliau menutup dengan mengatakan,

Saling mendukung, sukses bareng, in syaa Allah tidak hanya sampai dunia tetapi juga sampai surga. Maka mulai hari ini tanamkan pada diri kita. Bukan karena semua baik kita tersenyum tapi karena tersenyum semua menjadi baik. Bukan hari indah kita bahagia, tapi karena kita bahagia hari menjadi indah. Bukan karena mudah kita bisa, tapi karena kita ingin bisa, sesuatu menjadi mudah.

(Badru Tamam)

Exit mobile version