Fadhilah Menuntut Ilmu (bagian 2)
Oleh: Tito Yuwono
Orang yang berilmu banyak keutamaan
Banyak yang memintakan ampunan
Makhluq langit dan daratan
Juga di lautan
Penuntut ilmu banyak fadhilah
Jalan menuju hikmah
Dimuliakan para malaikah
Dimudahkan masuk Jannah
Dalam artikel sebelumnya telah dibincangkan pentingnya menuntut ilmu dan juga beberapa fadzilah menuntut ilmu. Kedudukan ilmu sangat penting, karena ia sebagai asas dan landasan dalam beramal. Sehingga agama mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Kemudian dalam artikel sebelumnya telah disampaikan beberapa keutamaan menuntut ilmu, diantaranya adalah Allah Ta’ala akan mudahkan masuk surga, ilmu adalah warisan para nabi, ilmu yang bermanfaat adalah amalan yang tak terputus walaupun kita telah meninggal dan dengan ilmu, dan Allah Ta’ala akan menjadikan seseorang menjadi pribadi yang baik. Pada artikel kali ini, masih melanjutkan artikel sebelumnya yaitu fadhilah menuntut ilmu. Diantara fadhilah menuntut ilmu selain yang telah disebutkan dalam artikel sebelumnya adalah:
- Penuntut ilmu akan diberikan kemudahan masuk surga oleh Allah Ta’ala. Juga para malaikat membentangkan sayapnya untuk para pencari ilmu serta banyak makhluq yang memintatakan ampunan kepada orang yang berilmu.
Rasulullah ﷺ. bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانِ فِي الْمَاءِ
Artinya: “Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya para Malaikat membentangkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha atas apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya orang yang berilmu benar-benar dimintakan ampun oleh penghuni langit dan bumi, bahkan oleh ikan-ikan yang berada di dalam air.” (HR Imam Ibnu Majah)
Maasyaa Allah keutamaan menuntut ilmu sangat besar. Selain Allah Ta’ala memudahkan para penuntut ilmu untuk masuk surga, juga para Malaikat membentangkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha atas apa yang mereka lakukan. Dalam kitab muhtashor minhajul qoshidin dijelaskan bahwa maksud Malaikat membentangkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu ada 3 macam. Makna pertama, Malaikat benar-benar membentangkan sayapnya. Makna kedua, para Malaikat merendahkan sayapnya untuk penghormatan terhadap para penuntut ilmu, dan makna ketiga, para Malaikat turun ke dalam majelis ilmu.
Fadhilah besar lainnya adalah penghuni langit dan bumi, bahkan oleh ikan-ikan yang berada di dalam air memohonkan ampun kepada orang yang berilmu. Kita tidak bisa menghitung berapa banyaknya penghuni langit dan bumi serta banyaknya ikan-ikan di air dikarenaka karena saking banyaknya. Kesemuanya memintakan ampun kepada orang yang berilmu. Sungguh ini merupakan fadhilah yang sangat besar kepada para ahli ilmu. Dalam kitab muhtashor minhajul qashidin dijelaskan bahwa ikan diilhamkan oleh Allah Ta’ala untuk memintakan ampun dikarenakan orang yang berilmu akan mengetahui mana yang halal dan haram. Dengan demikian akan berlaku baik di muka bumi yang dampaknya kembali kepada ikan-ikan tersebut.
- Orang berilmu adalah yang paling takut kepada Allah Ta’ala (Al-Fatir ayat 28)
وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلْأَنْعَٰمِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Artinya: “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Dari ayat di aatas disampaikan bahwa yang takut kepada Allah Ta’ala adalah para ulama. Para ulama lebih mengenal Allah Ta’ala. Para ulama lebih mengetahui dan menghayati keagungan Allah Ta’ala sehingga membuatnya takut kepada-Nya. Karena takut kepada Allah Ta’ala maka akan mendorong kepada ketaatan.
- Tidak sama antara orang berimu dengan orang tak berilmu, sebagaimana dalam Al-Quran Surat Azzumar ayat 9.
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
Artinya: Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Dalam ayat ini Allah Ta’ala bertanya dengan jawaban yang sudah jelas yaitu berbeda antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu.
Jangankan manusia, hewan saja dibedakan antara yang berilmu dengan yang tidak berilmu. Contohnya adalah hewan buruan yang ditangkap oleh anjing yang terlatih halal dimakan namun untuk anjing yang tak terlatih, hewan buruan yang ditangkapnya haram untuk dimakan.
Orang berilmu memahami mana-mana yang halal dan mana yang haram. Juga mengetahui bagaimana cara beribadah yang benar. Sementara orang yang tidak berilmu, tidak memahami yang dihalalkan dan diharamkan agama, dan juga tidak mengetahui cara beribadah dengan benar. Orang berilmu mengetahui hal-hal yang memberikan perbaikan dan hal-hal yang merusak, sedangkan orang tidak berilmu tidak mengetahui. Masih banyak lagi perbedaan antara keduanya.
Demikian tulisan singkat sebagai kelanjutan dari artikel sebelumnya, semoga semakin menambah semangat kita untuk menuntut ilmu.
Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib.
Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta