Menjaga Integritas Kader ‘Aisyiyah dalam Politik
Oleh: Amalia Irfani
Diskusi peran perempuan dalam politik selalu dan pasti menarik untuk dibahas dan ditelisik lebih dalam. Selain karena masih rendahnya partisipasi perempuan dalam berpolitik, diskusi-diskusi intens akan memberikan edukasi dan penyadaran kepada banyak perempuan untuk berani tampil bukan untuk menunjukkan diri hebat, tetapi satu dari bagian kewajiban melakukan amr’ maruf nahi mungkar. Perempuan berpolitik juga akan memberi terang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, juga sebagai bentuk partisipasi menjaga dah melindungi hak kaumnya serta hak lain yang mungkin oleh laki-laki dipandang berbeda.
Bertujuan melindungi harkat dan martabat kaumnya adalah kekuatan yang menginisiasi banyak perempuan untuk berani melakukan gebrakan, dengan gerakan sesuai dengan kemampuan dan kekuatan yang ia punya. Kekuatan yang sejatinya didapat oleh perempuan saat ia tergugah merubah keadaan masyarakat yang dipandang perlu perubahan.
Keadaan diatas penulis dapat saat mengikuti Obrolan ‘Aisyiyah Update part 2 Minggu, 11 Maret 2023 dengan tema “Pendidikan Politik Perempuan Seri Rekrutmen Penyelenggara Pemilu yang Berintegritas” melalui room zoom cloud meeting dan diikuti Pimpinan Aisyiyah tingkat Pusat, Wilayah, Kota, Cabang dan Ranting se-Indonesia. Kegiatan yang berlangsung selama tiga jam tersebut, menghadirkan tiga narasumber, dua diantaranya kader Aisyiyah yang aktif dalam organisasi Pemilu tanah air. Narasumber tersebut adalah Suharyani dan Tri Anggraini dari Lembaga Penelitian dan Pengembangan Aisiyiyah (LPPA) PP Aisyiyah. Tri Anggraini yang juga dikenal sebagai aktivis politik perempuan dan sudah dua puluh empat tahun berkecimpung didunia Pemilu tanah air. Serta Rohani anggota KPU Pangkep Sulawesi Selatan.
Menjaga Integritas
Pemaparan lugas dan sesuai keadaan lapangan dari tiga narasumber memberikan pemahaman dan ruang berpikir bagi peserta tentang dunia politik praktis yang jika ingin dimasuki maka, kesiapan tidak hanya sekedar “ingin” saja. Tetapi harus dipenuhi pula wacana berpikir ilmu pengetahuan tentang dunia politik. Perlu pengalaman bertahun-tahun, dengan job description yang juga tidak sama ditiap fase untuk mengetahui dan memahami seluk beluk politik misalnya tentang pemilihan umum. Jika ketertarikan menjadi bagian dari pelaksana Pemilu; KPU, Bawaslu atau yang lainnya maka kader Aisyiyah harus mau dan mampu mencerdaskan diri dengan praktek langsung di masyarakat.
Menjadi kader Muhammadiyah dan Aisyiyah berarti kita hidup sesuai khittah perjuangan Persyarikatan. Di mana pun, kapan pun nilai-nilai tersebut harus dapat dijaga sebagai identitas diri. Sesuatu yang memang sangat berat untuk di jaga terlebih jika perempuan Aisyiyah memasuki dunia politik yang identik dengan kekerasan, dan money politik. Walaupun tidak mudah, tetapi bukanlah sesuatu yang sulit jika ada keyakinan dan tujuan mencerdaskan dan memberi terang bagi ummat dan bangsa dengan nilai-nilai luhur menjadi landasan berpikir dan bergerak.
Kepribadian perempuan Aisyiyah adalah cermin penilaian masyarakat. Identitas tersebut akan menjadi landasan mengukur kinerja yang sudah dan akan dilakukan. Perempuan dengan segala keterbatasannya harus dapat menyeimbangkan fungsi dan kewajiban yang melekat padanya secara bijak. Sehingga penting menjaga adab, menunjukkan kesungguhan dan integritas dalam bekerja untuk membangun jejaring. Penting pula membawa semangat di tiap langkah, mengejar kesetaraan dengan terus menerus membangun advokasi publik dalam tiap proses berpolitik.
Inneritas (inner beauty) dalam Berpolitik
Penulis meyakini bahwa inner beauty perempuan juga akan terlihat saat ia mampu melakoni fungsi sosialnya secara bijak. Bagi perempuan yang berkecimpung di dunia politik inneritas tersebut akan terlihat saat peran dilakukan bertujuan. Berani mengungkapkan pendapat, satu kata satu perbuatan, dan tidak mudah terbawa arus menyesatkan.
Saat isu mulai “menganga” perempuan berkemajuan Aisyiyah akan segera melakukan cek dan ricek data dan fakta lapangan, serta selalu berpikir realistis. Ini penting, sebab ketika memilih jalur bagian dari pelopor perubahan, maka perempuan berkemajuan harus siap dengan segala konsekuensi. Inneritas perempuan juga dapat diwujudkan dengan bersikap moderat, dengan kualitas pergaulan yang baik sehingga akan memunculkan sikap sosial yang juga baik.
Amalia Irfani, Divisi Penguatan Politik Perempuan LPPA PWA Kalbar, Mahasiswa Doktoral Sosiologi UMM