Meluruskan Niat dalam Menuntut Ilmu
Tito Yuwono
Menuntut ilmu, sangat terpuji
Niat lurus karena Ilahi
Bukan untuk dipuji sana sini
Dan bukan untuk berbangga diri
Hati selalu teringatkan
diniatkan untuk kebaikan
Mencabut kebodohan
Bermanfaat untuk kemaslahatan
Pada artikel sebelumnya telah dibahas pentingnya adab dalam menuntut ilmu. Adab pertama dalam menuntut ilmu adalah berkaitan dengan niat. Pada tulisan ringan kali ini akan dibincangkan berkaitan dengan adab niat dalam menuntut ilmu. Niat memegang peranan penting dalam beramal, termasuk dalam hal menuntut ilmu. Sehingga ianya menjadi bagian dari adab menuntut ilmu. Amalan yang baik dan bagus jika didasari dengan niat baik karena mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya, maka akan diganjar dengan pahala kebaikan. Namun jika dilandasi niat yang kurang baik akan menjadi hampa amalan tersebut. Dan seseorang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.
Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori.
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Artinya:” Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin dia capai atau wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Imam Bukhari)
Dari hadis di atas, niat memegang peranan yang sangat penting bagi diterimanya amal. Hijrah merupakan ibadah yang sangat agung dan berat. Harus meninggalkan kampung dan keluarga tercinta dan juga hartanya. Pahala kebaikan yang besar bagi para sahabat yang melakukan ibadah hijrah dalam rangka untuk memenuhi perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Namun akan hampa, tanpa pahala jika hijrah dilakukan dengan niat untuk mendapatkan dunia dan wanita yang akan dinikahi di tempat tujuan hijrah.
Demikian juga ibadah-ibadah lain, termasuk juga dalam ibadah menuntut ilmu. Hendaklah kita perhatikan niat ini. Jangan sampai menuntut ilmu untuk gagah-gagahan, biar terlihat tinggi ilmunya ketika mendebat orang-orang yang kurang ilmu serta untuk menyaingi para ulama.
Rasulullah ﷺ memberikan peringatan keras terhadap orang yang menuntut ilmu dengan niat seperti ini. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ
Artinya: ”Barangsiapa menuntut ilmu untuk mendebat orang-orang bodoh, untuk menyaingi para ulama, atau agar memalingkan wajah-wajah manusia kepadanya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam neraka.” (HR Imam Tirmidzi)
Juga dalam hadis yang panjang, Rasulullah ﷺ mengingatkan akan pentingnya niat ini. Seorang yang meninggal dalam berjihad dijalan Allah, menuntut ilmu dan mengajarkannya serta berinfaq, namun tidak dilandasi dengan niat yang lurus maka akan mendapat azab dari Allah Ta’ala. Ikut berjihad supaya dikatakan orang yang gagah pemberani, menuntut ilmu agar dikatakan orang berilmu, membaca quran dengan niat disebut qari’, dan berinfaq supaya dikatakan dermawan. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ
Artinya:” “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : “Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?” Ia menjawab : “Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.” Allah berfirman : “Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).”
Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: “Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?”, Ia menjawab: “Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.”
Allah berkata : “Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’. Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).” Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya).
Allah bertanya, ”Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?” Dia menjawab : “Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.” Allah berfirman ,”Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).” Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.” (HR Imam Muslim)
Meluruskan niat dalam menunut ilmu
Dua hadis yang disampaikan di atas cukup mengingatkan kita untuk menata dan meluruskan niat kembali ketika kita mau menuntut ilmu sehingga ilmunya barakah dan menjadi ilmu yang bermanfaat.
Ada nasehat bijak dari Syaikh Az-Zarnuzi dalam buku Ta’limul muta’alim berkaitan dengan niat ini.
Kata Beliau:
وينبغى أن ينوى المتعلم بطلب العلم رضاء الله والدار الآخرة، وإزالة الجهل عن نفسه، وعن سائر الجهال، وإحياء الدين وإبقاء الإسلام
Artinya: ”Seorang penutut ilmu hendaknya mempunyai niat untuk mencari keridhaan Allah Ta’ala, agar mendapat pahala kelak di akhirat, menghilangkan kebodohan yang ada pada dirinya dan kebodohan orang-orang yang masih bodoh, serta berniat menghidupkan dan melanggengkan agama islam.”
Maka ketika kita menuntut ilmu, perlu membersihkan hati dari niat-niat kesombongan. Kita niatkan untuk kemaslahatan, baik kemaslahatan diri, keluarga maupun masyarakat dan agama. Jika ada bisikan-bisikan untuk berniat yang tidak baik, hendaknya segera istighfar dan berta’wudz berlindung diri kepada Allah Ta’ala dari niat-niat kurang baik dan memohon untuk diluruskan niat kita.
Demikian adab menuntut ilmu yang pertama yaitu meluruskan niat dalam menuntut ilmu. Semoga Allah Ta’ala bimbing kita untuk selalu bisa meluruskan niat dalam menuntut ilmu, sehingga kita dengan mudah dalam mencari ilmu serta memahaminya, serta menjadi ilmu yang bermanfaat untuk kebaikan dunia dan akhirat.
Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib
Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta